•Happy Reading Guys❤•Dalam perjalanan pulang, Afifah dan ibunya Abidzar asik mengobrol. Mereka duduk di belakang, sementara ayahnya duduk di depan bersama Abidzar.
Tiba-tiba Afifah merasa ada yang tertinggal.
"Eh bentar-bentar, astagfirullah, tante Danu masih di sekolah?" Ucap Afifah.
"Danu udah pulang tadi duluan sayang, " jawab ibunya Abidzar.
"Oh gitu alhamdulillah kalo gitu, ta kira belum pulang hehe," ujar Afifah.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumahnya Afifah. Kedua orangtuanya Afifah sudah lebih dulu sampai. Abidzar dan kedua orangtuanya di suruh masuk ke dalam rumah oleh ayahnya Afifah.
Afifah hendak pergi ke dalam kamarnya, ayahnya Afifah menyuruh Afifah untuk duduk bersama kedua orangtuanya dan kedua orangtua Abidzar.
"Ada apa Pa?" tanya Afifah pada ayahnya.
"Gini loh nak, Abidzar ingin melamar kamu nak," jawab Ayahnya.
Sontak Afifah terkejut, matanya melotot manja.
"Se-sekarang?" tanya nya.
"Iyah sholihah. Lebih cepat lebih baik, setelah kalian lamaran, minggu depannya kalian nikah," Ucap ayahnya Abidzar.
Afifah sudah terkejut ia di buat terkejut kembali setelah ia mendengar bahwa minggu depan adalah pernikahannya.
"Secepat itu? Apa gak terlalu cepat?" tanya nya lagi.
"Benar kata ayahnya Abidzar, lebih cepat lebih baik, gini ya, alasan kami untuk mempercepat perjodohan ini adalah, yang pertama, tante dan om sudah menyiapkan rumah untuk Abidzar kelak ia sudah beristri, yang kedua, bukan tante bermaksud riya ya, alhamdulillah tante sama om punya pondok pesantren dan ponpes tersebut akan di serahkan kepada Abidzar kelak ia sudah beristri, tante sama om kan sudah tua ya jadi kadang suka lupa gitu ngebahas tentang apa, kan nanti kalo salah materinya bisa berabe kasian para Santrinya," jawab ibunya Abidzar.
"Nah benar tuh, lagi pula om sudah tau kok kalo kamu itu pinter dalam bidang agama, MTQ bisa, Cerdas Cermat tentang ilmu Fiqih bisa, ah pokoknya the best kamu mah," saut ayahnya Abidzar.
"Om tau dari mana?" tanya Afifah.
"Setiap ada perlombaan yang kaya gitu, alhamdulillah om jurinya," jawabnya.
"Gimana kamu menerima lamaran ini sayang?" tanya ayahnya Afifah.
"Terima aja kak, kak Abidzar cocok banget sama kakak," saut Danu adiknya sambil keluar dari kamarnya.
"Eh Danu sini duduk sama Umma," ujar ibunya.
Afifah pun sedang memikirkan hal tersebut. Dalam hatinya ia bicara,
*(Se niat itu kah mereka menjodohkan ku? Ya allah gimana ini? Aku kek nya belum siap. Tapi kalo ngomong kek gitu Apa sama Umma kecewa gak ya? Tar kalo kecewa gimana ya allah? Emmm bismillah deh jika ini yang terbaik buatku bismillah akan ku terima,)*
Setelah memikirkan hal itu, Afifah pun menerima lamarannya tersebut. Kini, jari manisnya itu sudah di pakaikan cincin.
"Om tante, gimana kalo kita foto-foto?" Kata Danu.
"Boleh tuh Dan," ujar ayahnya Abidzar.
"Tapi, Afifah masih pake baju wisuda, bentar Afifah lepas dulu," saut Afifah.
"Eh jangan nak, biarin aja, yo," jawab ibunya Abidzar.
Mengapa Abidzar tidak berbicara sedikit pun? Ia akan menjawabnya setelah ia menikah.
Next?
Follow akun ini ya ini "WAJIB!"
sekalian mampir ke akun ig sama Ttku.See you!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret♡ [on going]
Teen FictionKok senyum-senyum sendiri? [Follow sebelum baca⚠] Baca iya vote kagak:v •Pertama, baca dulu bioku! •jika berminat silahkan baca. •jika suka silahkan tinggalkan jejak. •ini cerita fiksi. jika ada kesamaan saya mohon maaf. •jika ada kata-kata absur...