The power of orang kaya katanya, batin Damian. Padahal ada hati kecilnya yang tidak keberatan menolong Cherry, tapi hal itu dicemari oleh Zillo. Andai saja gitar itu bukan untuk Zillo, maka Damian akan dengan senang hati membantu Cherry, tanpa pamrih dan ikhlas lahir batin.
Rasanya menolong seseorang yang berjuang untuk orang lain sangatlah menyesakkan hati. Namun, untuk apa Damian merasa begitu? Dia dan Cherry tidak ada hubungan apa-apa yang lantas membuat Damian mesti memiliki perasaan semacam itu, tapi anehnya Damian merasa begitu. Entahlah.
"Bisa bantu gue nyari gitar?" Damian menoleh ke arah Fabio. Ah, dia saja masih meminta tolong orang lain di atas dirinya yang menjadi penolong Cherry.
"Buat apa?" Fabio bertanya dengan dahi berkerut.
"Nggak mungkin lo kuliah mahal-mahal cuman buat nanyain gitar buat apa!" Seru Damian dengan nada sarkasme-nya.
"Itu cuman pertanyaan reflek aja," ucap Fabio, sepenuhnya ia tidak terima mendengar kalimat dari Damian barusan. "Gitar kaya gimana?"
Sontak Damian memperlihatkan layar ponselnya, yang di sana ada foto Zillo yang sedang memegang gitarnya. Hal itulah yang menjadi alasan Damian begitu gondok terhadap Cherry. Kenapa dia harus memberikan contoh gitarnya menggunakan foto Zillo.
"Yang kaya ginimah Darma punya. Tapi lo mesti terima bekas kalau dia setuju buat jual gitarnya, atau lo yang minta dia nyariin."
"Nggak kenal," ucap Damian. Mendengar Fabio menyebut nama Darma dengan keakraban yang begitu nyata cukup membuat Damian tidak nyaman sebab di mata Damian seorang Darma itu asing.
"Ya kenalan. Gitu aja ribet, dia adik tingkat gue dulu. Anak musik, gue yakin dia bisa nyari tuh gitar bahkan sebelum jam dua belas malam," kata Fabio.
"Gue nggak bilang mesti sebelum jam dua belas."
"Ck! Bercanda doang, gue lagi nyingung Cinderella. Ah lo nggak sefrekuensi sama gue!" Fabio misuh-misuh jadinya.
Damian mengedikkan bahu, tidak peduli dan kembali fokus menatap layar ponselnya. Melihat ada Zillo di sana seakan membuat hawa pada tubuh Damian mendidih, tapi ia tak bisa melepas pandangan dari foto cowok itu, karena dengan begitu Damian bisa memikirkan Cherry. Ternyata Zillo benar-benar bisa menghubungkan pikiran Damian dengan Cherry.
"Gue cabut ya, balik ke kantor!" Fabio lekas bangkit dari duduknya.
"Gue juga mesti balik kantor!" Damian buru-buru menyambar dengan kalimatnya.
Fabio terdiam sejenak, lalu berpikir. "Kasih aja tangung jawabnya ke Kefan, tanpa arahan juga dia bakal inisiatif ngelakuin ini itu."
Damian akhirnya mengangguk. Baguslah kalau begitu, jadi Damian bisa meninggalkan studio tanpa kejanggalan suatu apa pun dan tanpa khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry's Life [END]
Teen Fiction[BACA= FOLLOW] By: Khrins ⚠️Cerita alay, belum direvisi! JANGAN BACA! ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Terkadang, menyerah dalam bertahan itu diperbolehkan. Namun, pengecualian jika hal itu untuk menghindari hidup dan rasa sakit. Damian nyaris melakukannya...