MK. 2

33.5K 1K 9
                                    

"peranku hanyalah, memandanginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"peranku hanyalah, memandanginya."

-leedh

*Hujan pembawa sial

Keadaan malam kali ini sangatlah sunyi. Keisha di rumah sendirian dan hanya menonton drakor kesukaannya di kamar. Bibi pulang ke kampung karena anaknya sakit, dan pak Dio di jam seperti sudah tidak jaga di gerbang. Kedua orangtuanya? Di luar negeri.

Ia masih menikmati drakornya sembari memakan cemilan yang ia ambil di lemari es. Bersamaan juga dengan coklat panas yang baru saja ia buat. Cocok sekali dengan cuaca yang seperti ini.

Baru saja ia di buat salting oleh karakter fiksi, tapi suara ketukan pintu membuatnya harus beranjak dari tempat tidurnya. Dengan jengkel dan kesal ia pun menuju ke pintu untuk membukanya.

Tok! Tok! Tok!

"Iya sabar! Siapa sih malem malem ganggu aja." Gerutunya kesal.

What the fuck!?

"Lo? Ngapain malem malem ke rumah gue?" Tanyanya kaget saat melihat seorang pria dengan keadaan acak acakan dan sangat berantakan.

Keisha mendongak mencari keberadaan seseorang dengan siapa pria ini datang. Apa mungkin sendiri?

Pria itu memajukan badannya satu langkah. Ia mendekati Keisha dan jatuh pingsan di atas tubuhnya.

"Anjir! WOI bangun dong! Nyusahin banget sih jadi cowok!" Makinya kesal.

Lalu sekarang? Ia harus membawanya kemana? Menggendongnya? Haha, lihatlah badannya yang kekar dan besar itu. Membayangkannya saja Keisha sudah bergidik ngeri.

Tak mau ambil pusing, Keisha membopongnya ke kamar tamu untuk sementara waktu. Ya bisa di bilang ini sangat sangat terpaksa. Sedikit jengkel tapi bagaimana lagi, ini mumpung ia masih mempunyai hati Nuraini.

"Doh, berat banget sih badan Lo! Di kasih makan apa coba sama emaknya? Yakali makan besi?" Gumamnya sambil terus menggerutu.

"Gausah Geer ya hen, gue itu cuma terpaksa! Garis bawahi, terpaksa!!" Ujarnya lalu pergi meninggalkan Mahen di kamar tamu tersebut.

Ya, cowok itu adalah Mahen. Entah dari mana asalnya, tiba tiba saja cowok itu mengetuk pintu rumah Keisha. Dan tentu saja semua bantuan Keisha tidaklah gratis. Jika nanti Mahen itu sudah sadar, lihatlah, pasti Keisha akan menghitung bantuan yang ia berikan kepada Mahen.

Keisha memilih ke kamarnya dan melanjutkan drakor favoritnya. Ia harus meninggalkan drakor favoritnya demi Mahen?! Wah, ini sesuatu yang langka.

Keisha benar benar tidak ikhlas. Sangat sangat tidak ikhlas. Apalagi ia harus merelakan drakor favoritnya. Wuih, mengganggu sekali.

"Aaaaa, Haruu.. ganteng banget sih.. pacaran yuk?" Ujarnya sembari menghayal dirinya berpacaran dengan seorang haru. Pasti hidupnya sangat bahagia.

"Gak kebayang kalo gue jadi pacarnya haru." Gumamnya sembari senyum senyum sendiri.

Ia kembali melanjutkan menonton drakor sembari menikmati cemilannya yang sempat tertunda tadi. Cuaca hujan seperti ini memang sangat pas jika menonton drakor. Keisha benar benar menikmati malam ini.

***

Pukul 12.15 keisha masih di depan laptopnya dan masih terus melanjutkan menonton drakor kesukaannya. Semakin menonton, ia semakin ingin mempunyai pacar seperti karakter fiksi di Drakor itu.

Keisha sedikit mendengar tanda tanda kedatangan seseorang. Ia berhenti mengunyah cemilan dan duduk di atas kasurnya.

"Hah, astaga. Jangan bilang itu hantu? Mana pintu belum gue kunci lagi. Aduh..." Gerutunya sembari memegang guling sebagai tamengnya.

Suaranya semakin mendekat hingga membuat Keisha semakin ketakutan. Ia bahkan sudah memejamkan matanya.

Brak!

"Aaarrggg, ampun tan! Ampun! Gue takut!" Teriaknya saat mendengar pintunya terbuka keras hingga membentur tembok kamarnya.

Perlahan ia membuka matanya dan malah di buat terkejut dengan datangnya Mahen di kamarnya. Ia langsung mengubah ekspresinya dan bertanya-tanya.

"Lo! Sengaja ya lo mau ngerjain gue!?" Sentaknya marah. Oh ayolah ini tidak lucu sama sekali.

Mahen seperti orang gila yang tidak mendengarkan Keisha dan malah melangkahkan kakinya mendekati Keisha.

"Pergi gak lo! Gak sopan banget jadi cowok!" Usirnya pada Mahen. Keisha masih tidak tau jika Mahen sedang mabuk minuman keras.

Seakan tuli, Mahen masih melanjutkan langkah kakinya hingga dekat pada kasur keisha. Ia bahkan tersenyum miring dan mampu membuat keisha ketakutan. Gila, ini pertama kalinya Keisha takut dengan seorang lelaki.

"Come on."

"Cemon gudulmu!? Berhenti gak lo! Heh heh! Anj-"

Cup..

Mahen gila, mahen brengsek, mahen bangsat, mahen kurang ajar. Keisha bisa mati karena tindakannya itu. Mahen menciumnya dengan brutal hingga membuat keisha kesakitan dan kehabisan nafas.

"H-huh, pergi dari sini hen." Perintahnya pelan mulai takut.

Mahen tidak peduli, ia menaiki kasur Keisha dan memegang tangan Keisha kuat kuat. Keisha ingin kabur, tapi Mahen menahannya dengan kuat.

Mahen mabuk berat, dan ia hanya butuh pelampiasan. Tidak peduli seperti apa itu, yang penting ia bisa melampiaskan semuanya.

"Akh! Sakit hen! Lepasin gue." Ujarnya saat Mahen mencengkeram tangannya.

Tangannya mulai melepas pakaiannya sehingga membuat Keisha panik. Ia benar benar bisa gila karena Mahen.

Ia menggelengkan kepalanya saat Mahen melihatnya dengan tatapan haus dan jangan lupakan dengan tersenyum miring.

"Hen gue mohon.. p-pergi hen.."

Ia benar benar ingin menangis sekarang juga. Ia ingin berteriak keras meminta tolong tapi tentu saja percuma. Mereka di lantai atas di kamar keisha. Rumah keisha besar dan jauh dari permukiman.

"Nggak nggak, gue mohon hen. Jangan gue.."

Keisha tidak bisa membendung air matanya yang terus mengalir. Ia terus menangis dan Mahen tidak peduli.

Mahen benar benar mengunci pergerakannya. Mahen sudah gila, dan ia sudah di buat benci dengan sikap Mahen yang satu ini.

Keisha mengerang kesakitan saat Mahen melanjutkan aksinya.

Dan malam ini, Mahen sudah merenggut kesuciannya dan mahkotanya yang sudah ia jaga selama 17 tahun ini.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang