24. Sebuah Pelukan

218 21 0
                                    

"Bagaimana mungkin permohonannku ditolak?! Aku sudah menunggu lebih dari lima hari, tetapi kenapa aku malah mendengar kabar yang mengecewakan seperti ini?!" tanya Baskara marah karena visa untuk ke Rusia sama sekali tidak bisa ia urus. Membuat rencananya untuk pergi ke Rusia pada akhirnya gagal.

Jelas, saat ini Baskara merasa sangat gelisah. Sementara bawahannya telihat menghela napas. Sebab dirinya sendiri tidak tahu apa yang terjadi, hingga permohonan tuannya ditolak seperti ini. Padahal tidak ada record buruk dalam perjalanan Baskara ke negara mana pun. Seharusnya, hal seperti ini tidak terjadi pada Baskara.

Kartika yang melihat suaminya gelisah pun menggenggam tangannya dan berkata, "Tenanglah. Kemarahanmu ini tidak akan menyelesaikan masalah."

Baskara menatap istrinya yang memang sangat lembut. Sikap yang ia wariskan pada sang putri. Baskara balas menggenggam tangan istrinya dan mengecup punggung tangannya dengan lembut. "Aku tidak bisa tenang. Aku ingin segera menemui Lise. Terlebih, makin hari Lise semakin sulit untuk dihubungi," ucap Baskara.

Kartika tahu apa yang membuat suaminya merasa sangat gelisah seperti ini. Semuanya berawal dari suara aneh yang ia dengar saat menelepon putri mereka beberapa hari yang lalu. Kartika memang tidak mendengarnya secara langsung, tetapi Baskara berkata jika sepertinya Daniel ada di Rusia dan melakukan sesuatu yang buruk pada putri mereka. Kartika sebenarnya tidak percaya Daniel melakukan hal yang buruk pada Carlise. Sebab jika benar Daniel memiliki pikiran seperti itu, ia memiliki banyak kesempatan untuk melakukannya bahkan sebelum Carlise dewasa.

"Lise sulit dihubungi, karena ia sibuk untuk mempersiapkan penampilannya. Bukankah Andrew dan pelayan lain juga mengatakan hal yang sama? Mungkin, Daniel memang ada di Rusia, tetapi dia sepertinya hanya bekerja. Jika pun ia bertemu dengan putri kita, ia tidak mungkin melakukan hal buruk padanya," ucap Kartika.

Kartika harus bisa membuat suaminya ini mengendalikan kemarahannya. Sebelumnya saja, Baskara sudah memukuli Bara, karena marah ia sudah menyembunyikan kabar bahwa Daniel pergi ke Rusia. Kartika menatap suaminya dengan penuh kegelisahan. Membuat Baskara pada akhirnya menghela napas panjang. Berusaha untuk mengendalikan emosinya. Ia berusaha untuk sedikit lebih tenang, walaupun jelas dirinya masih gelisah karena putrinya.

"Aku mengerti, jangan merasa cemas lagi. Aku tidak akan memukuli orang lagi," ucap Baskara lalu memeluk Kartika dengan penuh kasih.

Kasih sayangnya pada Kartika dan Carlise begitu besarnya. Keduanya sama-sama menduduki posisi penting dalam hidupnya. Karena itulah, Baskara berusaha sekuat tenaga untuk memastikan bahwa keduanya selalu baik-baik saja dan hanya berjalan di jalan yang berbunga. Saat ini, Baskara sadar jika dirinya tidak bisa membuat Kartika terus merasa cemas. Jadi, ia pun menuruti apa yang dikatakan oleh istrinya.

"Aku tidak akan mara-marah lagi, dan berpikiran buruk mengenai Daniel. Namun, aku tetap ingin pergi ke Rusia lebih awal sebelum hari pementasan Carlise. Kita bisa datang kembali saat ia pementasan nanti. Sekarang kita bisa pergi untuk menemuinya, karena aku sudah sangat merindukan putri kita itu," ucap Baskara sembari mengeratkan pelukannya.

Kartika tersenyum saat mendengar suara Baskara yang sudah lebih lembut daripada sebelumnya. Ia membalas pelukan suaminya dengan tak kalah lembut dan berkata, "Aku mengerti. Aku juga merindukan Lise. Tapi tidak perlu terburu-buru, kita bisa mengurus kepergian kita dengan lebih tenang dan hati-hati."

"Iya, Sayang," balasa Baskara dan mengecup puncak kepala Kartika.

Namun, dalam hati Baskara berkata, "Tunggu aku di sana, Daniel. Jika benar kau melakukan hal yang buruk pada putriku yang berharga, maka bersiaplah. Akan kupatahkan tulang-tulangmu, dan kubuat kau tidak memiliki masa depan."

***

Carlise mengatur napasnya dan meminum airnya hingga habis. Saat ini dirinya tengah beristirahat dari latihan. Ekspresi Carlise terlihat muram, dan membuat rekan-rekannya yang sudah cukup akarab dengannya sadar jika Carlise tengah berada dalam suasana hati yang buruk. Mereka pun berniat untuk menghibur Carlise. Karena mereka memiliki waktu istirahat setengah hari, mereka pun berniat untuk mengajak Carlise makan bersama. Sebelum kembali ke akademi untuk mendapatkan pengarahan dari pelatih mereka. Namun, Carlise yang mendengar ajakan tersebut pun mengangguk.

"Kalian bisa pergi lebih dulu. Aku akan tinggal beberapa saat untuk beristirahat, kirim saja alamatnya di grup agar aku bisa datang menyusul nantinya," ucap Carlise.

Saat rekan-rekan Carlise tampak bersiap untuk ke luar dan menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama. Maka Carlise memilih untuk mengganti pakaiannya dan menuju taman akademi. Carlise enggan untuk ikut pergi bersama rekan-rekannya dan memilih untuk menunggu mereka kembali ke akademi dan mendapatkan pengarahan dari pelatih mereka saja. Kini, Carlise sama sekali tidak berada dalam suasana hati yang memungkinkan untuk bersenang-senang.

Carlise melepaskan cepolan rambutnya dan menghela napas panjang. Merasa begitu pening karena masalahnya dengan Daniel. Hingga saat ini, Daniel bahkan tidak berusaha untuk menghubunginya. Seakan-akan Daniel tidak peduli padanya dan pada hubungan mereka yang jelas tengah merenggang ini. Carlise menggigiti kuku ibu jarinya saat sebuah pemikiran terbesit dalam benaknya.

"Uncle tidak benar-benar pergi menemui wanita itu lagi, bukan? Mereka benar-benar tidak memiliki hubungan apa pun kan?" tanya Carlise jelas tidak mendapatkan jawaban apa pun. Mengingat dirinya sendirian di taman.

Namun, hal tersebut tidak terjadi terlalu lama. Mengingat sesaat kemudian Faro muncul dan duduk di samping Carlise. "Aku benar, kau pasti berada di sini," ucap Faro membuat Carlise menoleh menatapnya.

"Anda ada di sini lagi?" tanya Carlise membuat Faro mengangguk dan tersenyum.

"Aku kepikiran masalah yang sebelumnya kau ceritakan padaku. Melihat dari ekspresimu, aku rasa masalahmu dengan kekasihmu tidak berakhir baik," ucap Faro prihatin.

Carlise yang mendengar hal itu pun mengepalkan kedua tangannya. Berusaha untuk mengendalikan kegelisahan yang saat ini tengah ia rasakan. Lalu ia berkata, "Kami hanya berselisih paham."

Mendengar apa yang dikatakan oleh Carlise, Faro pun menelengkan kepalanya. Ia pun bertanya, "Kau yakin?"

Carlise pun menggeleng. Carlise tidak yakin. Ia benar-benar gelisah. Saat ini dirinya tidak hanya meragukan cinta Daniel, ia bahkan meragukan keseriusan Daniel. Ia meragukan segala hal mengenai Daniel, dan mendorongnya untuk tidak mempercayai Daniel lagi. Membayangkan jika dirinya memang harus sepenuhnya melepaskan Daniel, membuat Carlise sesak bukan main. Carlise sama sekali tidak akan siap untuk hal tersebut. Faro yang melihat hal itu pun menghela napas pelan.

"Sepertinya kau sangat mencintainya, Carlise. Jika cintamu padanya tidak sebesar itu, kau tidak mungkin berada di posisi yang sesulit ini," ucap Faro terlihat prihatin.

Carlise tidak mengatakan apa pun, dan membuat Faro berkata, "Maaf jika aku terlalu ikut campur. Tapi aku ingin sedikit memberi saran sebagai seseorang yang ke depannya mungkin akan terus bertemu denganmu sebagai talent yang luar biasa di dunia seni ini. Jika memang sulit untuk mempertahankannya, lebih baik kau melepaskannya, Carlise. Itu yang terbaik bagimu dan dirinya."

Carlise pun teringat dengan sang ayah yang sangat tidak menyetujui hubungannya dengan Faro. Apa mungkin inilah karma yang harus Carlise terima karena sudah membangkang pada orang tuanya? Haruskah ia melepaskan Daniel? Yakinkah ia bisa hidup dengan lebih baik setelah melepaskan pria yang sangat berharga baginya itu? Carlise pun pada akhirnya menangkup wajahnya sendiri dan menangis, menumpahkan semua emosinya ke dalam aiar mata yang mengalir dengan derasnya.

Faro yang melihat hal itu pun dengan lembut merangkul, lalu memeluk Carlise. Memberikan dukungan pada Carlise melalui pelukan yang lembut. Carlise sendiri larut dalam tangisannya hingga tidak menyadari jika dirinya berada dalam posisi yang jelas bisa membuat orang salah paham. Dan ternyata, hal tersebut tertangkap oleh kamera seseorang yang mengawasi mereka dari titik yang tentu saja tidak akan disadari oleh orang-orang.

Lalu sosok misterius tersebut mengirimkan foto-foto tersebut pada Daniel. Ternyata, tidak hanya sosok misterius itu saja yang melihat Faro yang memeluk Carlise. Helda yang berniat untuk pergi berkumpul dengan rekan-rekannya juga melihat hal tersebut dan jelas merasa sangat terkejut. Kebencinannya pada Carlise meningkat dengan pesat. Tidak hanya merebut posisi yang ia dambakan, saat ini Carlise juga mencuri Faro yang sudah Helda sukai sejak lama.

Helda pun berbalik pergi sembari bergumam, "Akan kuhancurkan. Akan kuhancurkan Jalang itu hingga dia tahu di mana posisinya yang sebenarnya!"

The Hottest UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang