Pukul sembilan Cherry terbangun entah untuk yang keberapa kalinya. Di dahinya sudah ada hansaplast cooling fever yang Cherry perkirakan itu Sherryl yang menempelkannya. Gadis itu antara ingat dan tidak ingat, saat alarm pukul setengah limanya berbunyi, Cherry tidak langsung bangun seperti biasanya. Gadis itu justru mengigil di bungkusan selimut, lalu tetap bertahan di atas kasur sampai tiba waktunya untuk berangkat sekolah.
Saat itu Cherry ingat Sherryl membuka pintu kamarnya, lalu mencoba untuk membangunkannya. Namun, Cherry hanya bergumam hingga Sherryl menyentuh dahinya. Lalu Cherry mendengar Sherryl memanggil Mama. Setelah itu Cherry tidak tahu apa yang terjadi karena agaknya ia tertidur kembali. Lalu samar-samar Cherry mendengar suara Mama di kamar, lalu Havi dan Papa. Kemudian Cherry tidak sadar apa lagi yang terjadi hingga akhirnya kini ia terbangun sepenuhnya.
Kepalanya berdenyut hebat saat Cherry mendudukkan dirinya di atas kasur, lalu karena kasurnya bertingkat, Cherry harus menuruni tangga kecil untuk turun.
Ketika ia sudah turun dari kasurnya, Cherry melihat ada satu gelas air putih dan satu gelas susu cokelat yang sudah mendingin. Lalu obat pereda panas, thermometer, dan dua lembar roti tawar.
Di kondisinya saat itu, Cherry masih sempat memikirkan tentang pekerjaanya di kafe Fanshine. Bagaimana ia akan menjadi karyawan baik bila di hari pertama Cherry malah tidak bisa datang. Cherry takut Bu Fani tidak respect lagi kepadanya dan memilih untuk membatalkan Cherry menjadi karyawannya. Sehingga kini Cherry mencari-cari ponselnya untuk menghubungi Bu Fani.
Ketika ponselnya menyala, banyak pesan masuk termasuk dari Zillo. Namun, saat ini Cherry tidak cukup memiliki pertahanan untuk memaksa matanya menangkap cahaya ponsel. Karena itu akan menambah rasa tidak nyaman pada kepalanya juga matanya yang menjadi pedih. Sehingga hanya nomor Bu Fani yang Cherry sentuh saat itu.
Cherry: Selamat pagi Bu Fani, maaf untuk mengatakan ini. Hari ini saya tidak bisa datang ke kafe Fanshine seperti yang sudah saya janjikan kemarin. Sebabnya, saya deman sejak pagi tadi, sehingga menghalangi kegiatan saya termasuk sekolah dan janji saya bekerja di kafe Fanshine. Sekali lagi saya minta maaf dan kalau boleh meminta saya mohon untuk diberi kesempatan tetap bekerja di kafe Fanshine sampai saya sembuh nanti. Terima kasih Bu Fani, dan maaf telah menyita sedikit waktunya.
Dengan mata pedih dan kepala berat, Cherry sempatkan untuk membaca ulang pesan panjangnya itu agar benar-benar tidak ada yang salah atau typo. Dan dalam hatinya berharap, semoga pesannya bisa diterima oleh Bu Fani dan memang layak untuk dibaca. Jujur, Cherry belum mengetahui tata cara izin tidak bekerja sebagai karyawan-karyawan seperti itu, sehingga saat ini Cherry cukup takut bila tindakannya itu salah atau kurang tepat.
Namun, Cherry mencoba untuk tidak memikirkannya terlebih dahulu karena ia benar-benar pusing saat itu. Bahkan rasanya ia seakan berada di awang-awang. Benar-benar tidak bisa merasakan alam nyatanya. Terlebih ketika Cherry berdiri dari kursi belajarnya, gadis itu nyaris saja ambruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry's Life [END]
Teen Fiction[BACA= FOLLOW] By: Khrins ⚠️Cerita alay, belum direvisi! JANGAN BACA! ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Terkadang, menyerah dalam bertahan itu diperbolehkan. Namun, pengecualian jika hal itu untuk menghindari hidup dan rasa sakit. Damian nyaris melakukannya...