Sudah satu bulan lebih sejak Jevano dirawat di rumah sakit, kini kondisinya sudah jauh lebih membaik. Malahan remaja laki laki itu lebih sering bergelayutan manja pada Jerga. Enggan melepaskannya.
Jerga tengah mengantri di sebuah stan bubur ayam pada kantin rumah sakit, berniat membelikan Jevano sarapan. Lebih dari satu bulan sejak Jevano dirawat, dan sudah selama itu pula Jay tidak pernah menunjukan dirinya lagi. Entah karena apa, Jerga juga tidak ingin untuk tau.
Tepukan di bahunya membuat Jerga berjengit kaget. Ia menoleh ke belakangnya, arah di mana orang yang menepuk bahunya. Di sana ada Lexy dengan kursi rodanya. Gadis itu dinyatakan patah tulang setelah menerima banyak pukulan benda keras di kakinya saat kejadian.
Jerga mengernyitkan alisnya, bingung. Lexy tampak gugup. "Kenapa?"
Gadis itu terlihat bingung. Lexy menghela nafasnya, mencoba menenangkan dirinya. Fakta bahwa Jerga memiliki kepribadian ganda membuat gadis itu langsung melupakan segara perasaannya.
"Maaf" Cicitnya pelan. Jerga awalnya sedikit bingung, kemudian wajahnya berubah menjadi cerah.
"Kalo mau minta maaf, jangan ke gue. Minta maaf ke Jevano."
Lexy kembali mengulum bibirnya. Ia takut, penyebab Jevano bisa seperti karena dirinya.
'Lo mau minta maaf ke Jevano kan?" Jerga bertanya sambil menenteng plastik bubur ayamnya yang sudah jadi. Lexy sontak mengangguk, harus. Ia harus meminta maaf kepada Jevano.
"Kalo gitu-" jerga memotong kalimatnya, menaruh plastik berisi bubur ayam miliknya di pangkuan Lexy. Tangannya beralih mendorong kursi roda gadis itu menuju ruang rawat Jevano. Hal ini sontak membuat Lexy gelagapan.
"Jerga! harus sekarang..?"
Jerga mengangguk dengan senyum lebar di wajahnya, "Harus sekarang dong"
Lexy menahan nafasnya, hanya bisa meremat baju putih yang ia kenakan.
Jerga tersenyum kecil, "Gausah gugup, lo cuma perlu bilang maaf ke Jevano. Gaada lagi. Karena gue juga salah disini, kita lurusin ini semua bareng bareng ya?"
Lexy mengangguk. Bagaimana pun perkataan Jerga benar, ia harus meminta maaf pada Jevano. Sesegera dan secepat mungkin.
***
Jevano awalnya mengernyitkan alisnya begitu mendapati Jerga yang mendorong kursi roda Lexy memasuki ruangan rawatnya. Tetapi begitu gadis itu meminta maaf sambil bersimpuh padanya, Jevano menjadi luluh. Ia bisa memakluminya. Jevano menyentuh kedua bahu Lexy yang bergetar hebat.
"Udah ya? Jangan nangis lagi, gue udah maafin lo. Lagian, dari awal harusnya gue ga usah mancing emosi lo. Maaf juga, gue gatau lo udah suka Jerga lebih duluan daripada gue"
Lexy sontak menggeleng. Ia benar benar sudah membuang perasaannya pada Jerga.
"Engga, harusnya dari awal gue udah bisa ilangin perasaan gue buat Jerga sejak lo sama Jerga pacaran, maaf!" Jevano tertawa kecil, kembali mengusap pundak gadis itu lembut. Terus mengucapkan kata tidak apa apa.
Jorgav menyikut Jerga yang hanya memperhatikan Jevano dan Lexy. Jerga menatap Jorgav bingung.
"Apa?"
"Lo ada yang demen?"
"YA ADA LAH!"
***
Haikal mengoper bola basketnya pada Yesha. Sayangnya, laki laki itu belum siap dan berimbas bola berwarna oranye itu mendarat kencang di wajahnya. Panik, Haikal langsung berlari tergopoh gopoh ke arah Yesha yang sudah jatuh telentang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC. [End]
FanfictionTentang Jevano yang berusaha mengembalikan Jerga dari kepribadian ganda psikopatnya, Jayden. DISCLAIMER : IT'S FREAKING JAEMJEN, NOT NOMIN! Jaemin as a dominant and Jeno as a submissive. If you don't like it or a homophobic just fuck off. Starts :...