To do list Damian yang terencana di otak hari ini seharusnya ia berwisata keliling jalan kota. Tetapi, ia justru menepi dan duduk di kursi tepi jalan yang membuatnya berakhir kembali bertemu Cherry. Damian masih tidak menyangka di tempat itu pun ia masih bisa berpotensi bertemu dengan Cherry. Fix, sore tadi Damian berpikir Cherry resmi ada di mana-mana.
Hari ini juga cukup melelahkan, sebab ia sudah mulai menjalankan bisnisnya bersama Fabio. Mereka hendak membangun studio pengembangan game dan dari pada membangun gedung, mereka memilih membeli saja dan mungkin akan merombak sedikit ruangan-ruangannya. Sejauh tadi, hanya itu yang baru mereka bahas. Sisa waktunya, Damian gunakan untuk pergi ke kantor sang Papa dan mulai menjalankan pekerjaannya sebagai kepala manajer.
Hal itu membuatnya melupakan sejenak perkara otaknya yang biasanya terus menyaut kalimat-kalimat yang selalu beriak gema di sana. Namun, hari ini semuanya cukup teralihkan dengan kesibukannya hingga tadi ketika tidak lebih dari setengah jam ia hampir kembali dikendalikan oleh pikiran-pikirannya, sebelum akhirnya Cherry datang mengodanya. Jujur, tadi Damian sangat terkejut mendengar intonasi genit Cherry, walau sebelumnya Damian tidak menyangka bahwa itu Cherry. Damian sempat hendak kabur tadi karena reflek menduga seorang banci mengodanya. Ini gara-gara Fabio yang bercerita sempat dikejar oleb banci sebelum menemuinya.
"Fanshine kafe, lo nggak tau itu kafe Bibi Fani!" monolog Damian menatap setumpuk brosur yang tergeletak di atas meja kamarnya seraya mengeringkan rambut basahnya mengunakan handuk.
Alasan Damian mau menerima brosur itu bukan serta-merta karena Fanshine kafe milik Bibinya, tapi ada sebagian kecil hatinya merasa iba melihat intonasi Cherry yang seakan nyaris berbusa gara-gara terlalu banyak bicara, dan wajah gadis itu juga tampak lelah. Lalu, bagian yang paling mengejutkan, yaitu kenapa ia bisa iba dengan Cherry di saat sebelum-sebelumnya ia adalah tipe cowok yang terlampau cuek dan jutek. Bakan jika ada seseorang terjatuh di hadapannya, Damian akan lebih memilih pura-pura tidak melihatnya dari pada harus menolong. Cherry itu, entah kenapa mampu membuat hatinya tergerak secara spontan.
Di saat ia masih mengingat-ingat pertemuanya dengan Cherry beberapa jam yang lalu itu, sebuah cahaya yang terpancar dari layar ponselnya mengalihkan perhatian Damian. Langsung saja Damian mengambil ponselnya itu dan mengecek notifikasinya.
Mom: Looking forward to see you soon!
Mom: Take extra good care, my dear!Damian: I also hope to meet Mom soon
Damian: ya, Mom tooBalasan yang Damian kirim untuk ibunya melalui pesan, tidak benar-benar ingin Damian lakukan—untuk yang pertama. Untuk balasan yang kedua, demi apa pun Damian benar-benar ingin ibunya baik-baik saja di Kanada. Dan kalau boleh jujur, Damian merasa khawatir lantaran Ibu jika sedang mengkhawatirkan Damian atau sikap Damian ketika mereka masih tinggal bersama, beliau akan kehilangan nafsu makan, setidaknya sampai melihat keadaan Damian baik-baik saja. Di situlah kadang Damian memaksa diri untuk tetap bersikap baik-baik saja meski jauh dalam hatinya ia ingin sekali marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry's Life [END]
Teen Fiction[BACA= FOLLOW] By: Khrins ⚠️Cerita alay, belum direvisi! JANGAN BACA! ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Terkadang, menyerah dalam bertahan itu diperbolehkan. Namun, pengecualian jika hal itu untuk menghindari hidup dan rasa sakit. Damian nyaris melakukannya...