0'27 - SuA

172K 9.2K 320
                                    

WAJIB FOLLOW SERTA VOTE DAN COMMENT GUYS!


Satu minggu kemudian.

"Lara."

"Sabila."

Kedua gadis cantik itu kelabakan menuruni tangga. Sabila yang sedang menyisir rambutnya, dan Lara yang sedang memasang kaos kaki.

"Iya mah!" Jawab kedua gadis itu serempak.

Tas, tote bag dan segala hal yang akan dibawa kesekolah berceceran didekat tangga. Sabila menaruh asal sisirnya, ia duduk dianak tangga untuk memasang kaos kaki.

"Sisir dek?!" Pinta Lara.

"Itu." Tunjuk Sabila kearah lantai, sisir tergeletak didekat tas Lara sendiri.

Terdengar suara gelak tawa didepan mereka, keduanya mendongak menampilkan kakak tertua mereka sedang tergelak lepas sambil makan roti, pemuda itu bersandar disalah satu pilar menyaksikan kedua adik cantiknya yang hari ini terlambat bangun.

"Keselek ya allah keselek." Ucap Lara sinis.

"Oke, selesai. Kakak udah kan?" Tanya Sabila.

Lara melihat barangnya, tas, iPad, dompet, hp. "Okee."

Marina datang membawa dua bekal berisi buah apel dan roti panggang.

"Ini akibat gak denger papa ngomong semalem, gini kan terlambat gak bisa sarapan." Kata Marina menceramahi kedua anak gadisnya.

Lara menyambut bekal mereka dan langsung memasukkan bekal tersebut kedalam tasnya.

"Nanti aja ya ma marahin nya, Lara sama Bila udah telat. Lop yu sekebon!" Ucap Lara sebelum mencium pipi Marina, diikuti Sabila.

"Dadah mama cintaa."

"Heh! Kakak gak ada pamit??" Tanya Bryce sedikit berteriak karena adiknya hanya melewati tanpa menyapa.

Marina terkekeh, ada saja kelakuan ketiga anaknya.

.

.

.

Sampai disekolah hampir saja gerbang ditutup, Lara memarkirkan mobilnya. Keduanya turun dan berlari kecil menuju lobby sekolah. Lara membuka pintu penghubung untuk keluar menuju gedung-gedung kelas.

Keduanya berjalan dilapangan sambil tertawa karena kelakuan mereka pagi tadi.

"Lara!"

Lara melihat wajah Mia nampak seperti panik, gadis itu berlari dari koridor kelas menuju lapangan.

"Kenapa lo?" Tanya Lara bingung.

Mia kelimpungan untuk mengatakan sesuatu pada Lara, seperti ragu namun harus ia ucapkan, tak ada pilihan lain Mia tetap mengatakan kabar itu segera mungkin.

"For god's sake she's back, Ra."

Lara tertegun, ia mencerna ucapan Mia. "D-dia?" Gumam Lara tak percaya, salah kan otaknya yang terlalu encer sampai bisa tahu langsung maksud ucapan Mia.

Sabila untuk AsherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang