Toxic - O4.

22K 2.3K 83
                                    

Jevano mati matian menahan rasa perih dan panas yang menjalar di kakinya. Sebenarnya kondisinya tidak bisa dibilang baik. Saat ia mencoba meraih pintu tadi kakinya tidak sengaja menginjak pecahan piring. Entah Jay akan menemukannya atau tidak.

Jevano hanya berlari tanpa arah, menelusuri lorong lorong dan tangga. Ia memutuskan untuk menuju lobby siapa tau ada orang di sana. Mengingat Chandra telah mengosongkan resort ini untuk mereka berdua.

Jevano sedikit terisak saat perutnya kembali berdenyut nyeri. Ia butuh istirahat. Tapi Jay tidak akan membiarkan untuk bernafas barang satu menit pun.

Sementara itu Jay masih berdiri di depan pintu kamar. Menyeringai lebar melihat bercak darah di sepanjang lorong kamar.

"Lo ternyata bodoh ya, Jevano."

***

Jevano menatap lobby nanar. Ini bahkan terlalu sepi. Tidak ada orang satupun disana. Ia semakin terisak. Kakinya tidak kuat lagi untuk melangkah. Nyeri di perutnya juga semakin menjalar. Dan pening terus menghantam kepala Jevano.

"Jevano...!"

Samar samar ia dapat mendengar seruan Jerga dari lantai tiga. Atau tidak. Jerga berada di lantai dua. Dengan cepat mengikuti bercak darah Jevano.

Jevano membelalakkan matanya dan kembali memaksakan kakinya untuk berlari. Berusaha sekuat mungkin untuk tidak ambruk.

Jevano mulai menyesal karena mengangkat telepon dari Marko tadi. Harusnya saat Jerga bertanya ia menjawab jika itu tidak penting.

Saat Jevano sedang kalang kabut berlari sambil menahan pening yang menghantam kepalanya. Tanpa sadar ia menabrak seseorang. Apa itu Jay? Dia menabrak pembunuhnya sendiri?

"Loh, Jevano? Kamu kenapa?"

Suara ini. Ini bukan Jay. Jevano secara perlahan mendongakkan wajahnya. Itu Chandra. Ternyata ia masih ada di sini.

Chandra menatap Jevano dengan tatapan bingung. Laki laki ini sedang menangis, bahkan ada memar merah di wajahnya. Rambutnya terlalu berantakan. Bahkan Chandra bisa menebak jika Jevano baru saja mendapatkan kekerasan secara fisik.

Ia memegang pundak Jevano erat saat ia hampir ambruk menatapnya khawatir. Sementara Jevano berusaha mati matian berdiri dengan kondisi kaki terluka.

"Sembunyi... Aku—"

Kalimat Jevano membuat Chandra menatap tak mengerti ke arah laki laki itu. Apa maksudnya sembunyi? Tapi melihat Jevano yang keadaannya terlalu berantakan membuat Chandra langsung mengangguk.

"Baik, kita sembunyi dulu."

Chandra dengan sigap menggendong tubuh Jevano. Ia menatap prihatin ke arah kaki Jevano yang sudah melepuh. Apa ia disiram menggunakan air panas?

"Jevano... Where you at??"

Suara Jay memecah keheningan. Chandra menoleh terkejut dan ingin menghampiri suara Jay yang ia kira Jerga. Jevano dengan cepat menahan jas Chandra. Membuat Chandra menoleh bingung.

"Jangan.."

Jevano berkata lemah. Chandra tidak tau apa maksudnya. Tapi melihat sorot mata ketakutan Jevano ia bisa menebak siapa yang melakukan ini padanya. Chandra langsung menuju ruang staff yang berada di dekat sana. Sebagai pemilik tentu saja ia memiliki kuncinya. Ia membantu Jevano untuk menidurkan dirinya di sofa panjang yang berada di sana.

Chandra dengan cepat mengunci ruangan itu dan menghela nafas. Ia mengusap rambutnya gusar. Seruan Jay dapat mereka dengar dari dalam ruangan ini.

Chandra mendudukkan diri di sofa yang berada di samping Jevano. Ia menatap prihatin ke arah kekasih dari keponakan nya itu.

"Jevano, jangan bilang kepribadian ganda Jerga?"

Jevano sedikit terkejut lalu mengangguk pelan. Chandra mengusap wajah nya kasar.

"Saya tau dia punya kepribadian ganda, tapi saya tidak menyangka akan secepat ini dia kembali"

"Kembali secepat ini?" Jevano menatap Chandra tidak mengerti. Apa itu berarti Jerga pernah sembuh dari kepribadian ganda nya?

"Iya, dia pernah sembuh dari kepribadian gandanya—"

Ucapan Chandra terpotong karena ketukan dari luar. Jay datang. Jevano menahan nafasnya. Sementara Chandra langsung berdiri dari posisi duduknya. Bersiap dengan segala kemungkinan terburuk.

Sementara itu Jay di luar semakin tidak sabaran mengetuk pintu.

"Jevano, gue tau lo di dalem. Keluar."

Jevano langsung mendudukkan dirinya. Takut dengan kemungkinan Jay yang akan mendobrak pintu.

"Apa ga disini, ya?"

Suara Jay terdengar menjauh Jevano langsung menghela nafas pelan. Sepertinya Jay akan menjauh dari sana.

Tapi sepertinya tidak.

BRAK!!

Jay mendobrak pintu itu. Sesuai dengan bayangan Jevano. Chandra langsung membelalakkan matanya. Tidak menyangka Jay akan mendobrak pintu.

"JEVANO! GUE TAU LO ADA DI DALEM.

***

Menuruti kemauan kalian buat double update hwehwhe

TOXIC. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang