Fortieth Page

6 0 0
                                    

━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━

Apa yang dikatakan oleh Yaksa belum cukup menjadi lega, tetapi menjadi sebuah harap yang membuat Zillo buru-buru pergi ke sekolah, untuk menemui Jay. Ia tidak ingat apa-apa soal semalam, dan begitu terbangun ia sudah berada di atas lantai kamarnya. Lalu dering telfon dari Yaksa-lah yang membangunkan Zillo.

Lalu kata Yaksa tadi pagi, "Buru cari Jay, dia katanya mau ngasih tau lo soal Cherry." Begitu saja, bahkan belum sempat Yaksa memberi kalimat lagi, Zillo sudah mematikan sambungan telfonnya, lalu dengan langkah sempoyongan menuju kamar mandi pribadinya.

Kemudian di sekolah-lah sekarang Zillo berada. Dengan langkah tidak sabar menelusuri gedung kelas sebelas untuk mencari keberadaan Jay. Namun, sebenarnya Zillo tahu jika Jay tidak akan datang ke sekolah paling tidak sebelum pukul tujuh kurang sepuluh menit. Sedangkan saat itu baru pukul enam lewat lima belas menit.

"Tau gitu gue ke rumahnya aja tadi," monolog Zillo, kesal sendiri jadinya.

Lalu ia pun duduk di tepi pembatas koridor untuk menunggu Jay dengan perasaan resah tak sabar. Sejenak ia fokus mengerakkan wajahnya yang masih sedikit nyeri akibat perkelahiannya dengan Mevan kemarin. Dan begitu saja, waktu berlalu hingga tiba saatnya Jay muncul. Melangkah dengan santai di koridor menuju kelasnya.

Sedangkan Zillo masih memperhatikan Jay dari tempat duduknya dengan intens. Lalu ketika langkah Jay kurang dari lima langkah dari jarak di mana Zillo duduk, cowok itu sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi, dan sontak bangkit menghampiri Jay.

"Yaksa bilang lo mau ngasih tau soal Cherry?" Zillo langsung menodong janji Jay semalam yang bahkan sebenarnya tidak Zillo ketahui jika saja Yaksa tak memberi tahu.

Jay yang baru banget sampai di sekolah sempat tercenung sebab ia sempat melupakan janjinya semalam. Sejenak ia merasa menyesal telah menjanjikan Zillo soal Cherry, dan apa yang ia katakan semalam itu hanya sebuah reflek yang sudah tak tertahankan dalam hati Jay. Rasanya ia pun ikut resah, terlebih kekalutan Jay membuat Jay jadi sumpek, dan tahu-tahu mengatakan akan memberitahu Zillo soal Cherry. Spontan yang ia lakukan itu membuatnya menyesal sendiri.

Jika dulu Jay masih bisa membohongi Mevan dan mengatakan bahwa ia tak berhasil mencari tahu soal Cherry, maka kali ini Jay tidak bisa mengelak dan beralasan meski Jay memiliki 101 alasan untuk ia utarakan kepada Zillo, sehingga dengan wajah berpikir panjang Jay berikan untuk menanggapi pertanyaan Zillo yang orangnya masih setia menunggu jawaban dari Jay.

"Jay!" Zillo menyadarkan Jay yang tak kunjung bersuara.

"Oit!" Dan Hanan datang. Cukup tiba-tiba sebab biasanya cowok itu terus pergi ke kelasnya, tapi tahu-tahu saja ikut menghampiri Jay di gedung kelas 11.

"Gimana? Udah dikasih tau soal Cherry?" tanya Hanan pada Zillo yang sontak membuat Zillo kembali menatap Jay dan kembali memberi Jay ekspresi tanya.

Namun, diamnya Jay pun turut membuat Hanan geram. "Yaelah, kelamaan. Gue aja nih yang ngasih tau, si Cherry masuk rumah sakit." Saat mengatakannya, Hanan melirik Jay, hanya untuk mengetahui ekspresi dan reaksi Jay kala mendengar untaian kalimatnya mengenai Cherry.

Cherry's Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang