Ep. 3 🛺

1K 84 0
                                    

Sejujurnya mengingat kejadian itu membuatku kehilangan konsentrasi dan aku membencinya. Jadi aku tidak memiliki pilihan lain selain tidak terlalu memikirkannya, hal yang penting bagiku saat ini hanyalah kebahagiaan adikku, Vania, dan kelangsungan hidup kami berdua.

Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaan adikku.

**

Hari itu pun dimulai, aku beranjak dari tempat tidurku dan mulai berjalan menuju dapur yang terletak di ujung kamarku, dapurnya memang tidak terlalu luas tapi aku selalu menjaganya terlihat bersih agar tidak kehilangan selera makanku.

Aku cukup sensitive dalam hal ini, aku memilih untuk tidak makan dan kelaparan daripada harus memakan makanan yang tidak terjamin kebersihannya, entahlah, tapi terkadang itu menyulitkanku sendiri tapi aku tetap melakukannya.

Sesampainya aku di dapur, aku langsung mengambil kopi bubuk yang terletak di laci atas dan langsung memasukkannya kedalam mesin pembuat kopi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya aku di dapur, aku langsung mengambil kopi bubuk yang terletak di laci atas dan langsung memasukkannya kedalam mesin pembuat kopi. Sambil menunggu kopinya siap, aku mengambil sebuah roti dari lemari pendingin dan memasukannya kedalam toaster.

Sembari menunggu roti dan kopinya siap, aku menyiapkan selai dan mentega, tidak lupa juga aku mengambil telur di lemari pendingin untuk membuat telur mata sapi sebagai tambahan energi. Aku menyiapkan wajan dan menuangkan sedikit minyak di atasnya kemudian menyalakan kompor dan tunggu sedikit memanas.

Aku memasak telur tersebut hingga setengah matang dan meletakkannya di atas piring. Aku juga sudah menuangkan kopi panas itu kedalam gelas ku serta mengoleskan mentega dan selai kesukaanku di atas roti yang baru saja matang. Aku meletakkannya di atas piring dan membawanya ke meja makan untuk segera disantap.

Sebelum itu, aku berjalan ke samping tempat tidur untuk mengambil ponselku. Ada suatu hal yang biasa aku lakukan setiap minggu, yaitu menelfon adikku untuk bertanya tentang kabarnya hari ini.

Aku menelfon Vania sembari berjalan kembali ke meja makan agar bisa mengobrol dengan santai seperti biasa.

"Halo, Vania, bagaimana kabarmu hari ini?"

"Kak Iwin, aku baik-baik saja, bagaimana dengan kakak sendiri?"

"Eum, kakak juga baik-baik saja, kegiatan apa yang kamu lakukan beberapa hari terakhir, ada yang perlu diceritakan ke kakak?"

"Ohh, aku sedang mengerjakan beberapa projek kuliah, sejujurnya cukup melelahkan tapi tidak apa-apa, aku akan segera menyelesaikan kuliahku dan berkerja untuk membantu kakak."

Sejujurnya, aku tersentuh dengan perkataan Vania. Dia sangat menyayangiku, begitupun sebaliknya. Vania adalah satu-satunya harta yang aku miliki saat ini.

"Hei, tidak perlu terburu-buru. Kamu bisa mengumpulkan banyak pengalaman agar bisa mencari pekerjaan yang lebih baik daripada kakak."

"Tentu, aku akan menjamin kebahagiaan kakak."

Exclusive Bodyguard || BrightWin [FR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang