Start With بسم الله
┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈Laki-laki dengan tampang judes adalah orang pertama yang memerogokinya memecahkan tiga botol minuman UC 1000 di Indomaret. Wajahnya panik di saat tadi ia sudah panik. Itu artinya, kepanikannya bertambah menjadi dua kali lipat, apa lagi ketika laki-laki itu memandangnya dengan ekspresi yang begitu mengintimidasi, membuatnya kian terdiam beku.
"Apa?" Laki-laki itu bertanya terlebih dahulu. Namun, tidak langsung dijawab.
"Kenapa ngeliatin saya?" Ia bertanya lagi. Sebenarnya dia sudah bisa menebak arti tatapan itu, tetapi ia ingin memastikan bahwa tebakannya tidak salah.
Dia, yang adalah seorang gadis berseragam SMA kian memandang laki-laki di sampingnya, ditambah secara perlahan bibirnya melengkung ke bawah, pun air mukanya yang memerah menandakan ia menahan tangis.
"Ini harganya delapan ribu, dikali tiga jadi dua puluh empat ribu. Aku cuman punya uang lima belas ribu. Tolong aku...." Gadis itu menjawab dengan wajah super melas. Ingus nyaris keluar dari hidungnya, juga setetes air mata akan berubah menjadi tetes-tetes yang lain bila gadis itu berkedip sekali saja.
Dua puluh empat ribu adalah uang yang tak seberapa besar untuk menuntaskan masalah itu dan si dia bisa pergi dari sana tanpa drama, jika memang pada akhirnya akan begitu—andai saja laki-laki itu tak mau menolong, mungkin. Namun, ketika si dia keluar dari pintu indomaret, gadis tadi menghampirinya cepat-cepat.
"Ini, jepitanku paling mahal. Harganya tiga puluh lima ribu lima ratus rupiah. Karena udah aku pake harganya jadi turun dua puluh empat ribu. Pas buat ganti uang kamu, karena kalau aku kasih ini ke Mbak Kasir, aku nggak bisa bayangin bakal makin sesepet apa muka dia—"
"Oke, saya terima dan terima kasih!" Laki-laki yang tidak tahan mendengar ocehan gadis itu langsung menyela dan mengambil jepitan itu hanya untuk membuat mereka tak berlama-lama di sana.
Gadis itu mengangguk, yang mana membuat si laki-laki merasa tak harus lagi berada di sana. Sehingga kini dia sudah melenggang pergi dan di langkahnya ia mengantongi jepitan itu sebelum akhirnya membuka mobil. Meninggalkan gadis SMA yang masih termenung memperhatikan kepergiannya.
Kemudian, gadis itu pun melangkah pergi dari sana juga, untuk melanjutkan perjalanannya menuju sekolah, yang pada saat ia sampai di sana, di kursinya seraya terdiam melamun, tiba-tiba seorang cowok duduk di sampingnya, memegang tangannya, dan menginterupsinya untuk menoleh menatap wajahnya.
Selama empat detik, tidak ada yang bersuara. Mereka terkunci akan pandangan masing-masing selama itu, lalu semua itu diakhiri oleh si gadis yang menciptakan senyum yang begitu manis kepada cowok yang amat ia sayangi itu. Yang entah kenapa hari ini begitu berbeda.
»--Continued on next page---►
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
⚠️This is legal work. Bukan hasil plagiarime/copy karya penulis lain. Insya Allah hasil pemikiran sendiri. Apabila kalian menemukan kesamaan pada cerita lain, mohon maaf, itu hanya kebetulan yang lumrah terjadi.Terima kasih...
Ig: khrinshe
By: KhrinsCatatan tambahan, berupa spoiler (*edit: 2024):
Aneh rasanya mengkhawatirkan perasaan karakter-karakter di cerita ini yang bahkan nggak hidup, karena aku mengakui betapa mengecewakannya karya Cherry's Life ini. Banyak momen yang bikin aku meringis—dalam artian malu—setiab baca ulang.
Mulai dari:
-karakter Cherry yang aku tulis kaya Serra—maksudnya norak( ´~`). Aku gagal bikin Cherry jadi karakter lucu dan imut. Jatuhnya cringe, norak dan alay(^_^;)-Gaya bahasa yang berlebihan, narasi yang kebanyakan dan tema serta topik yang klise—kebaca banget maksa buat bikin vibes angst, padahal mah bikin nyengir sinis.
"Cerita apaan nih?" ('へ´*)ノ-Karakter Damian yang laki-laki dewasa berumur 26 tahun malah mencintai Cherry—gadis ingusan anak SMA. Seharusnya aku bikin Damian menganggap Cheery sebagai adik saja. 😔
-Kemistri antar tokoh yang kurang, terutama persahabatan Cherry sama teman-temannya. 😓
-Konflik keluarga Cherry yang kurang memuaskan, maksudnya dikupas dengan buru-buru, terkesan dipaksa dan agak kurang related. 😪
-arakternya kebanyakan yang nggak punya posisi penting. Aku bikin Cherry nggak disayang keluarganya, tapi aku bikin dia banyak disukai cowok—jujur, walau malu mengakui, tapi pas nulis Cherry's Life aku lagi dalam keadaan hopless romantic bgt. Jomblo dari lahir yang mendadak bermuram durja karena tak kunjung punya pacar. Ketika nulis Cherry banyak yang suka, seolah itu ngasih aku kepuasan tersendiri. Aku harap itu nggak bikin psikisku kelihatan aneh.
-Mengenai penyakit Cherry, aku merasakan betapa konyolnya itu. Seharusnya aku bisa menulis datangnya penyakit itu dengan lebih apik, tapi hasilnya mengecewakan sekali. Sudahlah, ini produk gagal, tapi aku sayang banget sama Zillo. Aku harap bisa membawa karakter Zillo untuk cerita baru, tapi sayangnya nggak bisa. Nggak ada another universe yang nggak akan bikin dia aneh hidup di dalamnya sementara dia menjadi Jazillo Biantara di Cherry's Life sebagai tokoh utama. Hnggg...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry's Life [END]
Teen Fiction[BACA= FOLLOW] By: Khrins ⚠️Cerita alay, belum direvisi! JANGAN BACA! ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Terkadang, menyerah dalam bertahan itu diperbolehkan. Namun, pengecualian jika hal itu untuk menghindari hidup dan rasa sakit. Damian nyaris melakukannya...