"OH MY GOD! "
Teriakan melengking seorang gadis memenuhi kediaman Lakeswara. Suasana rumah yang sebelumnya tenang mendadak seperti pasar malam karena Ibel yang tidak berniat menahan suaranya.
Ia yang turun menggunakan tangga, langsung melesat menuju pintu mansion begitu dirinya menginjakkan kaki di lantai 1. Karena terburu-buru Ibel sampai lupa jika di mansion itu ada lift. Ibel bahkan tak mempedulikan Bunda Agatha dan Ayah Adit yang saat ini duduk di ruang tamu.
Dan kedua orang tuanya hanya bisa terbengong-bengong melihat tingkah anak mereka yang di luar nalar. Pemandangan asing yang mencengangkan.
Namun, beberapa detik kemudian Ibel kembali masuk ke mansion dengan langkah menuju ruang tamu. "Ibel pamit." Setelah menyalimi tangan Bunda Agatha dan Ayah Adit, Ibel berlari keluar mansion. Larinya lebih cepat dari sebelumnya.
"Anak kamu tuh, Mas," celetuk Bunda Agatha sambil menggelengkan kepala pelan.
"Anak kamu juga," balas Ayah Adit dengan senyum tipis yang terpatri di bibirnya.
•••••
Saat ini Ibel sangat panik karena jam sudah menunjukkan pukul 07.15, yang mana itu artinya ia sudah terlambat masuk sekolah! Salahnya juga karena tidur larut sampai suara alarm tak bisa membangunkannya. Salahnya juga karena mengunci pintu kamar, sehingga bundanya tidak bisa membangunkannya. Argh, gue nggak mau dihukum!
Karena saat menjadi Seyna ia termasuk murid rajin yang tidak pernah mencatatkan namanya di buku BK, ia jadi tidak rela bila dalam sejarah hidupnya namanya tercatat di buku itu.
Meski ia sudah memutuskan untuk menikmati masa muda, bukan berarti ia jadi seenaknya.
"Pak, tolong ngebut lagi ya," pinta Ibel yang diangguki sopir pribadi keluarganya.
Sepanjang perjalanan, Ibel tak henti-hentinya berdoa agar hal buruk yang terpikir oleh otaknya tidak menjadi kenyataan. Tenang, Bel, moga aja ada keajaiban jam masuknya diundur. Batinnya penuh harap.
Akan tetapi, harapannya itu hanya sekedar harapan. Sebab, saat Ibel sudah sampai di depan sekolah, gerbang tinggi sebagai pembatas wilayah BSH sudah tertutup rapat. Sial!
Tidak hilang akal, Ibel bergegas menuju belakang sekolah yang biasanya ada jalan untuk murid yang telat masuk. Saat ia menemukan jalan yang berupa celah untuk bisa ia panjat, naasnya ia harus melewati sebuah warung yang penuh dengan laki-laki berjaket hitam.
"Ke sana, jangan? Ke sana, jangan?" Bukannya Ibel takut atau apa, ia hanya malas menjadi pusat perhatian saat ia melakukan aksinya. Ibel tidak geer, tapi sifat manusia yang cenderung tertarik pada hal yang 'menarik' membuatnya yakin akan tebakannya.
Bomat! Daripada absensi gue merah.
Kemudian tanpa mempedulikan orang-orang itu, Ibel langsung berjalan menuju celah yang tadi ia lihat. Ada bagian gerbang belakang yang sedikit rusak, sehingga lebih mudah untuk dipanjat.
Ibel celingukan memastikan keadaan dalam Bimasakti, dirasa aman, Ibel pun langsung melemparkan tasnya lebih dulu, agar ia lebih mudah memanjat.
Dan seperti dugaannya, saat ini ia telah menjadi pusat perhatian dari orang-orang berjaket hitam. Menjadikan aksi Ibel sebagai tontonan menyenangkan di pagi hari.
"Wih, perlu bantuan nggak, Neng?" teriak seorang laki-laki berambut keribo sambil terkekeh pelan.
"Neng cantik nggak perlu takut jatuh, aa siap sedia menolongmu," celetuk yang lain.
"Sini aja atuh, Neng, ngopi. Daripada nanti dihukum karena terlambat."
Ibel menurunkan kakinya yang siap naik ke gerbang, telinganya mendadak panas karena ucapan para manusia yang menjengkelkan. Alhasil Ibel menoleh ke belakang lalu melayangkan tatapan tajam yang justru menimbulkan sorakan tengil dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Thread
Teen Fiction[Only on Wattpad!] Bereinkarnasi ke tubuh tokoh fiksi? Sepertinya kesialan sekaligus anugerah telah dialami Seyna Amalia. Ia adalah seorang perempuan yang baru memasuki bangku perkuliahan setelah 3 tahun duduk dibangku SMA. Seyna yang saat itu sedan...