Bab 3

6K 828 22
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama empat jam dengan mobil, akhirnya Naruto dan ayahnya sampai juga di desa Uzu, tempat kakeknya tinggal. Rumah itu masih sama seperti yang diingatnya, kusam dan membosankan. Catnya terlihat mengelupas di beberapa bagian, mengingat entah sudah berapa puluh tahun usianya. Di bawah sinar matahari senja, rumah kakeknya terlihat sedikit menyeramkan karena gelap.

Pagi tadi, ayahnya -yang seharusnya berada di luar negeri untuk bekerja, tiba-tiba datang ke sekolah. Pada awalnya Naruto tidak berpikir apa-apa, ia hanya merasa aneh akan kedatangannya. Tapi, hanya dengan satu kalimat singkat, dunia Naruto seakan runtuh. 

"Keadaan kakek memburuk..."

Setelahnya, Naruto tidak mendengar apapun lagi yang ayahnya katakan. Ia bisa melihat bibir sang ayah bergerak, terbuka dan tertutup membentuk kalimat lain. Ia juga dengan jelas melihat ayahnya berbicara dengan Kakashi-sensei, entah apa Naruto tidak tahu. Telinganya seakan tuli.

"Keadaan kakek memburuk…"

Kalimat itu terus terngiang di telinganya, seperti radio rusak yang tidak bisa berhenti bersuara. Ia bergegas masuk ke kelas, memasukan peralatan sekolahnya asal dan pergi begitu saja. Tidak ia hiraukan tatapan-tatapan penasaran yang tertuju padanya. Yang ia pikirkan hanya keadaan kakeknya. 

Hubungan Naruto dan kakeknya sangat baik, dia selalu menghabiskan waktu libur musim panasnya di rumah sang kakek. Hal itu terus terjadi sampai Naruto SMP, saat itu PR dari sekolahnya mulai menumpuk dan membuat Naruto terpaksa tidak bisa pergi ke sana. Sebesar apapun keinginannya.

Kakek Naruto memiliki sikap yang sedikit eksentrik. Dia tidak hanya menceritakan kisah hantu yang misterius, tapi juga membawa Naruto ke seluruh tempat di sekitar desa untuk bermain. Kakeknya bahkan pernah mengajak Naruto mengintip tempat pemandian wanita! 

Hingga tidak ada satupun sudut desa Uzu yang tidak pernah disinggahinya. Di siang hari musim panas yang terik, mereka biasanya akan membeli es krim dan memakannya bersama sambil berjalan menyusuri jalanan desa atau sekedar menghabiskan waktu di taman, menghindari teriknya sinar matahari. Dan, dimalam hari, kakeknya akan bercerita tentang cerita hantu hingga Naruto menjadi ketakutan dan tidak bisa tidur. 

Biasanya Naruto tidak akan mengingat kenangan-kenangan tentang kakeknya, tapi saat ini, ingatan itu terus muncul di kepalanya. Dan ingatan itu semakin jelas terbayang, ketika sapphire blue miliknya melihat rumah yang lama tidak ia lihat. Naruto merindukan saat-saat itu, saat dimana kakek dan neneknya masih sehat dan selalu ada untuknya.

Tidak ingin terlalu larut dalam kenangan indah namun menyakitkan, Naruto menarik napas dalam-dalam. Ia keluar dari mobil dengan perasaan tidak menentu. Tidak berapa lama kemudian, pintu depan rumah terbuka, seorang wanita cantik dengan surai merah panjang keluar. Itu ibunya, Kushina. Wajahnya terlihat lelah juga pucat, Naruto juga bisa melihat lingkar hitam dibawah matanya. Naruto menghampirinya. 

"Akhirnya kalian sampai juga." Ujar Kushina pada suami serta putranya. Bibirnya tersenyum, meski dengan wajah yang pucat, namun kecantikannya masih terpancar. Ia meraih sang putra dalam pelukannya.

"Ibu…" bisik Naruto serak dalam pelukan sang ibu. 

"Pergilah temui kakek. Sejak kemarin, dia terus menanyakan cucu kesayangannya. Dia pasti sangat merindukanmu." Ujar Kushina seraya mengusap kedua pipi putranya. Ia tersenyum setelah melepaskan pelukannya pada sang putra. 

Naruto bergegas masuk, langkahnya begitu cepat hingga hampir setengah berlari. Dikamar, kakek Naruto sedang terbaring, dibawah selimut, tubuhnya terlihat begitu kurus dan juga keriput seperti pohon tua, seakan dibawah kulitnya hanya ada ada tulang tanpa daging. Matanya terpejam, dan suara napasnya terdengar teratur. Kakeknya sedang tidur.

[SasuNaru] I Can See Ghost!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang