2 1

637 74 2
                                    


•Happy Reading Guys❤•





Pagi pun tiba, jam menunjukkan pukul 08.58. Afifah baru saja bangun dari tidurnya karena cahaya matahari menyinari wajahnya.

"Shff, udah pagi rupanya. Loh aku ada di mana ini bukan kamar aku?"

Seketika Afifah lupa bahwa ia sekarang berada di rumah suaminya.

"Ssss, lupa, kemarin kan aku nikah, aduh Afifah Afifah. Eh Ustadz muda kemana ya? aduh aku belum nyiapin makanan lagi buat dia mana belum ke pasar, belum bersih-bersih rumah lagi aduhhh!!" ujarnya sambil merapihkan tempat tidurnya.

Ketika ia sudah membersihkan kawasan rumahnya, saatnya Afifah untuk mandi.

"Hah Alhamdulillah, tinggal pergi ke pasar aja sama Ustadz, tapi kemana dia ya," ucapnya sambil masuk ke dalam kamar mandi.

"Aaaaaaa!!" teriaknya.

Afifah terkejut melihat Abidzar yang berada di kamar mandi dengan kondisi tidak memakai pakaian.

"Ehh Afifah, kamu ngapain ke sini ?"

"Mau mandi Ustadz!! Ustadz pake dulu handuknyaaaa!!" teriak Afifah.

Abidzar kemudian memakai handuknya.

"Udah Ustadz?" tanyanya sambil menutup mata.

"Udah,"

"Emmmm... Maaf Ustadz, saya kira Ustadz kemana, saya gak tau kalo Ustadz ada di sini," ucap Afifah.

"Kamu nyariin saya?"

"Iyah Ustadz,"

"Mau ngapain?"

"Euhhh... Anterin saya ke pasar buat beli sayuran,"

"Mau belanja buat kita makan? Gak usah, di kulkas banyak sayuran, saya udah masakin buat kamu,"

Mata Afifah melotot.

"Kenapa gak percaya?" tanya Abidzar.

Afifah menggelengkan kepalanya.

*burukbuk...
(suara perut keroncongan)

"Perut saya atau perut kamu?" tanya Abidzar.

"Perut saya Ustadz..." jawab Afifah dengan nada lembut.

"Yaudah, katanya mau mandi? Kalo udah mandi pergi ke meja makan ya, makannn,"

Dengan santainya Afifah menjawab,

"Ya iya atuh Ustadz kalo mau makan itu perginya ke meja makan, masa pergi ke Wc. Eh, hehehe... Euh saya mandi dulu ya, papay..." ujarnya sambil melambaikan tangannya kepada suami nya.

Setelah Afifah mandi, ia langsung pergi ke meja makan dan duduk di samping Abidzar.

"Nih makanan buat kamu,"

"Euh.. Ustadz mana?"

"Saya belum lapar, tar aja siang,"

"Masa saya sendiri, gak enak atuh Ustadz. Yaudah kalo Ustadz makannya tar siang, saya juga ngikut aja,"

"Eh kenapa? Saya udah masakin buat kamu loh, mubazir,"

"Tar aja bareng sama Ustadz, boleh kan?"

"Tapi tadi perut kamu bunyi? Cepetan makan tar sakit,"

"Enggak nanti aja hehehe,"

"Beneran?"

"Iyah,"

"Yaudah kalo gitu bentar lagi kita makan di luar aja ya. Oh ya saya mau nanya, kamu terpaksa nerima perjodohan ini?" tanya Abidzar pada Afifah.

"Emmm... Kalo di bilang terpaksa ya iya,"

"Terus, kenapa gak nolak?"

"Nolak? Ini orangtua yang mau Ustadz, mungkin ini yang terbaik, jadi terima aja. Kalo Ustadz sendiri, terpaksa kah? Soalnya waktu lamaran Ustadz gak ngomong sama sekali, terpaksa?" tanya Afifah.

"Yaaa, gak juga, waktu itu saya lagi sariawan jadi gak ngomong-ngomong. Kamu kaya nya gak asing deh sama saya,"

"Emang gak asing,"

"Kamu kenal saya?"

"Kenal si iya cuman gak tau namanya aja, Ustadz kan sering ceramah di kampung saya waktu itu jadi saya gak asing,"

"Oh gitu," ujar Abidzar.


Lagi-lagi perut Afifah berbunyi, bedanya ia tidak sendiri, perut Abidzar pun sama-sama berbunyi.

  *burukbukbuk...

"Tuh kan sekarang barengan, yaudah yo," ucap Abidzar sambil memegang tangan Afifah.

"Kemana?"

"Makan, di luar," jawab Abidzar.

Afifah menjawab dengan polos,

"Kenapa gak di sini aja?  Malu kalo di luar mah di liatin tetangga,"

Mendengar ucapan Afifah, Abidzar pun tertawa.

"Maksudnya... Makan di luar tu makan di tempat umum, bukan di luar rumah," jawabnya.

"Oh gitu. Tangan saya Ustadz,"

"Kenapa sakit?"

"Nggak, tapi---"

"Gak suka saya pegang? Saya suami mu ayo cepet," ucap Abidzar.


Next??

Follow akun ini ya

See you!!!








Secret♡ [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang