Toxic - 23.

11.1K 1.4K 313
                                    

Jerga mengingatnya, rasanya sekarang sangat familiar. Jay pernah menenggelamkan seorang perempuan, namanya Nirmala. Anak dari seorang pengusaha bernama Heru. Alasannya sama, Nirmala berusaha menenggelamkan Jerga yang saat itu tidak tau apa apa. Insting bertahannya bangkit dan Jay memunculkan diri. Melawan segala bentuk perundungan dari Nirmala.

Rasanya Deja Vu, sekarang justru dirinya yang ditenggelam kan. Ia bahkan belum mengucapkan salam perpisahan kepada Jevano, Jorgav, dan ayahnya. Pandangannya mulai mengabur. Matanya terlampau perih karena air laut yang sudah menyeruak masuk.

Mungkin memang ini saat yang tepat untuk menebus segala dosanya di masa lalu, dosa atas perbuatan Jay.

***

"KAK DIMAS BANGSAT, LEPASIN GUE!"

Jevano berseru dengan suara serak nya. Ia sudah terlihat cukup kacau dengan rambut berantakan dan mata yang terus menerus mengeluarkan air mata.

Dimas menatap Jevano datar. Tidak berminat melepaskan ikatan yang ada ditangannya.

"Kakak ga pernah ngajarin kamu ngomong kasar, Jevano."

Jevano tertawa sarkas, "Bisa fokus sama konteks yang gue omongin disini ga?"

Dimas menghela nafasnya. Berjalan mendekati Jevano dan bersimpuh di depannya.

"Jevano, coba kamu pikir. Dalam setahun ini Jay udah berapa kali nyakitin kamu? Terlalu banyak bahkan sampe ga bisa kakak hitung pake jari. Dan kamu masih bersikeras buat mempersilahkan Jerga hidup? Jangan bercanda, Jevano. Kakak cuma mau yang terbaik buat kamu, biar kamu ga luka dan masuk rumah sakit lagi. Paham?"

Jevano menatap Dimas dengan nafas memburu. Andai saja dirinya sedang dalam posisi tidak diikat, ia bisa saja meninju wajah Dimas hingga sang empu tersungkur atau tulang hidungnya patah.

"Gue pertahanin dia karena gue yakin dia bakal berubah, kak. Tapi lo?! Justru lo yang berubah, lo khianatin gue kak!"

Jevano berucap dengan suara bergetar menahan tangis, tetapi usahanya sia sia. Dimas justru tertawa mendengar kalimat Jevano, ia hanya menghela nafasnya tidak peduli dan melenggang dari sana, menghampiri Heru.

"Satya akan segera kesini, kau akan menunggunya atau menyelesaikan mereka semua sekarang?"

Heru tampak berpikir, menyelesaikan mereka semua ketika justru Satya datang akan lebih menarik.

"Tunggu Satya datang."

Dimas mengangguk mengerti lantas menyimpan pistolnya kembali. Baru saja keduanya hendak meninggalkan lokasi itu, suara erangan Jorgav terdengar membuat keduanya langsung menghentikan langkahnya.

Jevano yang sejak tadi menunduk langsung mendongakan kepalanya. Ia bisa melihat dengan jelas, disana Jorgav sedang mencoba untuk berdiri. Dimas dengan cepat kembali mengeluarkan pistol biusnya dan menembakan biusnya lagi.

Tanpa di duga, Jorgav menangkisnya dengan mudah. Ia memukul obat bius itu menggunakan punggung tangannya sehingga berbelok arah mengenai salah satu laki laki suruhan Heru hingga orang itu ambruk karena obat bius.

Dimas tercekat, air wajah Jorgav terlihat berbeda dari yang tadi. Wajahnya terlihat lebih kelam. Belum dengan tatapan menusuk dari pemuda itu se akan akan ia bisa mengoyak tubuh lawannya hanya dengan tatapannya.

Jevano terdiam dengan nafas memburu. Itu bukan Jorgav, itu Jevier. Jevier telah bangkit sepenuhnya. Jevano meneguk air liurnya kasar, entah karena apa ada aura menusuk dari bangkitnya Jevier.

"Finally, datang saatnya dimana aku bisa muncul karena Jorgav yang tidak becus."

Dimas dan Heru mengernyitkan alisnya tidak mengerti, apa maksudnya?

TOXIC. [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang