Keesokan paginya.
Setelah sarapan, Sasuke dan Naruto pergi ke sekolah seperti biasa.
Kedua sisi jalan dipagari dengan semak-semak yang dipangkas rapi. Siswa berjalan ke gedung sekolah dalam kelompok, berdua atau bertiga, diiringi angin pada pagi musim dingin. Semua sama seperti biasa, tetapi setelah tadi malam, juga terasa seolah-olah semuanya telah berubah.
Naruto berjalan beriringan dengan Sasuke, tangan dimasukkan ke dalam saku jaket, matanya sesekali melirik pada sosok tampan dengan punggung lurus di sebelah kirinya. Mereka berjalan berdekatan dan kadang-kadang bahu keduanya akan bergesekan satu sama lain. Setiap hal itu terjadi, angin dingin yang menyapu leher Naruto terasa berubah menjadi hangat.
Penegasan hubungan mereka tadi malam benar-benar di luar dugaan Naruto. Dia sudah menyadari perasaannya terhadap Sasuke, tetapi tidak menyangka akan menjalin hubungan dengannya secepat ini. Perasaan memiliki kekasih terlalu asing dan membuat jantungnya berdebar-debar.
Naruto tidak bisa tidur nyenyak sama sekali; dia terus membolak-balikkan tubuh dan memikirkan banyak hal. Dalam satu saat, dia akan menyiksa dirinya sendiri dengan mempertanyakan apakah hubungan mereka ini benar, atau salah. Wajah kedua orangtuanya terlintas. Membayangkan bagaimana reaksi mereka ketika mengetahui putra semata wayang mereka ternyata menyukai sesama jenis. Namun selanjutnya, benaknya kembali memutar kenangan manis bersama Sasuke. Rasanya, seolah-olah bunga bermekaran dan memenuhi hatinya.
Ketika dia bangun pagi tadi, dia berada dalam pelukan paling hangat di dunia. Jika tidak ingat bahwa dirinya masih berstatus sebagai siswa SMA, Naruto enggan untuk beranjak dari sana. Tanpa ia sadari, sepasang mata segelap malam tanpa bintang tengah menatapnya dengan penuh kelembutan.
Dia mengangkat wajah dan bertemu pandang dengan pemuda yang telah resmi menjadi kekasihnya. Tiga detik berlalu dan Naruto refleks memalingkan wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus. Meski dirinya tidak bisa menahan godaan untuk diam-diam melihat dari sudut matanya.
Suara kekehan datang dari pemuda yang memeluknya. "Sayang, kenapa memalingkan wajahmu?" tatapannya menyapu wajah Naruto dengan lembut dan sugestif. Meskipun dia sudah mengetahui jawabannya, dia tetap bertanya.
Sikap malu-malu rubah kecilnya terlihat seperti seorang istri yang baru saja melewati malam pertama pernikahan. Sangat menggemaskan dan menggairahkan. Butuh seluruh kekuatan bagi Sasuke untuk menahan tubuhnya agar tidak menerjang pemuda itu dan menghabiskan waktu panas di pagi yang dingin.
Naruto mencuri pandang pada wajah kekasih tampannya lagi dan lagi sebelum akhirnya berkata dengan suara kecil. "Tidak..."
Meski telah mengenal pemuda itu selama beberapa bulan. Menghabiskan waktu bersama, dari hanya sekedar belajar bersama hingga melakukan hal-hal memalukan. Pelukan, ciuman, tidur bersama, mandi… Naruto hampir tidak mengetahui bagian mana dari tubuhnya yang belum dilihat dan disentuh Sasuke. Akan tetapi, tetap saja rasa malu itu selalu menelusup di relung hatinya.
Sasuke kembali terkekeh. Tangannya terulur menyentuh dagu rubah kecilnya dan menarik wajah manis itu agar ia bisa menatapnya. "Benarkah? Padahal, aku ingin melihat wajah istriku yang cantik ini. Mana ciuman selamat pagiku?"
Naruto berdecih dalam hati. Berpikir bagaimana bisa pemuda emo itu mengatakan kata-kata memalukan tersebut tanpa malu. Ia ragu-ragu sejenak sebelum mendaratkan sebuah kecupan singkat pada sudut bibir Sasuke. "Se- selamat pagi…"
Sasuke tersenyum begitu lebar. Rasanya seperti ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya, geli namun menyenangkan. Ia memeluk Naruto erat dan berguling ditempat tidur. Sebuah pagi yang indah, seakan musim semi datang lebih cepat. Walau pada kenyataannya, musim dingin baru saja dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SasuNaru] I Can See Ghost!?
FanfictionNaruto itu penakut. Tapi, tiba-tiba setelah kematian kakeknya, Naruto bisa melihat hantu! Iya, makhluk transparan dengan bentuk tidak karuan itu. Naruto ketakutan setengah mati, sampai-sampai rela melompat ke pelukan Sasuke untuk mencari perlindunga...