•Happy Reading Guys❤•Acara berlangsung sampai malam pukul 20.56. Malamnya adalah acara Marawis yang di bawakan oleh santri-santri ayahnya Abidzar.
Setelah acara selesai, semua orang melaksanakan ibadah sholat isya.
"Nak, udah di siapin koper kamu?" tanya ibu pada Afifah.
"Udah Ma, tinggal di bawa aja," jawabnya.
Ibu Afifah memeluknya dengan erat dengan berderai air mata.
"Kamu sekarang sudah menjadi seorang istri, kamu patuhi suamimu sebagimana kamu patuh pada Apa dan Umma ya," bisik ibunya.
Afifah tidak kuat menahan air matanya melihat ibunya meneteskan air mata.
"Iyah Umma, Umma sama Apa jaga kesehatan ya, kalo mau main datang aja ya, bawa Danu juga, nenek, kakek, bibi sama paman bawa semua," ujar Afifah.
"Assalamualaikum," ayah Afifah dan Abidzar mengucapkan salam.
"Waalaikumssalam. Oh ya nak Ustadz,mau sekarang berangkatnya?" tanya ibu Afifah pada mantunya itu.
"Iyah Umma, kalo di perbolehkan itu juga," jawab Abidzar.
"Boleh boleh, itu hak kamu, sekarang putri kesayangan Apa ini adalah milik kamu juga," sambung ayah mertuanya sambil memeluk Afifah.
"Do, hati-hati di jalan ya do, ingett kamu itu bukan anak perawan lagi hahaha," ujar kakek Afifah sembari bercanda dan tertawa pelan.
Karena di perbolehkan oleh ayahnya Afifah, mereka berdua yakni Afifah dan Abidzar membawa koper milik Afifah dan memasukkannya kedalam mobil milik Abidzar.
Mereka berdua berpamitan terlebih dahulu kepada kedua orangtua Afifah, nenek kakeknya, bibi sama pamannya, dan juga Danu.
"Kak Abidzar, jagain kak Afifah ya, walaupun ngeselin Danu sayang sama kakak bochil ini," gurau Danu.
"Eh kok bochil!!!" saut Afifah.
Abidzar tersenyum,
"Iyah Danu. Kalo gitu semuanya kami berangkat ya Assalamualaikum," ucapnya.
Abidzar membuka kan pintu mobilnya untuk istrinya itu. Sambil tersenyum dan meneteskan air mata, Afifah melambaikan tangannya kepada keluarganya itu dan berkata;
"Jangan lupain Afifah..."
"Kamu ni, mana mungkin mereka lupain kamu," saut Abidzar.
Singkat cerita, mereka pun tiba di rumah baru yakni hadiah dari kedua orangtuanya Abidzar untuk Abidzar karena sekarang ia sudah menikah dan bisa menempati rumah tersebut.
"Assalamualaikum," ucapnya.
"Assalamualaikum juga. Loh Ustadz muda, katanya rumahnya baru, otomatis harus kosong dong. Lah ini udah lengkap semua malah ada makanan coba," ujar Afifah.
"Biar saya jelasin di kamar..." ucap Abidzar sembari membawa koper di tangan kirinya, dan tangan Afifah di tangan kanannya.
Abidzar membawa Afifah ke dalam kamar mereka.
"Okeh saya jelasin. Jadi, 3 hari sebelum kita nikah itu, Ummi sama Abi bersihin rumah ini. Dan kalo soal peralatan semua, itu sudah satu mingguan sebelum kita menikah," jelasnya.
"Hah... Berarti pas acara wisuda saya Ustadz? Setelah kita tunangan?" tanya Afifah.
"Na'am ya Zaujati..." jawab Abidzar.
Mereka adalah pengantin baru, itu artinya malam itu adalah malam pertama bagi mereka berdua. Beda dengan yang lain pada umumnya, yang di lakukan waktu malam pertama yakni menjalankan sunnah, Abidzar dan Afifah hanya diam saling mendiamkan, sunyi, hanya ada suara cicak cicak di dinding. Abidzar sih ingin melakukan sesuatu namun ia gugup saja.
*burukbukk...
suara perut keroncongan."Kamu laper?" tanya Abidzar.
"Enggak Ustadz,"
"Itu bunyi,"
"Tapi itu bu---"
"Bentar saya ambilin makanan," ujar Abidzar.
Abidzar pergi ke dapur untuk membawa makanan. Tak lama kemudian ia pun datang dan memberikannya pada istrinya itu.
"Ni, makan ya," ucapnya.
Afifah mengehela nafas,
"Huhhf, saya gak lapar Ustadz," jawabnya dengan nada yang lembut.
"Tapi tadi perut kamu bunyi,"
"Itu bukan perut saya, tapi perut Ustadz," jawabnya.
Mendengar hal itu, Abidzar langsung memegang perutnya.
"Ah masa iya?"
"Iyah Ustadz muda. Ustadz saya ngantuk nihh, saya tidur sekarang ya," ujar Afifah sambil menguap.
"Eh bentar," jawab Abidzar.
Abidzar menghampiri Afifah dan berbisik ke telinga Afifah,
"السلام عليكم ياباب الرحمن"
Mendengar perkataan yang Abidzar katakan, mata Afifah melotot seakan-akan tau maksudnya apa.
"S-saya belum siap Ustadz..." jawabnya dengan nada yang gugup.
"Kenapa?" tanya Abidzar.
"Belum siap aja Ustadz, kebetulan saya lagi datang bulan..." jawabnya.
Abidzar tersenyum kecewa seraya berkata,
"Yaudah gak papa, sekarang kita istirahat,"
"Saya tidur di bawah ya," sambung nya.
"Loh kenapa?" tanya Afifah.
"Gak papa, takut kamunya belum siap," jawabnya.
"Eheh maaf Ustadz, tar kalo udah beres datang bulannya in syaa allah,"
"Beneran ya?" tanya Abidzar dengan penuh keceriaan.
"In syaa Allah. Yaudah Ustadz jangan tidur di bawah, di kasur aja," ucap Afifah.
"Hemm iyah..."
Next??
Follow akun ini ya
See you!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret♡ [on going]
Teen FictionKok senyum-senyum sendiri? [Follow sebelum baca⚠] Baca iya vote kagak:v •Pertama, baca dulu bioku! •jika berminat silahkan baca. •jika suka silahkan tinggalkan jejak. •ini cerita fiksi. jika ada kesamaan saya mohon maaf. •jika ada kata-kata absur...