Bab 26

3.2K 452 32
                                    

'Biar saja 'tuh ayam tidur di lantai. Dasar cabul!'

Naruto tidak mengerti mengapa Sasuke berkata bahwa dia hanya tertarik dengan tubuhnya. Naruto mendengus kesal, membungkus dirinya dengan selimut dan tidur membelakangi Sasuke. Memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Akan tetapi, sekeras apapun ia berusaha, rasa kantuk seperti pergi entah kemana. 

Dia sudah mencoba berbagai posisi, dari telentang, tengkurap, meringkuk… Tapi, masih tidak bisa tidur juga. Rasanya ada yang kurang. 

Tapi, apa?

Naruto coba mengingat-ingat apa yang membuatnya bisa tidur nyenyak selama ini. Matanya tidak sengaja melihat sisi lain tempat tidur. Kosong. Dia ingat, baru saja ia menendang Sasuke dan meminta pemuda tampan itu untuk tidur di lantai. Di cuaca dingin, hanya beralaskan karpet tipis yang mereka gelar di bawah tempat tidur. Keduanya jarang menghabiskan waktu disana, terakhir saat Kiba dan yang lainnya datang. Sasuke selalu melarang Naruto duduk disana, terlalu dingin katanya. 

Sejurus kemudian Naruto mulai menyadari apa yang terasa kurang dalam dirinya malam ini. Kehadiran Sasuke disisinya. Ah, mengapa dia baru mengingatnya sekarang? 

Naruto mengubah posisi dan melihat ke tempat Sasuke tidur di bawah. Pemuda itu sepertinya sudah tidur dengan membelakanginya. Selimut menutupi tubuhnya hingga hanya menyisakan sebagian kepalanya saja. 'Apa dia kedinginan?' Pikir Naruto resah. 

Gelombang perasaan menyesal perlahan naik dari dasar hatinya. Ingatannya kembali pada pernyataan cinta Sasuke untuk kedua kalinya. Dan penyesalan dihatinya kian terasa berat. 'Kenapa tadi aku tidak jujur saja?' sesal Naruto pada dirinya sendiri. Mengapa mulut dan tubuhnya tidak bisa sinkron dengan apa yang dikatakan oleh hatinya, sih? Keluh Naruto menyalahkan dirinya sendiri.

Padahal, jika saja tadi ia bisa bersikap lebih jujur dan membuktikan perasaannya pada Sasuke, mungkin keduanya bisa menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Seperti yang Naruto harapkan, saat ia menyadari bahwa dirinya memiliki perasaan yang sama dengan Sasuke. Dia juga mungkin bisa menceritakan semua ketakutannya akibat warisan kakeknya dan mencari solusi bersama.

'Baka! Baka! Baka!' Naruto misuh-misuh sendiri menyadari tindakan bodohnya.

Harga dirinya menolak untuk menghampiri Sasuke, mengatakan maaf dan menumpahkan seluruh isi hatinya yang terdalam pada pemuda tampan itu. Salahkan ayam itu karena sudah mengatakan bahwa dia menyukai Naruto karena tubuhnya. 

Penyesalan berubah menjadi rasa sakit hati. Kembali mengingat pengakuan Sasuke seketika langsung memberikan sengatan rasa sakit dalam hatinya. Naruto tidak menyangka bahwa pemuda itu hanya tertarik pada… uh, tubuhnya. Itu artinya, selama ini semua perhatian dan sikap lembut Sasuke tidak lebih hanya untuk… Naruto tidak berani melanjutkan pikirannya sendiri. Hatinya menjadi terlalu sakit hanya dengan memikirkannya.

Ia kembali memutar kebersamaannya bersama Sasuke. Bagaimana cara pemuda itu memandangnya, bagaimana ia memperlakukannya dengan begitu penuh perhatian dan hati-hati, semua kekhawatirannya… sudut bibir Naruto tertarik membentuk senyum yang dalam sekejap berubah murung.

'Apakah semua itu hanya kebohongan semata?' Naruto berpikir sedih.

Ia kembali melirik pada Sasuke yang masih memunggunginya. Ia tidak menyangka pemuda seperti Sasuke, yang ia pikir baik dan bertanggung jawab ternyata memiliki hati yang jahat. Setetes air mata mengalir dari sudut matanya. Apakah yang Naruto rasakan untuk pemuda itu hanya menjadi sia-sia?

Naruto menggeser tubuhnya menempati sisi tempat tidur yang biasanya diisi pemuda bermarga Uchiha tersebut. Saat kepalanya menyentuh bantal, samar-samar tercium aroma shampo yang biasa Sasuke pakai. Tubuh Naruto berangsur-angsur rileks. Naruto tertawa getir, bahkan setelah semua rasa sakit yang Sasuke berikan padanya, hanya dengan mencium aromanya Naruto merasa terlindungi dan aman. Tanpa ia sadari, perlahan-lahan ia mulai terlelap

[SasuNaru] I Can See Ghost!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang