4. Sifat Baru

12K 1.2K 28
                                        

Tap!

Tap!

Tap!

Suara langkah kaki yang berasal dari lift mengambil atensi semua orang yang ada di meja makan. Ketika mereka menoleh, dapat mereka lihat seorang gadis cantik dengan piyama putih motif garis sedang berjalan menuju ke tempat mereka.

Gadis cantik itu Ibel.

Sebenarnya Ibel sudah memasang senyum cerah ketika ia datang, namun senyum itu seketika luntur kala melihat ada orang lain di antara keluarganya. Mereka para sahabat abangnya.

"Sayang, kami udah nungguin kamu loh. Yuk sini duduk," ucap Bunda Agatha sambil tersenyum ke arahnya.

Melupakan keberadaan Aidan, Nathan, serta Jev, Ibel pun bergegas mendekati bundanya kemudian mengecup singkat pipi wanita paruh baya itu. Tak lupa ia juga mengecup pipi ayahnya.

Tindakannya itu langsung saja membuat mereka semua menganga takjub, terkecuali Aidan, Rafa, dan Ayah Adit -Aditya Lakeswara-. Ketiganya hanya melebarkan mata meski hanya sedetik. Maklum 3 manusia beku.

"E-eh, Adek mau makan apa?" Meski masih terkejut dengan tindakan baru anaknya, Bunda Agatha melebarkan senyum cerah. Jujur saja ia sangat senang dengan perlakuan Ibel barusan, sebab Ibel hampir tidak pernah bersikap manis seperti itu. Pernah pun ketika ia masih kecil.

"Nasi, capcay, sama telur dadar, Bun," jawab Ibel seraya duduk di kursi kosong sebelah sang bunda.

Sembari menunggu Bunda Agatha mengambilkan makanan, dapat Ibel rasakan tatapan 5 orang lelaki terarah padanya. Namun, seolah tak merasakan apa-apa, Ibel tetap mempertahankan sikap biasa saja. Malahan ia lebih tertarik ke berbagai hidangan di depan matanya. Sudah lama ia tidak melihat makanan sebanyak ini.

"Ekhem! Banyakin nasinya, Bun, biar Adek kenyang. Tadi kata Bi Mara Adek belum makan sejak pulang sekolah." Kali ini suara Ayah Adit menarik perhatian mereka.

Pria paruh baya yang masih nampak awet muda itu tersenyum kecil ketika tatapannya bertemu dengan sang putri. Ia juga merasa sama bahagianya dengan sang istri. Dan Ibel membalas senyum itu selebar daun pepaya.

Senyum Ibel terlihat begitu menggemaskan di mata mereka semua. Sosok gadis yang selama ini banyak diamnya, bahkan tak pernah berekspresi, saat ini justru tersenyum lebar tanpa beban. Pemandangan langka yang sayang jika dilewatkan.

Setelah itu, mereka melaksanakan makan malam. Aturan yang ditetapkan Keluarga Lakeswara untuk tidak berbicara ketika makan, membuat meja makan itu hening. Mereka akan bercengkrama nanti setelah selesai makan.

•••••

"Gimana sekolah kalian? Lancar?" Pertanyaan Ayah Adit yang ditujukan untuk ketiga sahabat putranya, mengawali percakapan mereka setelah menyelesaikan acara makan malam. Wajah dingin, namun tersirat keteduhan itu membuat baik Rafa, Jev, Nathan, Aidan, serta Ibel merasa nyaman.

"Lancar dong, Om," jawab Jev semangat. Cowok itu memang selalu semangat di mana saja dan kapan saja.

"Heleh, kibul lo, Jev. Nilai jeblok karena obses main PS aja sosoan ngomong lancar. Pikirin tuh Tante Diana yang ngomelin lo gara-gara PS," celetukan Nathan membuat Jev merengut sebal. Ah, ia diingatkan dengan hal itu lagi. Momen melelahkan saat mendengar ibu tersayangnya mengomelinya berjam-jam karena bermain PS sampai tak kenal waktu.

Sedangkan Nathan, setelah mengejek sohibnya ia hanya tertawa cekikikan. Ia tidak merasa bersalah sedikit pun, karena membuat Jev sebal adalah salah satu hobinya.

Ayah Adit tersenyum simpul melihat perdebatan itu. Kemudian pandangannya terarah pada Aidan, sahabat putranya yang 11 12 dengan putri dan putranya, dingin dan irit bicara. Tapi, entahlah untuk sekarang, karena ia merasa aura Ibel tidak sedingin dulu.

Purple ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang