2. Pilihan Carlise

6.4K 287 13
                                    

Daniel sama sekali tidak merasa takut saat menghadapi intimidasi yang ditunjukkan oleh Baskara tersebut. Daniel masih terlihat tenang dan serius saat dirinya berkata, "Aku datang untuk melamar Lise, Om."

Setelah itu, Daniel pun mengalihkan pandangannya pada Carlise yang terlihat masih terkejut dengan apa yang ia katakan. Wajar saja, sebab Daniel memang tidak membicarakan perihal lamarannya tersebut pada Carlise. Ia pun mengeluarkan sebuah kotak beledu dari saku jasnya. Lalu meletakkannya di depan Carlise.

"Aku melamarmu, Lise. Maukah kau menerimanya dan menjadi tunanganku sekaligus calon istriku?" tanya Daniel membuat Carlise yang mendengarnya berdebar.

Semula jantung Carlise berdebar karena sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Daniel. Padahal ide untuk menyembunyikan hubungan mereka dari orang-orang sudah disepakati berdua. Selama satu tahun ini, mereka bisa menjalankan hubungan rahasia tersebut dengan baik tanpa masalah. Berkencan dan menjalin hubungan selayaknya sepasang kekasih dengan sembunyi-sembunyi, terasa menyenangkan sekaligus mendebarkan.

Carlise jelas terkejut, sebab Daniel tidak pernah membicarakan hal seperti ini dengannya. Sedikit rasa kesal muncul karena berpikir bahwa Daniel melakukan hal ini dengan gegabah dan tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengnnya. Namun, saat dirinya melihat sorot mata Daniel, ia pun sadar jika Daniel memang sudah mempersiapkan semua ini. Daniel ingin mengejutkan dirinya.

Saat Daniel tersenyum lembut, saat itulah detak jantung Carlise melonjak dengan kuat. Debaran jantungnya menggila, dan wajahnya memerah dengan cantiknya. Baskara yang melihat hal tersebut pun merasakan firasat yang sangat buruk. Putrinya sepertinya sudah masuk jebakan si buaya darat. Tentu saja Baskara tidak bisa membiarkan hal ini.

Baskara pun segera menatap Bara dan bertanya, "Sebenarnya apa ini?"

Bara pun menjawab, "Maaf, aku sendiri tidak tahu. Daniel tidak memiliki pembicaraan apa pun mengenai hal ini dengan kami."

Makaila mengangguk, sebab ia sendiri terkejut saat putranya itu tiba-tiba melamar Carlise. Walaupun jujur saja Makaila saat ini merasa sangat senang karena ternyata putranya memiliki perasaan pada Carlise. Makaila sama sekali tidak merasa keberatan memiliki seorang menantu yang manis seperti Carlise. Ia berharap jika Carlise menerima lamaran dari putranya tersebut. "Benar. Kami tidak tahu jika putra kami memiliki perasaan pada putri kalian bahkan berani melamarnya seperti ini. Sama terkejutnya dengan kalian, kami juga terkejut," tambah Makaila.

Kartika sendiri mengamati ekspresi putrinya yang tampak malu-malu dan tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang ia rasakan. Jujur saja Kartika terkejut karena sadar bahwa putrinya juga memiliki perasan pada Daniel. Ia mengenal betul sifat Carlise. Ia tidak mungkin malu-malu seperti itu, saat dirinya memang tidak akan mau menerima lamaran dari Daniel. Sayangnya, Baskara sama sekali tidak senang dengan lamaran yang diterima oleh putrinya itu.

Pada akhirnya Baskara berkata, "Lebih baik lamaran ini kembali dibicarakan di lain waktu. Bukankah kalian harus mempersiapkan lamaran yang pantas untuk putriku? Aku jelas tidak akan membiarkan putriku dilamar dengan kurang persiapan seperti ini."

Sebenarnya Daniel tidak ingin menerima hal tersebut. Namun, Bara sudah memberikan isyarat padanya untuk tidak membuat ulah lagi. Pada akhirnya, setelah mereka selesai makan malam dan menikmati waktu luang sejenak, keluarga Treffen pun pulang untuk mempersiapkan lamaran yang lebih pantas. Namun, ternyata Baskara sendiri tidak ingin Daniel benar-benar berhasil melamar putrinya, Carlise.

Baskara menatap putrinya yang tengah menikmati makanan penutup dengan istrinya pun mendapatkan sebuah ide yang sangat cemerlang. Ia pun berkata, "Carlise, Ayah memiliki sesuatu yang ingin Ayah bicarakan mengenai lamaran Daniel sebelumnya."

Carlise yang mendengar hal itu pun terlihat cemas dan segera bertanya, "Apa Ayah ingin menolak lamaran dari uncle Daniel?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Baskara pun terdiam. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa Carlise enggan untuk menolak lamaran tersebut. Sepertinya ia memang sudah benar-benar kecolongan. Daniel sudah berhasil membuat Carlise ada hati padanya. Sungguh, ini benar-benar tidak menyenangkan baginya.

Namun, Baskara dengan tenang menjawab, "Bukan Ayah yang akan memutuskannya, Sayang. Kau sendiri yang akan memutuskannya. Hanya saja, Ayah akan memberikan penawaran. Jika kau menolak lamaran Daniel, maka Ayah akan mengizinkanmu untuk melanjutkan pendidikan ballerina-mu di Rusia. Bukankah kau sangat ingin pergi ke sana? Namun, sebaliknya. Jika kau menerimanya, maka Ayah sama sekali tidak akan memberikan izin."

Mendengar hal itu, tentu saka Kartika terkejut. "Sayang!" seru Kartika tidak setuju karena Baskara memberikan penawaran seperti itu.

Saat ini, dengan kata lain Baskara memanfaatkan kelemahan Carlise. Lalu mendorong putri mereka untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan harapannya. Yaitu, menolak lamaran Daniel. Lalu pergi ke Rusia untuk melanjutkan pendidikannya sebagai seorang ballerina profesional.

Carlise jelas merasa sangat bimbang. Selama ini, meskipun dirinya mendapatkan beasiswa sekali pun, Baskara sama sekali tidak memberikan izin untuk menempuh pendidikan di akademi balet yang terkenal di Rusia. Namun, kali ini Baskara berjanji akan memberikannya izin untuk pergi, asalkan menolak lamaran Daniel. Namun, Carlise tidak bisa menolak lamaran Daniel. Ia tidak ingin melukai perasaan Daniel, walaupun itu demi mimpi dan masa depannya sendiri.

Baskara menenangkan Kartika, dan pada akhirnya Carlise berkata, "Ayah, aku harus memikirkannya dengan baik-baik."

Baskara tersenyum, sadar bahwa putrinya saat ini tengah bimbang. Ia bimbang memilih antara kecintaannya pada balet, atau cintanya pada Daniel. Baskara hanya tinggal mendorong sedikit putrinya, dan ia yakin pada akhirnya Carlise akan memilih kecintaannya pada balet. Baskara pun mengangguk dan berkata, "Kau bisa memikirkannya, Sayang. Pikirkanlah dengan baik-baik, jangan sampai kau merasa menyesal pada akhirnya."








***







"Terima kasih," ucap Carlise lalu turun dari taksi yang ia tumpangi menuju perusahaan di mana Daniel bekerja. Ia datang tanpa pemberitahuan, tetapi Carlise yakin jika Daniel pasti ada di perusahaannya tersebut.

Carlise saat ini datang secara sembunyi-sembunyi, tanpa memberitahu orang tuanya, karena jelas sang ayah tidak mungkin mengizinkannya saat tahu bahwa ia pergi untuk menemui Daniel. Carlise merasa sangat gelisah karena apa yang dikatakan oleh sang ayah tadi malam. Carlise tidak bisa memilih di antara balet atau Daniel. Sebab bagi Carlise, keduanya sama-sama memiliki posisi yang penting di dalam hidupnya.

Carlise menurunkan topi yang ia kenakan, agar semakin menutupi wajahnya. Alih-alih masuk melalui pintu depan, Carlise masuk melalui pintu samping kafetaria. Lalu dirinya memasuki lorong yang memang jarang untuk digunakan demi menghindari orang-orang. Namun, di sana dirinya malah menemukan hal yang tidak terduga. Carlise melihat Daniel tengah berciuman dengan seorang wanita seksi. Carlise mematung untuk beberapa detik di posisinya. Lalu Carlise pun berbalik dengan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Carlise mengangkat dagunya, dan berusaha untuk menahan tangisannya.

Carlise sama sekali tidak melanjutkan niatnya untuk bertemu dengan Daniel. Sekarang Carlise sudah tidak lagi bimbang untuk mengambil keputusan. Ia pun kembali menghentikan taksi. Namun, alih-alih pulang, dirinya memilih untuk menuju ke perusahaan milik sang ayah. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama bagi Carlise untuk sampai ke gedung perusahaan milik keluarga Sequis tersebut.

Carlise segera menuju kantor sang ayah. Tentu saja tanpa membuat janji pun, Carlise bisa bertemu dengan Baskara, sebab Carlise adalah anak emas yang sangat disayangi oleh sang pimpinan. Baskara terlihat sangat senang karena putrinya datang mengunjunginya. Namun, ekspresi Baskara berubah menegang saat ia melihat Carlise yang mulai menangis.

"Sa, Sayang, ada apa? Kenapa kau menangis, hm?" tanya Baskara tampak ketar-ketir.

Carlise tidak menjawab pertanyaan tersebut. Namun, ia segera berkata, "Ayah, aku akan pergi ke Rusia. Aku akan pergi ke Rusia malam ini juga. Aku ... menolak lamaran Uncle."

The Hottest UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang