Toxic - 19.

13.2K 1.5K 209
                                    

"Jerga, kan?"

Jevano menatap Jerga dengan raut wajah menyelidik. Tangannya terulur mencubit kedua pipi pemuda itu. Membuat Jerga tertawa di sela sela cubitan Jevano pada pipinya.

"Iya Jevano, ini aku, Jerga." Jerga berucap gemas. Balik mencubit kedua pipi gembil Jevano.

Jevano tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit. Jerga tertawa kecil melihat wajah senang Jevano.

"Mau sampe kapan cubit cubitan pipi?"

Suara Dimas menginterupsi keduanya. Membuat Jerga buru buru melepaskan cubitannya dari pipi Jevano. Tetapi Jevano tak kunjung melepaskan cubitannya pada Jerga. Ia menggeleng pelan. Justru menempelkan pipi Jerga pada pipinya sendiri.

"Gamau, aku masih kangen Jerga"

Dimas sontak tertawa mendengar jawaban Jevano. Ia mengusak rambut Jevano gemas. Seakan melupakan eksistensi empat orang remaja yang duduk berdempetan di sofa, sibuk berbisik bisik.

"Eh, kok ini ga sesuai ekspetasi gue, ya?" Yesha berbisik pelan.

"Apanya?" Haikal mengernyitkan alisnya, ikut berbisik.

"Jevano sama Jerga, kok kayanya ada yang aneh"

Yudhist mengangguk, tiba tiba ikut berbisik. "Asli deh, bukannya Jerga yang bawah ya?"

"Tapi keliatannya kaya Jevano cok yang bawah" Entah sejak kapan Henry juga sudah ikut acara bisik bisik mereka. Padahal sebelumnya, ke empat remaja ini tidak saling kenal. Haikal dan Yesha tidak mengenal Yudhist dan Henry. Begitupun sebaliknya.

Keempatnya saling tatap dengan wajah bingung. Sebenarnya, siapa yang menjadi submissive dan dominant di hubungan keduanya?

Jerga melirik ke arah Haikal dan Yesha yang asik berbisik ria dengan teman Jevano. Sejak kapan keempatnya akrab begitu?

"Kak, buat hari ini, gue aja yang jaga Jevano boleh?" Jerga mendongak, menatap Dimas.

Dimas menolehkan wajahnya ke arah Jerga. Tampak berfikir sebelum mengangguk tanda setuju.

"Boleh, tapi kalo kepribadian sialan lo itu muncul lagi, abis lo sama gue"

Dimas berucap sambil membuat gestur memotong leher. Jerga yang melihatnya bergidik ngeri dan mengangguk patah patah.

Dimas keluar dari ruangan itu setelah mengusak rambut Jevano dan berkata akan memghubungi nanti.

Jerga mengambil bubur yang ada di meja kecil. Mulai menyuapi Jevano.

"Makan dulu, ya?" Jevano mengangguk sebagai jawabannya. Lima menit berselang dengan keheningan.

"Jer," Panggil Haikal. Menginterupsi Jerga yang sedang menyuapi Jevano.

"Apa?"

Haikal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung dalam menyusun kalimatnya. Ia menghembuskan nafasnya perlahan, dihadiahi kerutan alis dari Jerga, bingung.

"Sebenernya, yang digenjot sama yang genjot tuh siapa?" Jevano langsung tersedak mendengar pertanyaan dari Haikal.

"Hah?"

Yesha memukul kepala Haikal cukup keras. Pertanyaan bodoh! Padahal ia bisa menggunakan kalimat lain, kenapa harus genjot dan digenjot?! dasar orang sinting! Jerga menatap Haikal dengan raut wajah seakan berkata, 'gue.... gak salah denger, kan?'

"Aduh! sakit anjing, Yesh!" Haikal memprotes pukulan di kepalanya, di balas dengan pelototan dari Yesha.

"Makanya jangan ngaco!" Umpat Yesha kesal.

TOXIC. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang