The Hottest Uncle

21. Benih-Benih

Carlise menatap piring sarapannya dengan ekspresi masam. Alih-alih menyentuh sarapannya, Carlise memilih bertanya pada Andrew, "Apa masih tidak ada kabar dari Uncle atau dari Henry?"

Semalam, Carlise bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena Daniel sama sekali tidak pulang. Selain itu, Daniel juga tidak bisa dihubungi hingga saat ini. Sebelumnya Andrew berkata jika dirinya bisa tenang. Karena Andrew akan membantu untuk menghubungi Daniel atau Henry yang memang tak lain adalah orang kepercayaan Daniel. Carlise yakin, jika Henry pasti bersama dengan Daniel, atau setidaknya tahu di mana Daniel berada saat ini.

"Saya mendapatkan informasi, Nona," jawab Andrew masih memanggil Carlise nona. Ia memang hanya memanggil Carlise sebagai nynya kecil ketika berbincang dengan Daniel.

Carlise yang mendengar hal itu pun bertanya, "Bagaimana? Apa kau tau mengapa Uncle tidak bisa dihubungi dan bahkan tidak memberi kabar saat tidak pulang tadi malam?"

Andrew terlihat ragu sejenak sebelum menjawab, "Tuan tengah memiliki pekerjaan yang sangat mendesak dan tengah berada di tempat yang tidak bisa menghubungi Nona. Henry memastikan jika Tuan baik-baik saja, dan Tuan meminta maaf karena tidak bisa pulang dan menghubungi Anda selama beberapa hari ke depan. Ia akan segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa bergegas pulang dan menjelaskan secara langsung pada Anda mengenai apa yang sebenarnya terjadi."

Jelas, Carlise yang mendengar hal tersebut merasa kecewa. Andrew saja bisa menghubungi Henry, mengapa Daniel tidak meminta telepon dari Henry untuk menghubungi dirinya? Namun, Carlise menggelengkan kepalanya. Dirinya berusaha untuk percaya pada Daniel dan berdoa agar Daniel bisa pulang secepat mungkin, agar kegelisahan yang ia rasakan saat ini menghilang.

"Aku mengerti," ucap Carlise.

Carlise pun menghabiskan susu hangatnya lalu bangkit dari duduknya sebelum berkata, "Aku sudah kenyang. Tolong siapkan mobil, aku akan pergi ke akademi."

Sebenarnya Andrew ingin Carlise makan lebih banyak, karena ia hanya makan beberapa suap. Namun, Andrew sadar jika apa yang ia katakan tidak mungkin di dengar oleh Carlise. Jadi, lebih baik dirinya pun menuruti apa yang diminta oleh Carlise saja. Ia pun berkata, "Baik, Nona."

Dalam waktu singkat, mobil yang akan digunakan untuk mengantar Carlise pun siap. Carlise tidak membuang waktu untuk pergi ke akademinya. Selama berada di perjalanan, Carlise pun mengirim beberapa pesan pada Daniel. Meskipun saat ini Daniel berada di tempat di mana dirinya tidak bisa dihubungi, tetapi Carlise rasa saat dirinya ke luar dari tempat tersebut, Daniel bisa segera membaca pesan yang sudah ia kirim ini. Lalu Carlise pun menghela napas panjang.

"Nona, kita sudah sampai," ucap sang sopir ketika mereka memang sudah sampai.

Carlise bergegas turun dengan tas latihan yang selalu ia bawa ketika pergi ke akademi. Setelah mengucapkan terima kasih, Carlise pun beranjak menuju gedung akademi yang memang berada satu area dengan gedung teater. Carlise terkejut saat melihat jika ada beberapa telepon dari sang ayah, dan pesan yang menanyakan apakah Carlise baik-baik saja. Carlise pun membalas, bahwa dirinya baik-baik saja dan berkata bahwa ia akan menelepon ayah dan ibunya setelah dirinya senggang.

Carlise kembali menghela napas dan berjengit terkejut ketika mendengar pertanyaan, "Kenapa kau terus menghela napas seperti itu?"

"Astaga," ucap Carlise sembari mengusap dadanya karena sangat terkejut.

Faro yang melihat hal itu pun tersenyum dan berkata, "Maaf, aku sepertinya sering sekali mengejutkanmu."

Carlise menggeleng dan balas tersenyum. "Tidak apa-apa. Apa hari ini kami juga akan dievaluasi?" tanya Carlise.

Faro mengangguk. Mereka pun berjalan berdampingan memasuki akademi. Lalu Faro berkata, "Benar, aka nada evaluasi lagi. Tapi, kuharap kalian semua tidak berlebihan dalam berlatih. Terutama kau, Carlise. Akhir-akhir ini, aku melihatmu tampak lelah dan sering melamun. Sepertinya itu terjadi karena kau terlalu berlebihan dalam berlatih."