•Happy Reading Guys❤•
Keesokan harinya, ketika Afifah sedang memasak di dapur, tiba-tiba Abidzar meluk dirinya dari belakang.
"Sobahul khoir..." bisik suaminya.
Sontak Afifah terkejut dan melepaskan pelukan dari Abidzar.
"U-ustadz, sudah bangun?" gugupnya.
"Iyah. Kenapa menghindar?"
Afifah menggelengkan kepalanya.
"Kaget ya? Hehe maaf saya lancang sama kamu, tapi ya gak papa kan kamu istri saya,"
"Emm... I-iyah juga, tapi saya heran sama Ustadz, baru aja kita nikah Ustadz gak canggung sama saya, padahal Ustadz baru kenal saya..." papar Afifah.
"Kata siapa saya baru kenal sama kamu?"
"Kata saya, barusan saya ngomong,"
"Gak, saya udah kenal kamu lamaaa... Nih saya tebak ya, kamu waktu SMP itu mondok kan di Surabaya? Terus, kamu pulang ke Bandung ya ke rumah orangtuamu itu bulan Desember? Lanjut SMA di sini. Warna kesukaanmu itu hitam sama hijau, makanan kesukaan kamu itu Mie Aceh, minum nya jus mangga, ya kan?"
"Kok Ustadz bisa tau semuanyaa? Sejak kapan dia kenal aku sejauh ini? Padahal aku kenal sama dia pas kelas 12, itupun aku kenal wajahnya doang..." batin Afifah."Emmm... Kok Ustadz bisa tau semuanya?"
"Tau lah,"
"Mau tau dong,"
"Boleh, tapi saya mau bertanya sama kamu,"
"Iyah tanya apa Ustadz?"
"Belum beres ya haid nya? "
Afifah langsung terdiam.
"Euh... Maaf maaf saya lancang, yasudah kalo kamu mau tau ceritanya, selesaikan dulu masaknya tuh hampir gosong,"
"Astagfirullah saya lupa kalo saya lagi masak Ustadz,"
"Segitu keponya kamu ya..." saut Abidzar.
Beberapa menit kemudian.
"Ahhh, Alhamdulillah beres juga tinggal makan deh. Ustadz, makan dulu nih saya sudah siapin!!!" teriak Afifah dengan nada yang lembut.
Abidzar pun menghampiri Afifah yang berada di meja makan.
"Udah masaknya? Yaudah tinggal kamu makan kan?"
"Maksudnya?"
"Kamu makan duluan aja, saya belum lapar,"
Mendengar jawaban dari suaminya, wajah Afifah cemberut kecewa namun menggemaskan.
"Ekhem, kenapa?"
"Gak papa Ustadz," jawabnya sembari menutup makananya.
"Eh ngapain itu kok di tutup? Kita kan mau makan,"
"Hah? Tadi katanya belum lapar," tutur Afifah.
"Nggak bercanda, yo?" ajak Abidzar.
Seketika Afifah langsung tersenyum bahagia.
Singkat cerita, setelah mereka selesai makan, Afifah hendak mencuci piring-piring yang kotor. Namun, Abidzar melarangnya, kenapa demikian?
"Biar saya aja ya, sambil cerita..." tutur Abidzar.
Sambil mencuci piring, Abidzar menceritakan mengapa ia bisa kenal Afifah sejauh itu.
"Jadi intinya, kamu itu cinta dalam diam saya, makanya saya sangat-sangat beruntung bisa miliki kamu," papar Abidzar.
"Ouh gitu, tapi Ustadz muda hebat loh mencintai seseorang, sampe-sampe seseorang yang Ustadz cintai itu gak tau kalo ada yang mencintainya diam-diam,"
"Ya begitulah,"
"Untung aja Ustadz nerima perjodohan ini, kalo enggak nyesel entar,"
"Alhamdulillah,"
"Emang bener ya jodoh gak akan kemana. Eh bentar-bentar... Oh faham sekarang yang kemarin temen Ustadz bilang sama istrinya, ya saya faham,"
"Eeeeh adu sakit, stttt aww..."
"Eh kenapa? Sakit lagi ya kakinya? Yang bekas kemarin kena paku itu ya kan? Sini coba saya liat," ucap Abidzar dengan rasa khawatir.
Afifah tersenyum lebar,
"Santai aja kali Ustadz, yang sakit bukan yang kena paku, tapi yang ini, sakitnya sakit kesemutan..." tutur Afifah.
"Terus siapa suruh kamu berdiri dari tadi? Kan jadi kesemutan," tegas Abidzar.
"Cieee Ustadz khawatir kiw kiw..." canda Afifah.
Next?
Follow akun ini
See you!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret♡ [on going]
Teen FictionKok senyum-senyum sendiri? [Follow sebelum baca⚠] Baca iya vote kagak:v •Pertama, baca dulu bioku! •jika berminat silahkan baca. •jika suka silahkan tinggalkan jejak. •ini cerita fiksi. jika ada kesamaan saya mohon maaf. •jika ada kata-kata absur...