Hidup Zillo adalah musik. Dengan musik Zillo seakan mendapat energi yang lebih dari apa yang ia dapat ketika menjalani hidup. Mungkin juga musik menjadi salah satu dari sedikit hal yang mana untuknya dapat memberikan alasan betapa musik sangat berarti untuk ditinggalkan. Itu artinya, apa pun masalah berat dan apa pun yang membuatnya merasa kesulitan, ada musik yang mampu menahan Zillo untuk tetap bertahan.
Kecintaanya terhadap musik kian sempurna setelah Vare berhasil dibentuk tanpa sengaja. Dan bagi Zillo, kesempurnaan itu akan lebih purna bila Vare memiliki karya sendiri. Tidak melulu cover lagu penyanyi lain. Sehingga sejak kesadarannya akan hal itu, Zillo pun mulai berusaha membuat lagu sendiri yang ternyata lebih sulit dari pada mencari topik untuk bahan chat doi.
Perjuangannya itu benar-benar tanpa henti. Siang, malam, sore bahkan pagi, otaknya tidak mau berhenti memikirkan lirik demi lirik yang bisa ia jadikan lagu. Seperti saat ini, Zillo masih sempat memikirkan lirik-lirik ciptaanya yang belum juga sempurna di pagi hari menjelang berangkat sekolah. Cowok itu pun lantas melirik gitarnya yang rusak. Gitar pemberian masa lalunya. Gitar itu adalah saksi terakhir hubungan mereka, sebelum dia memutuskan untuk mengakhirinya.
Momen mereka berdua yang telah mereka jalani bertahun-tahun lalu nyaris tercipta di otaknya, hendak mengeser lirik-lirik random yang ada di kepala Zillo, sebelum akhirnya notifikasi pesan dari Emmi mucul dan menyadarkan Zillo dari lamunan dan mencegah cowok itu untuk flashback.
Emmi: Chat gue jg ga dibls sm Cherry...
Setelah itu Zillo langsung mengecek room chat-nya yang langsung disambut oleh nomor Cherry di posisi paling atas. Gadis itu, masih belum membalas pesannya, dan ini sudah dua hari berlalu sejak Zillo mengetahui Cherry demam. Meski Zillo sudah tidak sekhawatir saat pertama ia tahu Cherry tidak ada, karena akhirnya ia tahu Cherry sakit—bukan seperti dugaanya jika Cherry menghilang—Zillo tetap merasa ia harus bertemu dengan Cherry. Ia ingin melihat kondisi gadis itu.
Di saat Zillo sedang fokus menatap gamang nomor berfoto profil Cherry, tiba-tiba caller id dengan nama Jay muncul. Membuat Zillo super terkejut dan nyaris menjatuhkan ponselnya.
"Ha?" kata yang pertama Zillo lontarkan begitu menjawab panggilan dari Jay.
"Jemput gue dong!"
"Nyaris mustahil buat lo yang punya garasi kaya show room mobil, tapi ke sekolah masih mau nebeng. Gila aja!"
"Iya, masalahnya ini gue bingung mau make mobil yang mana. Makanya nebeng!"
"Meh, jijik banget," ucap Zillo merasa gerah mendengar kalimat Jay yang terkesan sombong.
"Gue sebenarnya mau nebeng Jazi. Tapi HP dia nggak aktif. Bilangin dong."
"Jazi siapa? Di sini ada tiga yang namanya Jazi. Gue juga Jazi!"
"JAZIAN!"
Jay menjawab dengan keras. Cukup membuat Zillo menjauhkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry's Life [END]
Teen Fiction[BACA= FOLLOW] By: Khrins ⚠️Cerita alay, belum direvisi! JANGAN BACA! ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Terkadang, menyerah dalam bertahan itu diperbolehkan. Namun, pengecualian jika hal itu untuk menghindari hidup dan rasa sakit. Damian nyaris melakukannya...