"Winnn... Aku mau disini sajaaaa.... A.. Kuuu tidak mau.. Pulanggg.."
"Fendy, kita harus pulang, kamu terlalu mabuk sampai melantur begini," ucap Win sambil menadah tubuh Fendy yang mabuk berat agar tidak jatuh.
Win dan Fendy berjalan keluar dari lift dan segera berjalan menuju ke parkiran mobil dimana kendaraan mereka terparkir. Itu sedikit menyulitkan Win karena ia harus menahan tubuh Fendy yang cukup berat. Tapi, bantuan pun datang.
Kevin berjalan mendekat ke arah mereka berdua dan membantu Win untuk membawa Fendy. Tapi, perjalanan mereka tiba-tiba berhenti karena mendengar seseorang memanggil nama mereka.
"Win, Kevin, Fendy, tunggu."
Mereka bertiga menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah pak bos.
"Eh, ada apa ya pak?" sahut Win.Pak Off mendekat dan berbicara.
"Berhubung besok kita libur bekerja, saya ada keperluan yang harus di urus. Jadi saya minta tolong Win dan Fendy besok untuk mengurus barang yang dikirim dari gudang, apa bisa?""Bisa pak, biar saya dan Fendy besok yang mengurusnya."
"Kalau ada apa-apa, biar saya yang bantu pak, anda tidak perlu khawatir," sahut Kevin setelahnya.
"Eum baiklah kalau begitu, pastikan restaurant bersih sebelum kalian tinggal ya."
"Baik pak."
"Kalau begitu saya tinggal dulu."
Mereka bertiga mengangguk dan Pak Off berjalan pergi mengurus urusannya.
"Dimana kalian berdua parkir?""Oh kami tadi parkir di lantai G2, di sebelah sana."
"Baiklah kalau begitu, ayo kita ke sana sebelum terlalu larut malam."
Win mengangguk dan mereka berdua berjalan ke arah area parkir G2 dengan membawa tubuh Fendy yang sempoyongan karena mabuk berat.
Setelah kurang lebih 3 menit berjalan, akhirnya mereka pun sampai di depan mobil Fendy dan ia memasukkannya ke kursi penumpang samping supir.
Win membukakan pintu dan Kevin menggotongnya masuk ke dalam mobil setelah itu ia keluar dan berbicara kepada Win.
"Win, hati-hati ya pulangnya, ini sudah larut malam.""Eum, kamu juga begitu, hati-hati ya."
Kevin mengangguk.
"Oh ya, besok kalau ada apa-apa, kamu langsung telfon aku aja ya, biar aku langsung ke sana.""Baiklah, nanti aku akan kabari kalau butuh bantuan."
"Eum, kalau begitu aku pergi dulu ya Win."
Win mengangguk.
Segera setelah itu, Kevin pergi menuju kendaraannya dan Win berjalan ke arah lain mobil dan masuk ke dalamnya. Ia mengunci pintu dan segera pulang.
Berhubung mobil yang dikendarainya adalah mobil Fendy dan ia sekarang sedang mabuk berat, akan berbahaya jika ia harus menyetir sendiri nantinya. Jadi Win memutuskan untuk membiarkan Fendy tidur di kontrakannya saja untuk malam ini. Lagi pula besok mereka berdua harus pergi ke restaurant untuk mengecek barang yang baru dikirim dari gudang.
Win memasukkan kunci mobil yang ia ambil dari saku kemeja Fendy ke dalam tempatnya dan sesuatu membuatnya terkejut saat ia memasukkan persneling.
Pandangannya hanya lurus ke depan dan ia tau apa yang terjadi dengan tangannya.
Fendy memegang tangan Win.
*deg
Perasaan takut itu muncul tapi Win mulai menunjukkan perubahan dari dirinya karena kejadian hari ini. Sejujurnya, Win tidak sepenuhnya menyukai wanita karena masa lalu yang dialami olehnya pada 12 tahun yang lalu.
Masa lalu itu cukup kelam. Saat Win sedang bermain dengan teman-teman masa kecilnya, ia diculik oleh sebuah pria dewasa sekitar berumur 56 tahun. Pria itu memakai topi hitam, jaket abu-abu dan celana hitam. Ia menawari Win sebuah permen kesukaannya dan saat dirasa ada kesempatan, pria itu menculik Win dan menutup mulutnya dengan sarung tangan yang sudah diberi obat bius.
Saat itu Win masih sangat kecil jadi hampir mustahil baginya untuk melawan hingga ia pun tersadar dari pingsannya dan melihat bahwa dirinya sedang berada di sebuah rumah yang entah berada dimana.
Ia melihat ke seluruh bagian ruangan tapi tidak bisa bergerak, tangan dan kakinya di ikat dengan kuat ke arah belakang.
'Dimana ini?'*bruak!
Jantung Win berdebar begitu kencang dan ia melihat ke arah pintu dengan matanya yang sudah membulat ketakutan dan berkeringat dingin.
Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras dan terlihat seorang pria yang saat itu menculik Win sedang berdiri sambil membawa cambuk yang sepertinya akan ia gunakan untuk menyiksa Win.Pria itu mengibaskan cambuknya sehingga terdengar suara pukulan yang begitu keras sampai menggema dalam ruangan. Wajahnya tersenyum kecil dan berjalan perlahan ke arah Win sambil terus mengibaskan cambuknya dengan keras.
"Lepaskan aku!! Pria jelek!!"
"Diam! Anak brengsek."
*plak
Cambukan itu meninggalkan bekas luka di kaki Win. Ia merengek kesakitan dan terus memohon untuk dilepaskan tapi pria itu tidak menggubrisnya sama sekali dan tetap menyiksa Win dan memperkosanya untuk semalaman penuh.
Pada akhirnya, Win berhasil kabur dengan tubuhnya yang penuh luka bekas memar dan ia kesulitan untuk berjalan karena luka pada pantatnya. Tapi, Win tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Antara kabur sekarang atau mati.
Kejadian itu terjadi saat Win masih belum mempunyai adik dan itu menjadi trauma yang membekas dalam hatinya. Saat Win mengingat masa lalunya itu, tubuhnya selalu merasa kesakitan dan ingin muntah sebagaimana mengerikannya pria itu saat menyiksa Win.
Sampai saat ini, Win masih merahasiakan masa lalunya kepada Vania, orang tuanya juga tidak pernah membahas kejadian tersebut lagi karena khawatir itu akan mengganggu mental Win. Tapi syukur sekarang Win sudah bisa mengontrol emosinya jika mengingat kejadian tersebut.
**
Saat Fendy memegang tangan Win, ingatan masa lalunya itu kembali lagi padanya, sama persis saat Bright berbicara kepada Win. Ia menunjukkan reaksi penolakan bukan karena Win sepenuhnya menyukai Wanita tapi ia takut dengan laki laki yang bisa membuat trauma masa lalunya kembali menghantuinya.
Win berusaha menahan dirinya dan ia menyingkirkan tangan Fendy perlahan ke atas tubuhnya sendiri agar tidak mengganggu Win. Ia masih menganggapnya wajar karena Fendy dalam kondisi mabuk dan tidak sadar jadi perilaku semacam ini diluar kendalinya.
Sebelum Win menancapkan gasnya, ia menoleh ke arah Fendy dan..
To be continued..
Jangan lupa buat vote dulu ya gengs! Terima kasih^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Exclusive Bodyguard || BrightWin [FR]
RomanceSebuah kehidupan yang pahit harus dirasakan oleh sebuah pria yang berparas tampan bertubuh tinggi. Ketampanannya tidak hanya membuat para wanita menggeliat jatuh cinta tapi juga berhasil menarik perhatian seorang ketua organisasi gelap dan menjadi s...