Fortieth-third Page

7 0 0
                                    

━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━  ━ ━ ━ ━ ━

Ketika Papa mengungkapkan alasan mengapa mereka berpisah Cherry tak memiliki kata-kata untuk diucapkan. Dia begitu bingung dan merasa tidak mempunyai bekal untuk menjadi seorang anak yang biasa orang-orang sebut dengan broken home. Rasanya saat itu—sebelumnya—Cherry memang berpikir hal itu bisa saja terjadi dan bukan suatu kemustahilan. Namun, untuk dialami oleh keluarganya sendiri, Cherry tak pernah membayangkan.

Melihat betapa sayangnya mereka dengan Sherryl sudah lebih dulu membuat Cherry berpikir meraka tak akan meninggalkan anak yang mereka sayang itu. Hingga ketika sebuah kata pisah terucap untuk pertama kalinya—dulu—Cherry terkejut luar biasa. Dan bertanya-tanya apa yang terjadi sementara selama itu keluarganya baik-baik saja.

Lalu alasan itu baru Cherry ketahui, ketika dia duduk berdua saja dengan Papa di rumah sakit.

"Ini semua salah Papa." Katanya, waktu itu.

"Papa yang memulai ini semua, hanya karena Papa merasa rendah diri."

Saat itu Cherry memberi kesempatan untuk Papa berkeluh kesah padanya. Barangkali selama ini yang terlalu lelah itu sebenarnya Papa, yang tak pernah memiliki pendengar sama sekali, dan tidak mempunyai seseorang untuk memberinya solusi atau dukungan. Mungkin saja Papa juga telah terbebani dengan perasaannya sendiri yang telah tertanam begitu dalam di hati.

"Dulu, Papa kurang suka Mama kamu kerja. Papa maunya kalian semua bergantung sama Papa. Tapi Mamamu nggak mau karena merasa jadi perempuan juga harus punya pendirian." Papa masih menjelaskan, disimak oleh Cherry.

Mereka benar-benar hanya berdua di sana, di tengah malam yang belum cukup membuat mata mereka terpejam untuk menjemput mimpi, dan kemudian menyambut pagi.

"Papa mencoba untuk menerima, dan selama itu Papa nggak masalah. Lagi pula itu bukan hal yang salah. Tapi, lambat laun perusahaan Papa mengalami penurunan, sedangkan perusahaan Mamamu mengalami kenaikkan. Penghasilan yang Mama kamu dapat jauh di atas Papa. Dan ketika perusahaan Papa di ambang bangkrut, Papa jadi merasa rendah diri. Papa merasa tidak ada harga dirinya sebagai kepala rumah tangga. Hingga saat Papa merasa nggak tahan sama keadaan itu, Papa lagi-lagi nyuruh Mama kamu buat berhenti kerja."

Kalimat itu cukup membuat Cherry menduga asal mula hubungan Papa dan Mama yang berakibat pisahnya mereka.

"Di sana, Mama kamu marah, dan bilang kalau Papa terlalu egois nyuruh Mama kamu berhenti kerja sementara Papa udah nggak memungkinkan buat nafkahin kalian. Di saat itu, Papa mengambil hati atas ucapan Mama kamu, dan Papa marah. Di situlah hubungan kami jadi merengang. Tapi kami masih mencoba buat menyembunyikannya dari kalian."

Setelah merasa Papa telah menyelesaikan curahan hatinya, Cherry pun mengelus pundak Papa. Memberinya semangat. Dan apa yang Papa lakukan itu memang atas kendali emosi yang tertanam dalam diri Papa, sehingga beliau memang butuh seseorang untuk setidaknya menjadi penenangnya. Namun, Papa memilih untuk memendamnya, sehingga semua yang beliau pendam menciptakan emosi yang sensitif.

Cherry's Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang