Walau hanya menggunakan kapak dan seorang diri, Jay bisa dengan cepat merobohkan Jorgav dan Satya.
Jay berjongkok di depan Jorgav. Mencengkram rahangnya erat. Ia menyeringai lebar melihat wajah Jorgav yang sudah berlumuran darah. Luka sobek tertoreh di dahinya. Peluru di pistolnya juga sudah habis.
"Just like i said, gue bakal berfikir keras gimana caranya ngubur 4 mayat disini"
Jorgav meludahkan air liurnya yang sudah bercampur darah. Ikut menyeringai.
"Thanks"
Jay memiringkan kepalanya, sedikit heran dengan senyum di wajah Jorgav.
"For what?"
"For this—"
Jorgav memotong ucapannya. Merogoh sakunya. Mengeluarkan satu bilah pisau kecil dan menusukannya ke arah Jay. Dengan refleknya, Jay menahan pisau itu dengan telapak tangannya. Menggenggam pisau tajam itu.
Jay meringis. Luka yang di sebabkan pisau itu lumayan dalam. Belum pulih dari terkejutnya Jorgav sudah memberikan pukulan tepat di wajahnya. Membuat Jay tersungkur.
Satya yang sedang membantu Dimas untuk berdiri menutup kedua matanya. Tidak kuat melihat kedua anaknya yang bermandikan darah.
Dimas mengusap hidungnya yang mengucurkan darah. Kepalanya sedikit pusing setelah di pukul menggunakan pegangan kapak milik Jay. Terdapat luka robek di kakinya juga.
"Kita cari Jevano, biarkan Jorgav yang mengurus Jay"
Dimas mengangguk. Mencoba bangkit dari posisi duduknya. Melihat darah yang terus menetes dari hidungnya mengingatkan dia pada masa SMA nya yang terus terlibat tawuran.
John mengarahkan laras nya tepat ke arah Jay. Menarik pelatuknya dan dengan tepat sasaran mengenai Jay. Sang empu membelalakan matanya merasakan ada yang menembus kulis pundaknya. Ia menoleh ke arah John dengan tatapan tajamnya. Bukan peluru yang di tembakan tetapi sebuah jarum suntik. Sebuah obat bius.
Jay hendak meraih obat bius yang menancap di tubuhnya tapi satu bogeman ia dapatkan di wajahnya dari Jorgav. Sengaja mengalihkan perhatian Jay dari Dimas dan Satya yang menyelinap naik.
"Brengsek—"
Jay balik meninju wajah Jorgav. Mengayunkan kapaknya tepat di depan wajah Jorgav. Dengan cepat membuat Jorgav terpojokan. Rasa nyeri dan pening mulai menyerang sekujur tubuh dan kepalanya. Jay mencengkram erat rambutnya, menariknya kencang. Berusaha menghilangkan rasa pusing yang hebat. Sepertinya efek obat bius yang disuntikan cukup besar.
Dengan nafas menderu Jay kembali mengayunkan kapaknya. Tapi tenaganya dengan cepat terkuras. Efek obat biusnya bekerja dengan cepat. Kapak yang ada di pegangannya terjatuh begitu saja bersamaan dengan tubuhnya yang luruh ke lantai.
Jorgav menatap Jay dengan nafas terengah engah. Beralih menatap John yang sudah melangkah turun menyusul dirinya disana.
"Gimana?"
"Obat biusnya udah bekerja, tapi itu cuma bisa nahan dia buat hari ini, gue butuh pasokan energi"
Jorgav mencengkram erat kerah baju John membuat sang empu berseru tertahan. John mengernyitkan alisnya. Menatap Jorgav bingung.
"Apa?"
"Don't move."
Jorgav menarik John lebih dekat. Menciumnya tepat di bibir dan melumatnya. John membelalakan matanya. Terkejut dengan ciuman tiba tiba dari Jorgav.
"Suddenly?!"
John langsung berseru ketika ciuman keduanya terlepas. Jorgav hanya mengangkat bahunya tidak peduli dengan seruan John. Ia balik menatap Jay yang masih berusaha untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC. [End]
Fiksi PenggemarTentang Jevano yang berusaha mengembalikan Jerga dari kepribadian ganda psikopatnya, Jayden. DISCLAIMER : IT'S FREAKING JAEMJEN, NOT NOMIN! Jaemin as a dominant and Jeno as a submissive. If you don't like it or a homophobic just fuck off. Starts :...