Tidak ada yang berbeda dari hari ini dan hari-hari sebelumnya. Cherry masih saja menjadi tumbal untuk mengerjakan ini-itu oleh karyawan lain. Hingga tiba pukul tujuh, Cherry sudah bersiap hendak pulang. Namun, Mia menghadang langkahnya.
"Nih, anter pesanan!" ucapnya.
Cherry menerima sebuah tote bag yang Mia sodorkan. "Boleh nggak aku nolak, Kak? Aku capek banget soalnya, juga rada nggak enak badan!"
"Gue sih maunya juga gitu. Mau gue anterin sendiri, tapi Mas Damian mintanya lo yang nganterin. Lagian siapa juga yang nggak mau nganterin pesanan Mas Damian?"
"Gue," jawab Cherry dalam hati, lalu diimbuhi kalimat, "Tuh cowok bentar lagi jadi om-om kok resek banget sih!"
"Buruan!" seru Mia menyadarkan lamunan Cherry.
Cherry mengehela napas berat. Padahal jika Bu Fani mau memikirkan, beliau bisa memakai jasa ojek online atau ojek antar pesanan untuk kafenya agar bukan karyawan yang mengantar. Namun, mungkin karena kafenya masih termasuk baru, jadi Bu Fani belum memikirkannya sampai sana. Hanya saja, saat ini Cherry tidak mungkin mengunakan motor milik kafe karena hal itu akan membuat Cherry kembali ke sana, yang mungkin akan membuat Cherry kembali disuruh-suruh. Bisa saja. Jadi, tanpa berpikir lebih logis lagi, Cherry pun memesan ojek online untuk menuju alamat penerima yang sudah pernah Cherry kunjungi.
Sesampainya Cherry di sana, ia pun kebingungan sebab gedung di hadapannya tampak sepi. Walau cukup terang, tapi Cherry merasa bingung harus bagaimana karena di sana tidak ada satu orang pun yang terlihat.
"Masuk aja gitu?" tanya Cherry.
Lalu, gadis itu mengecek alamat yang tertera di secarik kertas. Di sana terdapat sebuah nomor yang bisa dihubungi, sehingga Cherry pun mengetik nomor itu di ponselnya, dan mulai memanggilnya.
Pada dering keempat, panggilan terjawab dan terdengar sahutan dari seberang.
"Pak Damian?"
Setelah mengatakan itu, Cherry dibuat meringis karena ia merasa sulit menentukan sebutan untuk Damian. Mas atau Pak, atau Kak, atau lagi Bang? Inilah kenapa Cherry tidak suka mengenal seseorang yang lebih dewasa darinya tanpa mengenal lebih jauh. Membuat Cherry tidak bisa konsisten dalam menempatkan tata bahasa.
"Saya belum setua itu."
"Halah, apa aja deh. Ini aku udah di bawah, ambillah pesanannya!" ucap Cherry, cukup tidak ramah.
"Hm."
Begitu Damian mengatakan hm, sambungan terputus. Membuat Cherry mengeram kesal dan jadi lebih bete. Lalu, ketika gadis itu sedang menunggu kehadiran Damian, seseorang yang Cherry perkirakan berumur sama seperti Damian menghampirinya.
"Nyasar, Dek?" tanyanya. Dia Fabio.
"Eng—engak," jawab Cherry. Gadis itu mendadak takut karena Fabio tampak seperti om-om yang macam-macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry's Life [END]
Подростковая литература[BACA= FOLLOW] By: Khrins ⚠️Cerita alay, belum direvisi! JANGAN BACA! ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Terkadang, menyerah dalam bertahan itu diperbolehkan. Namun, pengecualian jika hal itu untuk menghindari hidup dan rasa sakit. Damian nyaris melakukannya...