Tentang Jevano yang berusaha mengembalikan Jerga dari kepribadian ganda psikopatnya, Jayden.
DISCLAIMER :
IT'S FREAKING JAEMJEN, NOT NOMIN! Jaemin as a dominant and Jeno as a submissive. If you don't like it or a homophobic just fuck off.
Starts :...
Chandra menghela nafasnya. Pagi ini ia sudah mendapatkan 5 panggilan tak terjawab dari Jerga. Ia sedikit heran, tumben sekali ia menelfon dirinya sebanyak ini.
Baru saja Chandra ingin menelfon Jerga. Jerga telah menelfon lebih dulu, ia menggeser icon hijau yang tertera di layar.
"OM CHANDRA!"
Chandra menjauhkan handphone nya dari telinga, suara Jerga terdengar sangat keras. Chandra sedikit terkekeh, kembali mendekatkan handphone.
"Pagi, Jerga. Kenapa?"
Tidak ada jawaban dari Jerga. Hanya ada suara barang terjatuh atau suara ia mengaduh kesakitan, entah terjatuh atau tersandung. Terdengar sangat gaduh.
"Jevano gimana om? Aku ga bisa ke rumah sakit harus sekolah- ahh! Seharusnya aku bisa ke rumah sakit tapi ga bisa, gimana ini? Aduh!"
Chandra menghela nafas dan tersenyum kecil.
"Hati hati Jerga-"
Belum selesai ucapannya, terdengar suara debuman. Dapat Chandra tebak, Jerga terjatuh.
"Aduduh... om Chandra aku tutup dulu ya, aku udah telat. Tolong jenguk Jevano ya? Makasih om!"
Dan dengan itu sambungab telefon di putuskan secara sepihak. Chandra mengernyitkan alisnya kemudian tertawa. Jerga selalu ceroboh jika itu menyangkut Jevano.
Baiklah, ia akan mengunjungi Jevano dan membicarakan beberapa hal dengan Jevano. Hal penting.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bagaimana keadaan kamu, Jevano?"
Chandra mendudukan dirinya di kursi yang berada di samping nakas Jevano. Tangannya memegang satu amplop coklat besar. Jevano mengangguk dengan senyum terpatri di wajahnya. Chandra menghela nafas lega, wajah Jevano sudah lebih segar dari kemarin malam.
"Jevano saya ingin membicarakan sesuatu dengan kamu."
Jevano menoleh sambil memiringkan kepalanya.
"Saya?"
Chandra mengangguk. Ia berdeham sebelum akhirnya membuka mulut untuk berbicara.
"Ini hanya sekedar perkiraan, tapi sepertinya Jay terobsesi padamu, Jevano."
Jevano hampir tersedak ludah nya sendiri. Jay, terobsesi padanya? Psikopat seperti dia? Tanpa sadar wajahnya memucat.
Chandra kembali menghela nafasnya. Ini sulit, memang. Jevano berhak tau lebih dalam tentang Jay.
"Jevano, saya ada sesuatu yang harus di tunjukkan."
Chandra menyerahkan amplop yang ia pegang sedaritadi pada Jevano. Jevano menatap Chandra tak mengerti tapi tetap menerima sodoran amplop dari Chandra dan membukanya. Melihat isi yang ada di dalamnya.