Him and Distance

96.1K 7.4K 57
                                    

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Menghela nafas sedikit berat, Max kemudian menyenderkan punggungnya pada kursi kemudi.

Tangannya terangkat melihat jam tangan hitam nya, kemudian menatap padatnya lalu lintas kota jakarta. Sudah hampir jam 11 siang, tapi mereka malah harus terjebak macet.

Kota Jakarta dan macet memang sudah menjadi kesatuan yang amat menjengkelkan bagi Max.

Max kadang heran mengapa orang-orang berlomba-lomba ke kota padat ini. Lihat lah, padat nya sudah tak bisa dikatakan lagi, berisik dan polusi dimana-mana.

Max jengkel dan cukup jenuh.

Sudah berulangkali, Max meminta Ayah dan ibunya untuk pindah saja supaya saat dia mengunjungi rumah orang tua nya tidak selalu terjebak oleh keadaan menjengkelkan ini, mengingat dirinya tak lagi tinggal bersama orang tuanya.

Max menoleh melirik adik nya yang masih terlihat tenang. Mungkin karena sudah lama tidak merasakan macet nya kota Jakarta, adik nya jadi terlihat menikmati. Begitu pikir nya.

Akhirnya Max berdehem, berusaha menekan kuat tembok yang menjadi penghalang antara dirinya dan adik nya.

Berhasil, Bhita menoleh menatap sang kakak.

"Papa dan Mama sibuk mempersiapkan kedatangan mu di rumah, Itu sebabnya mereka tidak ikut menjemput mu." Jelas Maxwell.

Bhita mengangguk mengerti, sebenarnya tanpa dijelaskan pun Bhita sudah tau. Karna Bhita mengetahui dari novel, tapi meskipun begitu tak mungkin dia mengatakan pada kakak nya kan?

Max melirik reaksi singkat adik nya.

"Bagaimana..," Max berdehem gugup "... Bagaimana dengan New York?"

Sebenarnya Max berusaha mencairkan suasana tapi nada suara nya malah terdengar canggung dan gugup.

Bhita melirik Max yang menatap nya lalu menjawab.

"Padat. Di New York juga macet, Selalu sibuk dan ramai... Tapi Karen suka kuliner di sana apalagi kue kerang manhattan, bunda kadang suka buatin untuk Karen, enak. Kalo musim dingin, bunda sering buatin teh hitam untuk Karen, Ayah sama bang Kenn juga. Karen gak terlalu suka. Kak Max tau kan kalau Karen gak suka teh? Tapi Bunda sering cecokin Karen, katanya teh hitam banyak manfaat nya."

"Kalo soal wisata... di sana Karen paling suka ke jembatan brooklyn. Tempat nya indah dan buat Karen tenang." Cerita Bhita lancar, tapi nada suaranya seolah-olah tengah menceritakan pengalaman orang lain

Bhita juga tidak tau, tapi secara spontan mulut nya mengeluarkan kalimat-kalimat tersebut.

Seperti secara tiba-tiba dia diberi ingatan oleh Karen, membuat secara tak sadar menceritakan secara singkat apa yang Karen alami selama di New York.

Overdoses BhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang