12. Perhatian

701 36 2
                                    

Carlise menghabiskan segelas susu vanilla yang memang selalu ia nikmati untuk sarapannya. Lalu Carlise menghindari tatapan Daniel yang tampak tersenyum bahagia dan terus saja memperhatikan dirinya. Jujur saja, Carlise merasa sangat malu karena Daniel terus memperhatikannya seperti itu. Saat ini, Carlise tinggal di kediaman Yakov. Setelah pemberkatan pernikahan mereka kemarin, Carlise memang tidak segera pulang ke rumahnya sendiri yang sudah dipersiapkan oleh sang ayah sebagai akomodasi selama dirinya berada di Rusia.

Carlise cemberut dan berkata, "Jangan menatapku seperti itu, Uncle!"

Daniel mengangkat salah satu alisnya dan bertanya, "Memangnya kenapa?"

"Uncle membuatku merasa malu. Jangan memperhatikanku dengan berlebihan seperti itu," jawab Carlise lalu mengambil sandwich sebagai pilihan sarapannya hari ini.

Daniel pun mengernyitkan keningnya lalu bertanya, "Kenapa sekarang kau kembali memanggilku dengan panggilan Uncle? Bukankah kemarin kau sudah memiliki panggilan baru untukku?"

Carlise mengabaikan Daniel dan memilih untuk tetap mengunyah makanannya. Daniel merasa tidak puas dengan sikap abai Carlise tersebut, Daniel pun bertanya, "Ayo, Sayang. Panggil aku seperti kemarin. Aku senang memanggilku dengan panggilan Hubby."

Carlise merasa sangat kesal dan berseru, "Uncle, jangan terus menggangguku!"

Daniel terkekeh. Lalu dirinya pun bertanya, "Kalau tidak ingin memanggilku dengan panggilan itu, bagaimana jika memanggilku dengan panggilan lain? Mungkin, dengan memanggil namaku secara langsung, seperti tadi malam?"

Sontak saja wajah Carlise memerah dibuatnya. Karena dirinya kembali teringat dengan malam panas yang mereka habiskan tadi malam. Carlise berusaha untuk mengendalikan dirinya sendiri. Sementara Daniel pun teringat sesuatu dengan berkata, "Sepertinya aku harus membeli atau membuat sebuah mansion baru untuk kita tinggali bersama setelah pengumuman pernikahan nantinya."

Carlise yang mendengar hal itu pun menggeleng. "Itu terlalu berlebihan, Uncle. Baik mansion ini maupun mansion yang dibelikan ayah masih bagus. Kita bisa tinggal di salah satunya, atau bisa bergantian untuk tinggal dari satu mansion ke mansion yang lain," ucap Carlise.

Daniel menggeleng. "Aku rasa itu tidak berlebihan. Anggap saja ini adalah hadiah pernikahan untukmu, Lise. Ah, atau mungkin kau ingin hadiah lain untuk pernikahan kita ini?" tanya Daniel.

Carlise terdiam, jelas memikirkan hadiah yang ingin ia minta pada Daniel. Hanya saja, Carlise pun menyadari hal lain yang lebih penting. Hal tersebut tak lain adalah hal yang terkait dengan pernikahan mereka. Carlise menggigit bibirnya dengan gelisah.

Lalu Carlise pun bertanya, "Uncle, lebih dari itu, bukankah ada hal yang lebih penting untuk kita bicarakan? Maksudku, bagaimana caranya kita membahas hal ini dengan orang tua kita? Mungkin, ayah dan ibu Uncle tidak akan mempermasalahkan hal ini. Namun, kurasa ayahku tidak akan menerima hal ini dengan baik. Apa yang harus kita lakukan, Uncle?"

Daniel bisa merasakan kegelisahan yang dirasakan oleh Carlise. Jujur saja, Carlise saat ini merasa sangat bersalah dan menyesal. Ia tidak menyesali fakta bahwa dirinya sudah menikah dengan Daniel. Ia malah merasa bahagia dengan fakta tersebut. Hanya saja, Carlise merasa sangat menyesal karena mengambil keputusan yang gegabah karena provokasi yang sudah Mina katakan padanya. Menikah tanpa diketahui oleh para orang tua, jelas adalah hal yang sangat gegabah.

Carlise yakin betul, jika ayahnya pasti akan marah besar. Sekalipun mendengar jika ini adalah keinginannya, Baskara memang tidak mungkin bisa menerimanya dengan lapang dada. Alih-alih marah padanya, sudah dipastikan bahwa Baskara pasti akan marah pada Daniel. Carlise tidak ingin sampai hubungan Baskara dan Daniel semakin memburuk, karena kebencian Baskara pada Daniel semakin membesar.

Daniel menggenggam tangan Carlise dengan sangat lembut, lalu menciumnya dengan penuh kasih. Hal tersebut sedikit banyak membuat kegelisahan yang Carlise rasakan menguap dengan mudahnya. Lalu Daniel pun berkata, "Aku mengerti dengan kegelisahanmu, tetapi tenanglah."

Carlise pun bertanya, "Apa Uncle sudah memiliki rencana?"

Daniel menggeleng. "Belum. Tetapi hal yang pasti sekarang adalah, kita harus melangkah dengan sangat hati-hati. Orang tua kita pasti akan terkejut dengan hal ini, jadi kita harus melakukannya dengan hati-hati agar tidak ada masalah baru yang muncul. Untuk sementara, kita harus sama-sama menyembunyikan fakta pernikahan kita ini. Sisanya, biar aku yang mengurusnya. Aku akan memastikan bahwa semuanya akan berakhir baik."








***








Carlise menggunakan sepatu baletnya, lalu mematut dirinya untuk terakhir kali sebelum ke luar dari ruang ganti bersama dengan rekan-rekannya yang lain. Setibanya di ruang latihan, semuanya pun melakukan stretching dengan teratur. Termasuk Carlise tentunya. Carlise kini sudah kembali ke akademi dan menjalani kesehariannya. Tentu saja, Carlise melanjutkan kesehariannya dengan suasana hati yang jauh lebih baik daripada sebelumnya karena dirinya sudah resmi menikah dengan Daniel.

Rasanya sungguh berbeda ketika Daniel mengantar dan menjemputnya setelah mereka menikah. Berbeda, karena terasa lebih menyenangkan daripada biasanya. Meskipun tetap harus menyembunyikan status hubungan mereka hingga Daniel selesai mengurus semua persiapan untuk memberitahu orang tua mereka, Carlise merasa jika kebahagiaannya sama sekali tidak berkurang. Ini adalah kebahagiaan yang hanya bisa dimengerti oleh pasangan yang baru saja menikah.

Karena suasana hati Carlise yang sangat baik tersebut, teman-teman Carlise bahkan bisa menyadari hal tersebut karena Carlise bahkan tidak bisa berhenti tersenyum. Ia juga terlihat lebih ceria daripada biasanya, membuat suasana latihan menjadi semakin lebih menyenangkan daripada yang seharusnya. Hingga, kepala akademi dan ketua yayasan pun datang untuk melihat acara latihan.

Carlise pikir jika itu hanya pemeriksaan biasa saja. Di mana para petinggi akademi dan yayasan akan memeriksa latihan para murid untuk memilih beberapa bakat yang akan diperkenalkan dengan para sponsor nantinya. Hanya saja, kali ini kedatangan Sarah dan Faro tidak untuk hal tersebut. Para senior Carlise tahu dan bersiap dengan jantung yang berdegup untuk mendengar pengumuman penempatan posisi untuk pentas tengah tahun ini.

"Sepertinya kalian semua tahu jika kali ini datang untuk mengumumkan posisi dan peran bagi kalian untuk pentas pertengahan tahun ini," ucap Sarah.

Jujur saja, Carlise merasa sangat terkejut. Karena dirinya tidak tahu bahwa ada pengumuman seperti ini. Namun, di sisi lain Carlise sendiri pernah mendengar jika akademi akan menyelenggarkan beberapa pementasan setiap tahunnya. Di mana setiap tamu undangan yang menghadiri pementasan tak lain adalah para donatur dan para pecinta balet yang siap untuk menjadi seorang sponsor. Dalam dunia ballerina ini, untuk menjadi seorang ballerina yang mendunia, selain bakat mereka juga harus memiliki koneksi.

Carlise yakin, jika dirinya tidak mungkin mendapatkan peran yang mencolok, karena baru saja bergabung. Namun, peran apa pun itu, Carlise akan melakukannya dengan sebaik mungkin. Agar dirinya bisa menunjukkan pada semua orang, bukan peran yang penting, tetapi bagaimana membawakan peran dan mengekspresikan perasaan tokoh dalam gerakan balet.

Namun, baik Carlise dan seluruh penari di sana terkejut bukan main, saat Sarah berkata, "Kali ini, untuk ballerina utama kita yang secara khusus akan memerankan Odette, ia adalah ... Carlise."

Tentu saja Carlise terkejut. "Sa, Saya?" tanya Carlise tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Faro dan Sarah mengangguk. Sementara pebalet yang lain tampak mulai saling berbisik, mengingat jika mereka sebenarnya sudah memiliki perkiraan siapa yang akan memerankan Odette. Ia tak lain adalah Helda, yang sekarang tampak menatap Carlise dengan sangat tajam. Jelas tidak suka karena Carlise sudah merebut peran yang seharusnya menjadi miliknya. Kepercayaan diri ini tidak muncul begitu saja. Mengingat dirinya memang selalu mendapatkan penilaian tinggi ketika evaluasi.

"Tapi kenapa?" tanya Carlise masih belum mengerti mengapa dirinya yang terpilih sebagai ballerina utama, padahal ada yang lebih berpengalaman dan siap untuk posisi ini.

Lalu Faro pun menjawab, "Karena kau sangat berbakat dan paling cocok untuk peran ini."

Jawaban tersebut sukses membuat Carlise merasakan firasat buruk. Carlise merasa jika hari-harinya akan mulai terasa mengerikan, karena semuanya tidak akan berjalan baik. Saat ini saja, Carlise sudah merasakan tatapan-tatapan tajam yang saat ini tertuju pada punggungnya. Saat itulah, Carlise menggigit bibirnya dan bergumam, "Apa yang harus kulakukan?"

The Hottest UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang