Toxic - 25. [END]

22.6K 1.8K 577
                                    

Jevano mati-matian menahan tangisnya ketika melihat Jay yang sedang kesulitan bernafas. Mencoba untuk melawan racun yang mulai menyebar. Keringat sebesar biji jagung berjatuhan dari peluhnya. Urat nadi juga ikut memunculkan dirinya pada dahi Jay.

Jevano tetap setia menggenggam erat telapak tangan Jay yang sudah mulai memucat dan terasa dingin.

"Jayden! Aku mohon bertahan!!"

Jay menggeleng pelan. Ia melepaskan genggaman tangan Jevano, meraih wajah Jevano yang sudah basah kuyup.

"Cantik."

Jevano melotot ke arah Jay. Dirinya sedang sekarat dan Jay bisa bisanya justru memuji dirinya di saat seperti ini dengan seringaian menyebalkannya.

"Ga usah bercanda! Lo sekarat!"

Jayden terkekeh pelan, walau setelahnya kembali meringis kesakitan.

"Sekarang berani manggil gue pake lo, heh?"

Baru saja Jevano hendak membuka mulutnya, ia dapat merasakan tarikan pada pergelangan tangannya dari pihak lain sehingga dirinya tersungkur.

Ia mendongak, menatap nyalang ke arah Dimas yang menggenggam pergelangan tangannya erat.

"Lepas."

Dimas mendengus kasar, ia memaksa Jevano untuk berdiri dan menyeretnya menjauh. Sementara Heru terlihat mendekati Jay yang masih terkapar lemas.

"Hello, Jayden."

"Hi, bangsat." Jay membalas sapaan Heru sambil meringis dan terkekeh pelan.

Melihat hal itu Heru menatap Jay dengan wajah mengejek, tangannya bergerak menyingkirkan rambut yang menutupi dahi dan luka yang ada di dahinya.

"Menurut kamu, lukanya bagus, tidak?"

Jay menyeringai, "Bagus banget, makasih souvenir nya"

Heru tertawa pelan. Ia mencengkram rahang Jay, memaksanya menatap dirinya.

"How does it feels jadi sekarat?"

Jay menyeringai lebar, "Only one way to find out, apa Jerga juga sekarat?"

Jay langsung meninju wajah Heru kencang, membuat laki laki itu langsung tersungkur. Ia menatap Jay nyalang, emosinya tersulut ketika Jay meninju wajahnya kencang hingga meninggalkan luka memar.

Tetapi hal pertama yang laki laki paruh baya itu lihat adalah Jay yang sudah bisa berdiri tegak, badannya sama sekali tidak bergetar ataupun deru nafas yang tidak beraturan. Ia berdiri seakan ia sangat sehat.

"Apa yang-"

***

"BANGSAT LEPASIN GUE!!"

Dimas semakin mengeratkan genggamannya sehingga membuat Jevano meringis kesakitan. Hal itu membuat Jevano langsung mengarahkan tinjunya pada wajah Dimas.

Dimas membelalakan matanya, tidak menyangka Jevano akan meninju dirinya.

"Jevano!"

"APA?!"

Jevano menatap Dimas dengan nafas memburu. Ia harus segera kembali, Dimas menyeretnya terlalu jauh dari Jay yang masih sekarat.

Dimas menghela nafasnya. Adiknya benar benar keras kepala, padahal ia memiliki alasan dibalik semua ini.

"Ikut kakak." Dimas semakin mengeratkan genggaman tangannya pada pergelangan gangan Jevano. Membuat pemuda itu sedikit meringis.

"Gak akan, lo pengecut yang bisanya nge khianatin adek nya sendiri, gue ga sudi ikut sama lo!"

TOXIC. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang