Pukul sepuluh keesokan paginya, Naruto baru selesai mengerjakan PR. Ia melempar pena dan meregangkan otot. Pegal sekali. Dia memang lemah di pelajaran bahasa Jepang, dan sepertinya sampai kapanpun takkan pernah ia kuasai.
Tadi malam setelah Sasuke tertidur, Naruto menghabiskan waktu cukup lama memikirkan hantu pendiri sekolah. Ia ingin sekali membantu hantu tua itu, akan tetapi hambatan terbesarnya adalah Naruto tidak memiliki cara untuk berkomunikasi dengannya. Melihatnya dari jauh saja takut, apalagi sampai bicara. Dia benar-benar harus memikirkan cara lain.
Misal dengan mendatangkan para siswa yang telah diselamatkan olehnya saat itu?
Jika beliau bisa melihat dengan matanya sendiri para siswa yang dia khawatirkan selama ini, mungkin beban beliau akan berkurang dan bisa pergi bereinkarnasi dengan tenang. Atau setidaknya memiliki wujud yang lebih normal.
Masalahnya, para siswa yang ia selamatkan saat itu masih remaja, dan sekarang mereka mungkin sudah berusia di atas enam puluh tahun. Naruto tidak yakin pendiri sekolah itu akan mengenali para mantan muridnya ketika melihat mereka.
Tapi mungkin hal itu layak dicoba?
Dengan pikiran ini, Naruto segera mengambil laptop Sasuke dan memeriksa nama-nama siswa di tahun itu. Untungnya, di antara para siswa ini, beberapa masih hidup, termasuk gadis yang diselamatkan pendiri sekolah. Sebagian besar dari mereka telah mencatat nama mereka dalam sejarah kesuksesan, seperti menjadi ilmuwan yang telah berkontribusi dalam kemajuan perkembangan umat manusia, dokter terbaik di seluruh Jepang, dan lainnya. Dengan kondisi itu, Naruto tidak punya cara untuk menghubungi mereka. Dia hanya seorang siswa sekolah menengah biasa, dan hampir tidak dapat mengundang orang-orang luar biasa itu ke acara ulang tahun sekolah dengan satu panggilan telepon.
Naruto mencatat semua informasi yang ia butuhkan seperti nama, no telepon dan beberapa informasi lainnya yang sekiranya berguna di ponsel. Ia mematikan komputer dan pergi keluar ruang belajar, mencari Sasuke. Ia butuh kekasihnya untuk menenangkan jiwanya. Naruto pergi ke kamar namun pemuda itu tidak ada di sana, jadi dia hanya meletakkan tas di meja dan melompat ke tempat tidur. Aroma sabun mandi Sasuke masih tertinggal di seprai dan sarung bantal, aroma kayu yang samar dan menyegarkan. Ketika Naruto menciumnya, dia segera mengingat apa yang terjadi di tempat tidur ini pada malam sebelumnya, aliran darah panas mengalir ke seluruh tubuhnya. Itu sangat manis dan memalukan di saat yang sama, hingga dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk bantal dan berguling-guling di tempat tidur, kepalanya penuh dengan memori kejadian semalam.
Aaaaaaahhhhhh!!!
Cklek
Sasuke masuk kamar membawa dua mangkuk es krim, tidak menduga akan melihat sebuah pemandangan yang begitu menggemaskan. Melihat tingkah rubah kecilnya yang manis berguling-guling di tempat tidur, dia hampir tidak bisa menahan tawa geli keluar dari mulutnya.
Kekasihnya ini benar-benar…
Haaahh… Sasuke menarik napas dalam-dalam.
Menyadari kehadiran seseorang, Naruto langsung melempar bantal yang ia peluk dan duduk dengan tegap di tempat tidur. Ia bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun, walau jantungnya berdetak keras karena malu. Dia balas menatap Sasuke yang telah menonton pertunjukan konyolnya dari samping tempat tidur.
Sudut bibir Sasuke berkedut; menahan tawa. Dia bertanya, meskipun dia tahu jawabannya, "Apa yang membuatmu begitu bahagia?"
Naruto diam, bingung harus menjawab apa. Dia sangat malu!!!
"Ayo, makan es krim." Sasuke memutuskan untuk tidak menggoda kekasihnya, ia mendudukkan dirinya di sebelah Naruto, membuka tutup es krim dan memnyuapkan sesendok es krim vanilla, "Ini akan menenangkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SasuNaru] I Can See Ghost!?
FanfictionNaruto itu penakut. Tapi, tiba-tiba setelah kematian kakeknya, Naruto bisa melihat hantu! Iya, makhluk transparan dengan bentuk tidak karuan itu. Naruto ketakutan setengah mati, sampai-sampai rela melompat ke pelukan Sasuke untuk mencari perlindunga...