3. Saya Single

4K 246 16
                                    

Daniel menyeka rambutnya yang masih setengah basah, sembari masih berusaha untuk menghubungi Carlise. Semenjak lamarannya tempo hari, Carlise memang sudah sulit untuk dihubungi. Terlebih, Baskara mengatakan jika Daniel tidak boleh menghubungi atau bahkan bertemu dengan Carlise sebelum lamaran yang sesungguhnya dilaksanakan. Saat ini, oang tua Daniel masih mempersiapkan acara lamarannya. Makaila menaruh perhatian yang begitu besar dalam acara tersebut, bertekad untuk membuat Daniel dan Carlise benar-benar bertunangan.

"Kenapa kini nomornya malah tidak aktif?" tanya Daniel sembari menatap layar ponselnya.

Daniel pun tidak bisa menahan kegelisahan yang semakin menjadi, dan berubah menjadi sebuah firasat buruk. Ia pun melihat jika ini sudah jam sebelas malam. Namun, Daniel pun tidak membuang waktu. Ia segera mengambil jaket dan kunci mobilnya. Daniel tidak akan bisa merasa tenang, jika belum melihat Carlise. Daniel harus melihat Carlise walau hanya sesaat.

Sebenarnya, Daniel tidak memiliki izin untuk menemui Carlise. Meminta izin baik-baik pun akan percuma. Sebab ia yakin betul bahwa Baskara tidak mungkin mengizinkannya untuk menemui Carlise. Jadi, Daniel pun memilih untuk masuk ke dalam kediaman tersebut dengan memanjat sisi benteng pagar. Lalu dirinya pun menyusup dan memanjat sebuah pohon yang berada di dekat kamar Carlise, dan melompat menuju balkon.

Semuanya Daniel lakukan dengan sangat rapi serta tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Sebab ini bukan kali pertama Daniel menyusup ke dalam kediaman Sequis demi melihat Carlise. Namun, ini adalah kali pertama Daniel menyusup setelah beberapa hari tidak melihat dan tidak bisa menghubungi kekasihnya. Jelas, perasaan Daniel saat ini terasa begitu tidak menentu.

Daniel berhasil masuk ke dalam kamar dengan sedikit membuat trik pada pintu balkon. Kamar Carlise gelap. Namun, Daniel sadar jika itu bukan masalah. Ia tahu kebiasaan Carlise yang tidak bisa tidur jika dalam keadaan kamar yang masih terang. Sedikit saja cahaya bisa membuat Carlise terganggu dan terbangun dari tidurnya. Lalu Daniel pun memilih menggunakan senter dari ponselnya sebagai sumber pencahayaan. Tentu saja Daniel mengatur cahaya senternya agar tidak terlalu terang dan terlihat dari luar.

Namun, Daniel hampir menjatuhkan ponselnya saat melihat ranjang Carlise yang terlihat tertata sepi. Ditambah tidak ada lagi boneka beruang kesayangan milik Carlise di sana. Seketika firasat buruk menghinggapi hati Daniel. Tanpa banyak kata, Daniel melangkah menuju ruang pakaian Carlise. Lalu dirinya pun bagai disambar petir saat melihat hampir sebagian besar pakaian pentas dan barang-barang lain yang mengisi ruangan tersebut telah raib.

Wajah Daniel pucat pasi saat satu kemungkinan terpikirkan olehnya. Daniel menggeleng. Ia berusaha untuk menyangkal apa yang ia pikirkan dan berkata, "Tidak mungkin. Ini mustahil. Lise tidak mungkin pergi meninggalkanku dengan cara seperti ini."







***








Sementara itu, di sisi lain, Carlise baru saja selesai melakukan pendaftaran resmi di akademi balet ternama. Tentu saja Carlise bisa mendaftar dengan mudah karena dirinya sudah mengantongi surat rekomendasi dari akademinya sebelumnya. Karena itulah, semuanya bisa diurus dengan lebih mudah. Carlise kini sudah terdaftar di akademi sekaligus yayasan yang menaungi para ballerina serta balerino.

Carlise menatap beberapa berkas yang berada di tangannya lalu tersenyum tipis. "Ya, ayo mulai kehidupan yang baru. Aku tidak perlu memikirkan pengkhianat itu lagi," gumam Carlise merujuk pada Daniel.

Karena pengkhianatan Daniel yang terasa sangat menyakitkan tersebut, pada akhirnya Carlise pun berhasil untuk mengambil keputusan. Di mana dirinya pada akhirnya memilih untuk menempuh pendidikannya di akademi yang sangat terkenal ini. Carlise memilih balet, sebagai mimpinya yang jelas tidak akan pernah mengkhianati dirinya. Tidak seperti Daniel yang sudah mengkhianati dirinya dan berakhir membuatnya terluka.

Carlise terlihat mengernyit jengkel, karena dirinya kembali teringat dengan wajah Daniel. Lalu teringat dengan kejadian di mana Daniel berciuman dengan wanita seksi yang Carlise yakini sebagai keturunan asing. Sebab wajahnya yang memiliki fitur khas yang dimiliki oleh orang-orang keturunan asing. Wajahnya memiliki fitur yang berbeda dengan Carlise yang terlihat manis dan lembut, sementara wanita itu terlihat sangat dewasa dan seksi.

"Menyebalkan," gumam Carlise dan tanpa sadar dirinya bertabrakan dengan seseorang.

Untungnya Carlise tidak terluka, begitupula dengan orang yang ia tabrak. Carlise segera meminta maaf. Tentu saja dengan bahasa Rusia yang fasih, mengingat Carlise sudah mempersiapkan diri dari kecil untuk menempuh pendidikan di negeri ini. "Maafkan saya. Apa Anda terluka?" tanya Carlise.

Pria yang ditabrak oleh Carlise pun terlihat terdiam sesaat ketika bertatapan dengan Carlise. Ia terpukau dengan netra indah milik Carlise yang jernih dan berkilau. Pria itu pun tersenyum dan menjawab dengan sebuah pertanyaan, "Tidak apa-apa. Apa kau adalah ballerina yang baru masuk ke akademi kami?"

Carlise kembali tersenyum dan mengangguk. "Benar, saya baru terdaftar hari ini," jawab Carlise terlihat begitu bahagia.

Pria asing yang melihat senyuman Carlise tersebut kembali terpukau dibuatnya. Lalu, Carlise yang menyadari sesuatu pun terkejut dan bertanya, "Akademi kami? Jika boleh tau, apa posisi Anda di akademi ini?"

Pria itu pun kembali tersenyum. Ia mengulurkan tangannya dan Carlise pun menyambutnya dengan sebuah jabatan tangan. "Perkenalkan, aku Faro B. Wilson. Aku ketua yayasan yang menaungi akademi dan teater Belyy Lebed ini," ucap pria bernama Faro itu membuat Carlise terkejut bukan main dibuatnya.

Memang benar, Carlise masuk ke dalam academia Belyy Lebed yang juga memiliki teater ternama dengan nama yang sama. Tentu saja, kebanyakan para penari dalam teater tersebut adalah lulusan dari akademi ini. Namun, tidak semua lulusan bisa bekerja di teater tersebut. Mengingat tetap ada spesifikasi khusus untuk hal tersebut. Hanya saja, yang paling penting adalah baik akademi maupun teater sama-sama bernaung di bawah yayasan yang sama, dan tenyata pemimpinnya saat ini tengah berada di hadapan Carlise.

Namun, Carlise segera memperkenalkan diri dengan baik. "Saya Carlise Odelia Sequis. Saya berasal dari Indonesia. Mohon kerja sama untuk ke depannya," ucap Carlise sopan.

Dari sikapnya, tampak dengan jelas bahwa Carlise memang berasal dari keluarga yang baik dan terpandang. Faro bisa menilainya dengan tepat, sebab dirinya sudah bertemu banyak orang. Pengalamannya, membentuk dirinya untuk bisa mempelajari karakter seseorang dengan saling berbincang seperti ini. Ini adalah salah satu kemampuan yang memang perlu untuk dimiliki seseorang untuk membentuk relasi dengan banyak orang.

Setelah mereka melepaskan jabatan tangan mereka, Faro tidak berniat untuk menghentikan pembicaraan tersebut. Carlise sendiri tidak merasa keberatan untuk berbincang. Mengingat jika ini adalah kesempatan baik untuk mengenal sang ketua yayasan. Faro pun bertanya, "Kau datang dari negeri yang jauh, dan terlihat masih cukup muda. Apa kau datang sendiri? Atau mungkin dengan kekluarga atau bahkan kekasihmu?"

Mendengar kata kekasih disebutkan di sana, ekspresi Carlise agak berubah. Karena tentu saja Carlise kembali teringat dengan sosok Daniel, lalu teringat dengan adegan ciuman kekasihnya itu dengan wanita lain. Kemarahan kembali mengisi dada Carlise, hingga dada Carlise terasa sesak dan panas. Benar-benar menyebalkan. Carlise benci Daniel, dan sama sekali tidak ingin mengingat dirinya.

Carlise pun berusaha untuk berekspresi normal dan berkata, "Saya datang sendiri. Keluarga saya memang tidak ikut, tetapi saya tinggal di kediaman keluarga saya yang memang ada di sini. Mengenai pacar, saya tidak memilikinya."

Carlise sadar jika jawaban yang ia berikan saat ini terasa terlalu berlebihan, karena dirinya memberikan informasi yang tidak perlu. Namun, rasanya Carlise seperti ingin membalaskan dendam pada Daniel. Karena sudah menghianati dirinya, jadi jangan berharap untuk diakui sebagai kekasih. Faro yang mendengar jawaban tersebut pun tampak tertarik. Lalu ia bertanya, "Benarkah? Kau yang secantik ini tidak memiliki kekasih?"

Carlise sebenarnya agak merasa risi dengan pujian yang diberikan oleh Faro. Namun, Carlise tidak memiliki pikiran macam-macam, mengingat Faro adalah seorang ketua yayasan yang rasanya tidak mungkin melakukan hal buruk padanya. Carlise memilih untuk mengangguk. Lalu ia pun menjawab dengan tegas, "Benar. Saya sama sekali tidak memiliki kekasih. Saya single."



.

.

.

Jan lupa tap vote dan tinggalin commentnya yaw

The Hottest UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang