25. Pertemuan Tidak Terduga

2.1K 254 26
                                    

Vote sebelum baca
Comment setelah baca

HAPPY READING!

"Non Ibel mau keluar lagi?"

Pertanyaan itu membuat langkah Ibel yang hampir mencapai pintu mansion terhenti. Saat ia berbalik, ternyata dari arah dapur Bi Mara sedang berjalan dengan tergesa ke arahnya. Wanita yang sudah mengabdi lama di keluarganya itu nampak khawatir, padahal menurutnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Iya, Bi, ada apa? Bibi mau titip sesuatu?" jawab sekaligus tanya Ibel.

Bi Mara menggeleng. "Saya pikir Non Ibel sakit karena hari ini tidak sekolah, nona baik-baik saja?"

Ibel tersenyum tipis mendengarnya. "I'm fine, Bi, alasan aku nggak sekolah itu karena izin, hehe. Ayah sama bunda udah tau kok, jadi bibi jangan khawatir okai," ucapnya menenangkan.

Dapat dilihatnya Bibi Mara menghela nafas lega. Dan hal tersebut berhasil membuat Ibel tersenyum lagi. Sepertinya sang bibi dekat dengan Ibel asli, meski sikap Ibel yang dulu acuh tak acuh.

"Syukurlah kalau begitu, bibi lega dengernya. Non Ibel hati-hati di jalan, kalau laper pulang ya, Non, saya sudah masak makan siang yang enak khusus untuk Non Ibel," ujar Bi Mara.

"Siap," Ibel membalas dengan sikap hormat layaknya tentara. "Ya udah aku berangkat dulu, Bi, bye-bye," pamitnya kemudian pergi dari mansion dengan semangat 45.

Setelah tadi mengirimkan pesan pada pengrajin aksesori yang direkomendasikan bundanya, Ibel langsung bergegas menemuinya untuk membicarakan mengenai duplikat kalung Ael. Sebab ia rasa masalah ini harus dibicarakan secara langsung. Dari detail, bahan, dan kemiripan ia harus mewanti-wanti si pengrajin untuk menyamakannya.

Minimal kalung yang ia pesan tidak bisa dicurigai seperti duplikat lukisan Raden Saleh di film Mencuri Raden Saleh. Yah, semoga saja beliau bisa.

•••••

"Akhirnya beres." Setelah menghabiskan waktu 3 jam berdiskusi dengan si pengrajin, akhirnya Ibel merasa lega karena urusan kalung hampir selesai. Meski tidak dapat dipungkiri ia cukup takut bila nanti Ael sadar jika kalungnya palsu. Entah apa yang akan Ael lakukan padanya.

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir pikiran negatif yang mulai merecoki pikirannya. "Lagian Ibel nyimpen kalung aslinya di mana coba? Emang ada tempat lain selain kamarnya yang bisa dia jadiin tempat persembunyian?" Jujur saja ia masih menanyakan hal itu sampai sekarang.

"Apa mungkin Ibel punya apartemen? Kost-kostan? Home stay? Nyewa kamar hotel?" Oke cukup, pikirannya semakin ke mana-mana sekarang.

Saat Ibel akan melajukan mobilnya untuk kembali ke mansion Lakeswara, tanpa sengaja ia melihat sosok Nara yang baru keluar dari toko bunga yang tak jauh dari tempatnya parkir mobil.

"Itu beneran Nara, 'kan?" tanyanya pada diri sendiri. Ibel mencoba memincingkan matanya untuk memastikan, sampai perempuan itu menoleh singkat sebelum masuk mobil, baru lah Ibel yakin jika dia Nara.

"Kira-kira dia mau ke mana ya? Kok gue kepo." Karena perasaan kepo yang tidak bisa Ibel kontrol, ia pun tanpa basa-basi melajukan mobilnya mengikuti mobil yang sedang membawa Nara. Mengikuti dengan mulus ke mana pun mobil itu pergi.

Hingga beberapa menit kemudian mobil mereka mulai memasuki jalanan menuju tempat penuh duka dan kesedihan. Ibel sendiri tidak menyangka Nara pergi ke tempat ini. "Siapa yang mau dia kunjungi?" gumam Ibel mulai overthinking.

Saat ia melihat Nara keluar dari dalam mobil sembari membawa seikat bunga lily putih, Ibel masih terdiam di dalam mobil. Ia bingung harus melanjutkan rasa ingin tahunya atau pergi saja dari tempat itu.

Purple ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang