Matahari sudah terbenam dan sinar matahari terakhir telah jatuh di bawah cakrawala. Di sekeliling, pemandangan menjadi gelap. Cahaya dari lampu jalan dan lampu warung makan di seberang sekolah sama sekali tidak mengurangi rasa takutnya.
Terbenamnya matahari seakan membuat gerbang kehidupan dan kematian terbuka lebar. Senja mengaburkan sosok pejalan kaki, sosok mereka samar-samar dan tidak jelas. Dalam suasana yang begitu menyeramkan, bahkan orang-orang yang hidup dengan energi Yang lemah tampak seperti hantu.
Naruto menumpuk tiga kantong plastik di kakinya, berjongkok, dan memeluk lutut. Dia sangat ketakutan hingga dia tampak seperti jamur kecil. Dia bertanya kepada Sasuke dengan mendesak, “Sasuke, kau sedang apa? Apa kau sibuk?" dia terlalu ketakutan sampai tidak memperdulikan panggilan Sasuke yang… intim.
"Tidak, aku hanya sedang mencuci sesuatu." Suara air mengalir dari keran terdengar samar di belakang telepon. "Sayang, apa ada yang salah?"
Naruto mengerutkan bibir dan melihat di antara pagar besi gerbang sekolah. Hantu menjadi aktif setelah matahari terbenam dan dia bisa melihat bahwa jalan dari gerbang ke asrama dipenuhi hantu. Sekelompok hantu berbondong-bondong ke gerbang sekolah, melayang masuk dan keluar dari rel besi dan pintu masuk dalam aliran yang tak berujung.
Setelah matahari terbenam, para hantu seperti memiliki energi cukup besar untuk bermain.
Sangat menakutkan!
Naruto pikir dia tidak jadi meminta bantuan padanya, jadi dia menguatkan diri dan berpikir untuk bergegas masuk. Dia berdiri sejenak, tapi ketika melihat lautan hantu yang lebat, semua keberaniannya menguap seperti asap. Naruto berjongkok kembali seperti jamur dan memohon dengan panik, "Bisakah kau menjemputku di gerbang sekolah?"
Suara keran air tiba-tiba menghilang. Sepertinya Sasuke mematikannya agar bisa mendengar suara rubah kecilnya dengan lebih jelas. "Ada apa?"
Naruto bisa menangkap nada khawatir dalam suaranya.
Rubah kecil ini merasa sangat tidak berdaya hingga dia ingin menangis, namun karena masih memikirkan harga diri, dia hanya bisa berkata, “Tidak apa-apa. Bisakah kau kemari dan menjemputku? Besok aku akan mentraktirmu teh susu.”
Tanpa Naruto ketahui, Sasuke sudah keluar dari gedung. Mendengar suara Naruto yang seperti sedang ketakutan, Sasuke tanpa pikir panjang langsung pergi keluar. Sepatu ketsnya yang mahal nyaris tidak mengeluarkan suara ketika dia melompati tiga anak tangga di depan. Sasuke berlari menuju gerbang sekolah, sambil berusaha keras untuk mengendalikan napasnya saat dia bertanya, “Ada apa, ini? Tuan putriku yang manis kelelahan setelah berbelanja dan meminta pangeranmu menjemput?” meski khawatir Sasuke masih ingin menjahili Naruto. Sedikit balas dendam karena pemuda pirang tersebut tidak mengajaknya tadi.
Naruto bergidik ketika sesosok hantu kembali menembus tubuhnya. Rasa dingin membuatnya gemetar. Penuh kebencian, dia berkata, "Apa maksudmu dengan tuan puteri!?"
Humph! Naruto itu laki-laki. Harusnya Pangeran, dong.
Eh, apa?
Sasuke mengambil langkah besar menuju gerbang sekolah. Dia berpura-pura tidak bahagia dan berkata, "Oh, kalau begitu aku tidak akan pergi."
Meskipun suara langkah kaki dan napasnya ditekan dengan baik, jika saja Naruto memperhatikan, suara napas Sasuke yang terengah bisa terdengar. Masalahnya adalah, Naruto terlalu ketakutan dan kedinginan, karena hantu yang terus-menerus melewatinya; dia jadi tidak bisa berkonsentrasi!
Sasuke berkata dengan nada berbeda, "Kembalilah sendiri. Sampai jumpa."
Naruto merasa rohnya seperti terbang meninggalkan tubuhnya saat mendengar Sasuke berkata demikian. Tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan selain meminta tolong pada Sasuke. Dia hanya bisa memaksa dirinya untuk tenang dan buru-buru berkata dengan panik. "Ya! Ya! Ya! A- aku tuan putrimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[SasuNaru] I Can See Ghost!?
FanfictionNaruto itu penakut. Tapi, tiba-tiba setelah kematian kakeknya, Naruto bisa melihat hantu! Iya, makhluk transparan dengan bentuk tidak karuan itu. Naruto ketakutan setengah mati, sampai-sampai rela melompat ke pelukan Sasuke untuk mencari perlindunga...