Thirty-ninth Page

8 0 0
                                    

━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━

"Kalau jalan kaki digunain dengan bener. Mata juga buat liat yang bener!" Zillo berseru ketika salah seorang teman sekolahnya tidak sengaja menyenggol tubuhnya.

"Sori, Zil. Gue nggak sengaja." Dia menangkupkan telapak tangannya.

"Nggak sengaja matamu! Kalau ada masalah sama gue bilang!" Zillo mulai ngelunjak. Dia bahkan menghadap teman sekolahnya dan memojokkan dia hingga tubuhnya menyentuh tembok.

Sebagian orang bertanya-tanya mengapa hari ini Zillo begitu sensitif. Bahkan Zillo sendiri tidak menyadari sikapnya yang mendadak berubah. Ia hanya tak mengerti, ketika dirinya mendapati Cherry tak lagi datang ke sekolah, mendadak suhu tubuhnya naik.

Semua organ dalamnya berdentun-dentum bahkan urat-urat nadinya tampak menonjol. Rasanya ada yang begitu mengganggu hatinya. Seakan ada yang berjubel di sana dan tidak bisa Zillo bebaskan begitu saja. Sehingga hal itu mengkontaminasi perasaan Zillo untuk menumbuhkan emosi yang disebut marah, kesal, dingin dan keras.

Otaknya pun seakan mendidih, rasanya ia ingin mencabik-cabik sesuatu dan berteriak di depannya. Bahkan rasanya ia ingin meruntuhkan gedung sekolahnya. Zillo ingin sekali melepas suatu hal yang menggerogoti hatinya, dan Zillo tidak bisa menyebut hal itu dengan apa sebab Zillo sendiri bingung. Rasanya bikin sesak, resah, gelisah. Bahkan tak jarang Zillo meraba-raba permukaan perut dan dadanya seakan ia bisa mengambil perasaan itu begitu saja.

"Sori-sori." Orang itu terus meminta maaf. Jika saja dia pun memiliki hawa sensitif saat itu, mungkin ia akan meladeni Zillo dan berkelahi dengannya. Namun, beruntung orang itu termasuk orang yang penyabar.

Emmi datang, berusaha menarik Zillo pergi dari sana. Namun, kekuatan Zillo dalam bertahan di sana justru membuat tubuh Emmi sedikit terpental sebanyak dua langkah.

"Lo nggak usah ikut campur. Jangan mentang-mentang lo tau segalanya tentang gue, lo jadi bisa semaunya mau main-main sama gue. Jadi selagi udah gue peringatin baik-baik, lo pergi sekarang!" ucap Zillo, memperingati Emmi dengan ekspresi barunya. Ekspresi yang benar-benar baru-baru ini tercipta.

Emmi menurut. Tapi bukan karena menyerah begitu saja. Emmi hanya merasa ia sudah tidak lagi memiliki ruang di kehidupan Zillo. Sudah sejak lama Emmi merasakan dia kehilangan sosok Zillo. Seakan Zillo telah menginterupsi Emmi untuk pergi dari kehidupannya.

Meski Emmi yakin Zillo tak bermaksud memutus hubungan pertemanan mereka, tapi apa yang pernah terjadi cukup menciptakan jarak untuk mereka. Seakan dari masalah lalu itu bukan hanya menjadikan kekecewaan terpendam dalam diri mereka. Namun, menumbuhkan keadaan asing secara perlahan.

Mungkin Emmi tinggal menunggu waktunya tiba, untuk mereka benar-benar merasa asing sepenuhnya.

"Wah bro! Tolong ini temen gue, lo ada masalah apa sama dia?" Mevan menarik tubuh Zillo untuk sedikit mundur.

Cherry's Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang