17. Fourth Drama

4.4K 511 29
                                    

Vote sebelum baca
Comment setelah baca

HAPPY READING!

Saat ini Ibel, Rafa, dan Aidan sedang berjalan menuju lantai 7, tepatnya ke restoran Jepang yang mana di sana masih ada orang yang harus mereka jemput.

Ibel bahkan dibuat terkejut saat Rafa bilang ia sedang jalan berdua dengan Vio dan pas sekali mereka makan di restoran yang di sana menjadi tempatnya dengan Kila serta Nara makan.

Di otaknya yang sedang bingung saja dapat Ibel bayangkan bagaimana nanti ketika ketiga manusia yang terlibat cinta segitiga itu bertemu. Berarti rencananya hari ini bersama Kila untuk menjauhkan Nara dari Rafa dan Vio gagal dong? Yang artinya juga, alurnya kembali berjalan seperti yang tertulis di novel, meski adegannya berbeda.

Ini kayaknya takdir emang jalannya gini deh, batin Ibel yang hampir pasrah. Nggak-nggak, nggak boleh. Nanggung, mau juga usaha masa udah nyerah aja cuma karena alur yang nggak mau diajak kompromi. Rencana gue aja belum jalan seperempatnya, jadi harus tetep gas, batinnya lagi semangat.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, bukannya lebih baik Ibel tidak usah ikut campur dengan alur novel? Mengingat di dalam novel Kepingan Hati, kehidupan tokoh Ibel dari awal sampai akhir aman sentosa tanpa halang rintang melanda.

Sosok Ibel bukanlah orang yang harus merubah alur untuk menyelamatkan hidup. Seyna pun tidak punya sifat maruk yang membuatnya ingin merebut peran orang lain dan mengambil seluruh perhatian yang ada. Intinya ia tidak perlu melakukan apa-apa untuk apa-apa.

Tapi kenapa ia tetap mau meribetkan diri untuk merubah alurnya?

Semua karena Naraya Frinzia Gwydion.

Mungkin di antara semua orang di sini, ia lah yang paling tahu bagaimana kehidupan Nara di luar panggung utama. Bagaimana menderitanya sosok Nara. Dan bagaimana ia tidak pernah merasakan bahagia. Ya, mungkin hanya Ibel lah yang tahu.

Maka dari itu, alasan terbesarnya memutuskan untuk merubah alur karena ia ingin memberikan setidaknya sedikit alasan untuknya bahagia tanpa merugikan orang lain. Mengingat sebelum kecelakaan ia sempat mengatakan ingin membantu Nara, bisa jadi alasan Tuhan memindahkan jiwanya karena ucapannya itu.

Dengan kata lain, itu lah tujuan keberadaannya di sini. Atau bisa saja lebih dari itu.

Helaan nafas terdengar.

Memikirkan alur saja sudah membuatnya pusing, dan sekarang beban pikirannya bertambah karena 1 sosok manusia bernama Ael.

Andai saja tidak ada tokoh baru yang mengganggu kehidupannya, ia mungkin hanya pusing saja, tidak sampai pusing banget.

Mana Ibel tidak bisa melawan Ael dengan otot. Kalau adu argumen, ia yakin akan menang. Tapi, Ael lebih main ke otot daripada mulut, jadi susah.

Helaan nafas kembali terdengar.

Ia yang menatap lurus jalanan, perlahan melirikkan mata ke wajah 2 cowok tampan di samping kiri dan kanan tubuhnya. Melihat luka yang mereka dapat karena tadi membelanya, tak ayal memunculkan rasa bersalah di hatinya.

Terbesit pikiran seharusnya ia tidak meminta bantuan pada mereka, tetapi Ibel yakin bila ia bersikeras menyelesaikan urusannya sendiri tadi lalu pulang dengan keadaan babak belur, mereka yang akan lebih merasa bersalah kepadanya. Menyalahkan diri mereka sendiri karena tidak sampai membuat Ibel percaya pada mereka.

Dan tentu saja, ia tidak mau itu. Jadi, ia akan mengenyahkan pikiran negatifnya dan merubah kata maaf menjadi terimakasih.

Untuk luka keduanya, belum bisa ia obati. Tidak adanya barang untuk memberikan pertolongan adalah alasan utama Ibel tidak bisa melakukan apa-apa. Rencananya saat mereka sampai restoran baru ia akan mengobati Rafa dan Aidan. Tadi saat ia belanja, ia membeli perlengkapan p3k untuk stok, sehingga barang-barang itu akan ia gunakan untuk mengobati keduanya nanti.

Purple ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang