Bab 2

6.4K 815 10
                                    

Brak

Pintu di belakang Naruto tertutup keras. Ia menyandarkan tubuhnya pada pintu dengan napas terengah-engah. "Berhasil! Aku berhasil mengalahkan si teme.. hah..." Ujarnya tersengal.

Meski begitu, Naruto tidak merasakan apa-apa. Merasa senang pun tidak. Padahal dirinya berhasil sampai lebih dulu dari Sasuke. Bukannya merasa puas karena mengalahkan di pemuda emo, Naruto malah merasa konyol.

Sangat konyol.

"Ish, apa 'sih yang kulakukan tadi?" Ujarnya setelah terdiam sejenak, tangan tan-nya menggaruk kepala. Naruto sadar dia telah melakukan hal bodoh. Tapi, dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. 

"Bodoh, bodoh, bodoh!" Rutuknya. 

Naruto terus merutuki kebodohannya hingga tidak menyadari Sasuke yang berdiri menatapnya dengan ekspresi heran di ambang pintu. Bisa ia lihat, wajah Naruto merah, dan bibirnya terus bergumam kata 'bodoh' berulang-ulang. Pemuda pirang itu terus bergerak mondar-mandir. Sasuke terbatuk kecil.

Mendengar suara batuk dalam dari belakangnya, Naruto merasa dunia seakan runtuh di bawah kakinya. Naruto tahu, itu suara teman sekamarnya, Uchiha Sasuke. Tapi, mengingat tindakan konyol yang ia lakukan tadi, membuat Naruto hampir tidak memiliki wajah lagi untuk berhadapan dengan si pemilik mata oniks. Rasanya begitu malu, hingga Naruto ingin sekali menenggelamkan dirinya ke danau buatan di belakang sekolah dan tidak pernah keluar lagi.

Akhirnya untuk menutupi rasa malu, Naruto berusaha sekeras mungkin menampilkan poker face di wajahnya. Walau sejujurnya, hal itu malah membuat wajahnya terlihat lucu. Dia berbalik dan mata mereka pun bertemu.

Mengabaikan tatapan dinginnya, Sasuke dengan nada mengejek yang tidak ia sembunyikan, ia berkata, "Kenapa serius begitu? Bukankah tadi kau sudah menang?"

Naruto menggeram, tapi dirinya tidak memiliki apapun untuk dikatakan. Akhirnya, setelah terdiam sejenak, Naruto tiba-tiba berjalan menuju lemari miliknya, mengambil handuk juga peralatan mandi. Langkahnya di hentakan, dan sebelum pintu benar-benar tertutup, Naruto sempat-sempatnya menjulurkan lidah pada Sasuke.

Sasuke berkedip beberapa kali. Melihat betapa ajaibnya tingkah Naruto yang begitu tidak terduga. Walaupun sudah satu bulan tinggal bersamanya, Sasuke masih sering dikejutkan pada tingkahnya. "Dasar Rubah Kecil." Bisiknya entah pada siapa.

oOo

Keesokan harinya, Naruto pergi sekolah seperti biasa. Dan seperti biasa juga dia berangkat lebih pagi dari Sasuke. Alasannya, selain karena tidak ingin berinteraksi dengan pemuda emo tersebut, Naruto juga masih sangat kesal karena kejadian di hari pertamanya di sekolah. Naruto ingat betul hari itu, hari dimana untuk pertama kalinya ia begitu membenci seseorang.

Di hari pertamanya sekolah, Naruto menggunakan sepatu dengan merek favoritnya. Dengan rasa penuh percaya diri, dia menggunakan sepatu itu dan berpikir akan mendapatkan tatapan kagum dari teman sekamarnya. 

Dengan penuh rasa percaya diri, dia terus mengulangi kata-kata seperti, 'aku membeli sepatu ini di...' dan jika dia menanyakan harganya, Naruto akan dengan bangga mengatakan, 'Tidak mahal, harganya…' 

Naruto tertawa dengan imajinasinya sendiri.

Ya, itu benar! Dia memang kekanak-kanakan. Tapi, bukankah menyenangkan mendapatkan tatapan iri dari orang lain?

Naruto menggunakan sneaker-nya dengan baik, dan di saat yang bersamaan dengan Sasuke yang kembali dari kamar mandi. Mata oniks-nya jatuh pada sepatu yang dipakai Naruto. Namun, tidak seperti yang dibayangkan pemuda bersurai pirang itu, ekspresi Sasuke sama sekali tidak berubah sedikitpun. Pemuda emo itu, bahkan hanya melihat sepatunya kurang dari satu detik sebelum dia mengedarkan pandangan.

[SasuNaru] I Can See Ghost!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang