0'00 - Prolog

514K 14.8K 192
                                    

WAJIB FOLLOW SERTA VOTE DAN COMMENT GUYS!

Langkah kaki kecil Sabila membawa masuk kedalam halaman rumah mewah konsep yunani yang sangat kental. Ditengah halaman terdapat air mancur besar yang airnya jernih sekali, rumput-rumput halus berwarna hijau segar terlihat sangat dirawat. Disisi beton gagah itu terdapat tanaman bunga berwarna-warni. Sabila berdecak kagum.

Sabila datang kerumah majikan ibunya untuk menggantikan posisi sang ibu yang sudah tiada dua minggu yang lalu. Sabila terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekarang, dulu ia masih bergantung pada sang ibu, tapi sekarang tidak lagi. Dia harus lebih mandiri dari sebelumnya.

Terpaksa juga putus sekolah, padahal dirinya baru saja menginjak sekolah menengah atas. Tapi ditengah jalan ia harus putus sekolah dan tetap melanjutkan hidup tanpa pendidikan. Sabila sedih sebenarnya tapi mau bagaimana lagi, ini adalah jalan satu-satunya yang harus dia pilih.

"Sabila ya?" Tanya seorang perempuan berseragam seperti pelayan pada umumnya.

"Iya benar bu," Jawab Sabila sopan, gadis itu bergerak menyalami tangan perempuan tersebut.

"Ternyata anak Rena sangat cantik, ayo masuk nyonya sudah menunggu kamu dari tadi." Mata Sabila membulat sempurna.

Astaga dihari pertama dia sudah membuat majikannya menunggu, Sabila merasa bersalah dia cepat-cepat mengikuti ibu-ibu tadi sambil membawa tas besarnya. Karena mereka lewat belakang butuh beberapa waktu sampai diruang keluarga.

Sampai didepan pintu besar itu, Sabila menjadi sedikit gugup. Dia takut akan terkena semburan majikannya karena menunggu terlalu lama. Walaupun Sabila sudah mendapatkan cerita-cerita dari almarhummah ibunya yang mengatakan bahwa nyonya besar mereka sangat baik dan ramah.

"Permisi nyonya, ini anak Rena. Dia akan menggantikan posisi Rena sekarang."

Sabila tersenyum anggun dan sopan saat melihat majikannya berdiri dan tersenyum lembut. Aura ke ibu-ibuan sangat terasa, Sabila jadi merindukan ibunya.

"Akhirnya datang juga,"

Sabila ketar-ketir saat majikannya mendekat, harus kah bersalaman seperti biasanya yang ia lakukan jika bertemu orang. Tapi Sabila ragu melihat tangan majikannya sangat putih dan halus, pasti lembut. Batin Sabila.

"Boleh Sabila salim?" Tanya Sabila pelan, ia mendongak karena majikannya bertubuh tinggi.

Wanita berkepala tiga itu melebarkan senyumnya, "Boleh sayang."

Sabila tersenyum dan bergerak meraih tangan majikannya, ia mencium tangan itu. Sangat wangi dan sangat lembut, tebakan Sabila tidak meleset sedikit pun. Dan Sabila senang karena majikannya sangat baik sekali.

Sifa mengelus pelan kepala Sabila, tak menyangka anak mantan art nya yang sudah tiada ternyata perempuan. Sifa kira laki-laki ia berencana akan menempatkan diposisi sebagai sopir pribadinya saja karena sopirnya yang dulu sudah sangat tua.

"Namanya Sabila?" Tanya Sifa.

"Iya nyonya Sabila Aulia." Jawab Sabila.

Sifa merengut tak suka, "Jangan nyonya, panggil mommy. Sabila pasti seumuran sama anak mommy,"

"Tapi ga sopan nyonya, Sabila pembantu disini."

Sabila untuk AsherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang