Another Point of View

122K 8K 75
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

"Kenapa gak di sini aja?" Tanya Clara sekali lagi. "Kenapa harus pindah?." Kali ini suara Clara terdengar serak, terlihat sekali gadis itu berusaha menahan air matanya. Terbukti dengan cairan yang menggenang di ke-dua pelupuk mata indah gadis itu.

Sekarang pergerakan Bhita benar-benar terhenti. Bhita menatap tepat pada mata teman sebangku nya.

Clara ini... Bisa dibilang adalah sosok yang nyaris sempurna. Kaya, pintar, cantik, dan terlahir dari keluarga yang harmonis.

Awal bertemu dengan gadis itu hanya karena insiden 'uang kembalian yang tertukar'.

Bhita tidak tau dan tidak ingin tau, kenapa dua minggu setelah nya, gadis itu bisa berada di kelas nya dan semeja dengan dirinya. Apalagi tingkah laku gadis itu yang sok akrab.

Bhita juga tidak mengerti, kenapa gadis cantik dan kaya seperti Clara, mau berteman dengan nya. Dan lebih tidak mengerti lagi, kenapa bisa mereka menjadi sahabat seperti sekarang.

Padahal perbedaan di antara mereka begitu kentara.

Clara cantik dan dia? dilihat dari sisi mana pun, Bhita merasa tidak dapat menemukan kecantikan di wajahnya.

Kaya? haha. Bhita hanya anak dari kalangan biasa, yang terlahir dari keluarga berantakan. Uang sekolah nya saja, Bhita harus bekerja mati-matian membiayai sekolah nya.

Pintar? bahkan dalam hampir 3 tahun dirinya bersekolah, nilai rata-rata dari rapot nya tidak jauh-jauh dari 7,8 saja.

Maka bukan hal biasa, Bhita menjadi bahan bully-an oleh orang-orang yang iri terhadap nya. Bhita juga disebut, sebagai orang yang hanya memanfaatkan gadis itu saja.

Untung nya, Clara dengan cepat mengetahui nya. Hingga dengan marah, Clara memperingati.

Jika sudah diberi peringatan oleh Clara, siapa lagi yang berani melawan? Mereka tidak bodoh untuk mengindahkan peringatan Clara.

"Kalo misalnya... gue gunain pengaruh bokap gue buat nahan lo sekolah di sini boleh?" Tanya Clara lirih nyaris tak bersuara. Tapi keheningan diantara mereka berdua, membuat Bhita dapat mendengar dengan sangat jelas. Terlebih Clara duduk di sampingnya.

Menghela nafas sedikit berat. Bhita menatap langit cerah yang di selimuti awan putih dengan tatapan rumit.

Seandainya lo tau yang sebenarnya Cla

"Gue gak bisa tetap di sini"

Perkataan Bhita sontak membuat Clara kembali menatap nya.

"Lo mau ninggalin gue gitu? Ah.. a-atau lo kasih tau di mana nanti lo daftar sekolah. Biar setelah ini gue nyusul lo...iya nyusul lo! Haha.. bego banget sih gue! gue kan bisa tinggal nyusul lo doang!" Tawa Clara merutuki kebodohan nya.

Overdoses BhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang