Carlise menghela napas panjang. Lalu dirinya pun mendongak untuk merasakan embusan angin yang terasa sejuk. Saat ini Carlise memang tengah beristirahat dan memilih untuk menikmati waktunya sendiri. Carlise masih belum diterima oleh orang-orang, dan dirinya masih dikucilkan. Namun, Carlise juga tidak bisa mengatakan hal ini pada pelatih atau pada para pengurus akademi. Sebab Carlise merasa, jika ini adalah masalah yang harus ia selesaikan sendiri.
Carlise kembali menghela napas, dan saat itulah dirinya mendengar suara yang bertanya, "Kenapa kau terus menghela napas seperti itu?"
Carlise jelas menoleh ke arah sumber suara dan dirinya melihat sosok Faro yang tersenyum lembut padanya. Carlise pun berniat untuk berdiri, tetapi Faro melarangnya. Lalu Faro pun duduk di kursi taman yang sama dengan Carlise dan dirinya memberikan kopi kaleng pada Carlise dan berkata, "Kau berlatih terlalu keras, Carlise."
Carlise tersenyum tipis. Ia tahu jika Faro mengawasi jalannya latihan selama ini. Semenjak Faro menyadari ada yang salah, ia memang langsung mengatakan jika pelatihan harus diawasi dengan ketat. Ia bahkan tidak segan untuk memeriksanya sendiri. Karena itulah, sepertinya Faro tahu seberapa kerasnya Carlise berlatih. Bahkan di luar latihan yang dijadwalkan, Carlise juga selalu berlatih, demi memiliki gerakan yang sempurna tanpa cela.
Carlise menatap kaleng kopi di tangannya dan berkata, "Terima kasih atas bantuanmu tempo hari."
Faro terlihat bersandar dengan nyaman pada sandaran kursi taman tersebut dan berkata, "Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya melakukan hal yang seharusnya kulakukan sebagai pemimpin yayasan. Aku tidak ingin ada hal-hal buruk yang terjadi di akademi yang berada di naungan yayasan yang kupimpin. Selain itu, kau adalah bakat bersinar yang ingin kurekrut secara pribadi untuk menjadi anggota teater Belyy Lebed. Tentu saja aku harus melindungi bakat ini dengan sebaik mungkin."
Jelas, apa yang dikatakan oleh Faro sangat mengejutkan bagi Carlise. Hal tersebut membuat Carlise menoleh dan menatap Faro yang tampak tersenyum lembut. Carlise pun ikut tersenyum dan berkata, "Terima kasih banyak. Kalau begini, aku jelas harus berlatih lebih keras. Selain untuk tidak mengecewakan ekspektasimu, aku juga harus membuat teman-teman yang lain juga bisa mengakuiku."
Mendengar hal itu, Faro mengangguk. Namun, dirinya berkata, "Aku percaya, kau bisa melakukan semuanya dengan baik. Hanya saja, jika memang terlalu sulit, kau bisa mengatakannya padaku. Aku akan sebisa mungkin membantumu."
Carlise tidak mau berpikir berlebihan dan terlalu jauh, dengan menyimpulkan jika Faro memiliki perasaan padanya. Carlise merasa jika semua perlakuan Faro ini adalah sebatas sikap yang muncul karena ingin melindunginya karena memiliki bakat yang menarik perhatiannya. Namun, meskipun berpikir seperti itu, Carlise tetap merasa jika lebih baik menjaga jarak aman dengan Faro. Ia tidak boleh terlalu dekat dengannya, karena bisa saja hal tersebut membuat situasinya semakin memburuk daripada saat ini.
"Terima kasih sebelumnya. Tapi, aku rasa jika aku tidak boleh lebih menyulitkan dirimu. Aku akan mengurus semuanya dengan kemampuanku sendiri," ucap Carlise.
Lalu Carlise pun menatap kopi kaleng yang masih terasa dingin tersebut. Carlise tersenyum dan menatap Faro sebelum berkata, "Terima kasih untuk kopinya, aku pasti akan menikmatinya. Sekarang aku permisi untuk berlatih kembali."
Faro tidak memiliki kesempatan apa pun untuk menahan Carlise yang pergi. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Carlise, ia kembali ke ruang latihan untuk berlatih dengan tim yang akan terlibat dalam pementasan. Tentu saja mereka harus melakukan semuanya sesuai dengan alur pementasan, sebab ada pelatih yang mengawasi secara langsung. Aksi boikot memang masih berlangsung, tetapi tidak seburuk sebelumnya. Karena setidaknya Carlise masih bisa berlatih sesuai dengan jadwal.
Pelatih bertepuk tangan saat latihan sudah selesai. "Baik, latihan cukup sampai di sini. Semuanya sudah baik. Tapi kuharap kalian kembali menyempurnakan sudut gerakan kalian, dan biar aku memeriksanya esok hari," ucap sang pelatih.
"Baik!" seru mereka semua.
Setelah sang pelatih pergi, maka yang lainnya juga ikut membubarkan diri. Tersisa Carlise yang memilih untuk berlatih sendiri. Demi menyempurnakan gerakan dan setiap detail dari tariannya. Carlise menghabiskan tiga puluh menit tambahan untuk latihan pribadinya, sebelum beranjak pergi menuju ruang ganti yang jelas sudah sepi karena yang lainnya sudah pulang. Carlise menghela napas dan melangkah menuju lokernya.
Namun, begitu dirinya membuka lokernya, ia dikejutkan dengan sampah yang memenuhi lokernya tersebut hingga semuanya berjatuhan menimpa kakinya. Carlise pun kehilangan kemampuan untuk berdiri, dan memilih untuk terduduk di kursi yang memang berada di sana. Carlise menggigit bibirnya kuat-kuat saat dirinya melihat tulisan makian dan sumpah serapah yang mengatakan jika dirinya tidak pantas untuk memerankan Odette. Kemarahan jelas memenuhi dada Carlise saat ini. Memangnya kesalahan apa yang sudah ia perbuat hingga ia harus menerima semua perlakuan ini?
Carlise pun meraih tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Ia terdiam sejenak, seakan-akan mempertimbangkan apakah dirinya memang perlu untuk memberitahu Daniel mengenai masalah ini atau tidak. Carlise memang belum memberitahu pada Daniel perihal perlakuan buruk yang ia alami ini. Namun, pada akhirnya Carlise memilih untuk menghubungi Daniel. Setidaknya, mendengar suara Daniel akan membuat suasana hatinya sedikit lebih baik.
Carlise menelepon Daniel dengan penuh harap. Namun, untuk kesekian kalinya, harapan Carlise dipatahkan hari ini. Carlise tersedak saat dirinya mendengar suara seorang wanita yang cukup ia kenal menyapa dirinya melalui sambungan telepon yang seharusnya terhubung dengan Daniel. "Kau! Kenapa kau mengangkat telepon ini? Di mana Uncle?" tanya Carlise terlihat menahan kemarahan dan air matanya yang hampir meluap.
"Sepertinya kau masih mengenaliku. Daniel jelas tengah bersama denganku. Karena itulah, aku mengangkat teleponmu seperti ini," ucap seorang wanita di ujung sambungan yang tak lain adalah Mina.
"Kembalikan ponselnya pada Uncle! Kau sungguh tidak sopan menerima telepon orang lain seperti ini!" seru Carlise tanpa sadar sudah meneteskan air matanya.
Sungguh, harinya saat ini sudah sangat buruk. Ditambah dengan fakta bahwa Daniel tengah bersama Mina, membuat Carlise merasa jika hari ini adalah hari terburuk yang pernah ada baginya. Carlise menggigit bibirnya kuat-kuat, tidak peduli sekali pun hal tersebut akan membuatnya terluka. Carlise benci perasaan sesak yang muncul ketika dirinya mengetahui Daniel berdekatan atau berinteraksi dengan wanita. Terlebih jika wanita itu memiliki ketertarikan pada Daniel.
Mina mengabaikan perkataan Carlise. Ia malah berkata, "Kau harus berhati-hati, Carlise. Sebab aku sama sekali tidak akan menyerah. Aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan, termasuk Daniel."
Carlise bisa merasakan jika Mina sama sekali tidak main-main. Perkataannya benar-benar terdengar serius. Hal tersebut jelas merasa Carlise merasa sangat sesak dibuatnya. Namun, Carlise berusaha untuk tidak membuat Mina berada di atas angin, karena berpikir berhasil mengintimidasinya. Karena itulah, Carlise berkata, "Usahamu akan sia-sia. Uncle tidak mungkin jatuh pada rencanamu. Dia mencintaiku. Hanya mencintaiku."
Lalu Carlise mendengar tawa penuh ejekan yang dilontarkan oleh Mina. Jelas hal tersebut membuat Carlise mengepalkan kedua tangannya. Merasa semakin gelisah. Mina sendiri berkata, "Sama seperti pria lain, Daniel juga pasti akan jatuh ke dalam pesonaku. Berbeda denganmu, aku ini wanita yang berpengalaman dan tahu bagaimana caranya menarik sekaligus memuaskan para pria. Kau jelas bukan tandinganku, Carlise. Ucapkan selamat tinggal pada Daniel yang mencintaimu, karena ia akan segera meninggalkanmu."
"Kau—!" ucapan Carlise tidak bisa berlanjut karena Mina sudah lebih dulu memutuskan sambungan telepon. Saat Carlise berusaha untuk kembali menghubungi nomor Daniel, nomornya sudah berubah tidak aktif. Tentu saja hal tersebut membuat Carlise semakin diliputi oleh kegelisahan yang membuatnya sesak.
"Tidak, Uncle tidak mungkin meninggalkanku. Uncle tidak mungkin mengkhianati kepercayaanku," ucap Carlise sembari meneteskan air matanya terlihat begitu ketakutan dengan hal yang tengah ia yakini saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hottest Uncle
Roman d'amour[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Carlise adalah ballerina berbakat yang terlahir menjadi seorang bintang. Namun, bagaimana jadinya jika seorang ballerina yang memiliki j...