Toxic - 22.

11.5K 1.3K 280
                                    

Info tentang penguntit yang Chandra beritahukan padanya membuat Jorgav menyisir seluruh pengunjung pantai dengan mata tajamnya. Tidak terlewat satupun pengunjung disana. Dirasa tidak ada yang aneh membuat Jorgav mendengus, orang itu benar benar pintar bersembunyi. Atau mungkin saja tidak memiliki celah karena Jorgav yang terus mengawasi sekitarnya.

Jerga merengkuh tubuh Jevano saat Jevano tengah menggosok gosokan kedua telapak tangannya bersama. Udara malam ini terasa sangat dingin.

"Kalau kamu kedinginan kita masuk aja, yuk? Nanti kamu bisa sakit"

Jevano menggeleng pelan dan tersenyum, "Aku gapapa Jerga. Jangan khawatir, sebentar lagi puncak festival. Masa iya aku malah masuk ke resort?"

Jerga hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. Baiklah jika itu apa kata Jevano. Ia mendudukan dirinya bersama Jevano pada pasir pantai yang lembut. Angin sepoi sepoi menerpa halus wajah keduanya. Hal itupun tak luput dari pandangan Jorgav yang tersenyum kecil melihat keduanya.

Adiknya telah tumbuh besar. Terakhir kali bertemu Jerga hanyalah sosok bocah smp yang cengeng dan mudah menangis karena hal kecil. Sekarang ia bisa memiliki kekasih dan memperlakukan nya sebaik mungkin walaupun masih ada kepribadian ganda di dalam dirinya.

"Jangan diliatin mulu adek gue, bintitan mampus lo"

Dimas berucap dan mendudukan dirinya di samping Jorgav. Ucapannya disambut kekehan dari Jorgav.

"Gue ngeliatin adek gue sendiri. Geer amat."

Dimas langsung tergelak mendengar jawaban Jorgav. Ia mendongak menatap langit malam yang dihiasi bintang bintang. Sebentar lagi puncak dari festival dan Dimas sudah menanti nanti hari ini. Hari dimana ia bisa melihat senyum cerah Jevano lagi.

Suara ricuh bersemangat orang orang menandakan kembang api akan segera menghiasi langit membuat Jevano dan Jerga sontak berdiri. Begitupun yang lainnya.

Haikal mengeluarkan handphonenya, bersiap siap mengabadikan momen kembang api saat ia tak sengaja menekan tombol rekam dan kamera handphonenya malah menyorot wajah Yesha yang terlihat menggebu gebu bersemangat. Laki laki itu tanpa sadar tertawa pelan.

Suara berdecit menandakan salah satu kembang api sudah di lepaskan. Hal ini membuat kembang api yang lain ikut menyusul. Mereka semua mendongak, menatap indahnya kembang api di gelapnya langit malam.

Jerga menyentuh bahu Jevano, membuat keduanya saling berhadapan. Jevano mengernyitkan alisnya bingung.

"Kenapa, Jerga?"

"Aku sayang kamu."

"Huh?"

Jerga terdiam sebentar, ia menarik nafas perlahan dan membuangnya.

"Aku sayang kamu, Jevano."

Jevano terkikik mendengar penuturan Jerga yang terkesan buru buru. Bahkan wajahnya kini sudah memerah hingga ke kupingnya. Mata dengan bulu mata lentik itu mengerjap beberapa kali karena gugup.

"Aku juga sayang kamu, Jerga. More than anything"

Jerga tersenyum lebar mendengar jawaban Jevano. Ia mendekatkan wajahnya dengan Jevano hingga ia bisa merasakan deru nafas milik sang kekasih.

Ia menempelkan bibir nya dengan bibir plum milik Jevano. Tanpa ragu dan tanpa penolakan dari sang kekasih. Mereka berciuman dibawah kembang api yang meriah.

Manis. Jerga menyukai bibir Jevano yang selalu terasa manis saat keduanya berciuman. Rasa euforia seketika menyerbak masuk.

Jorgav tersenyum kecil melihat adiknya yang sudah dengan berani mencium Jevano. Ia benar benar sudah tumbuh besar, bukan anak kecil yang merengek karena tidak dibelikan es doger.

TOXIC. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang