Bel tanda jam pelajaran pertama berakhir berkumandang indah. Tanpa sepatah katapun, Kakashi-sensei meninggalkan kelas dengan langkah cukup tergesa. Naruto menghembuskan napas lega, dia mulai menjauhkan dirinya dari Sasuke. Namun, dengan satu gerakan singkat, Sasuke mendorong tubuh Naruto ke dinding di belakang mereka, mengurung tubuh diantara dirinya dan dinding.
"Delapan kali." Ujar Sasuke rendah, "Selama pelajaran tadi, kau menyentuhku delapan kali."
Naruto diam dan mengalihkan pandangannya ke samping, mendadak rambut panjang Neji terlihat begitu menarik di matanya.
'Sial, dia menyadarinya!' gerutu Naruto dalam hati.
Memang, selama pelajaran berlangsung, ia sudah berkali-kali menyentuh teman sekamarnya tersebut. Entah berapa kali ia menyentuhnya selama empat puluh menit terakhir, dan agar tidak membuat dirinya terlihat seperti orang mesum, Naruto menggunakan taktik anak SD dengan licik. Dia menempelkan buku catatannya di punggung Sasuke sebagai alas untuk menulis, dan secara diam-diam menyentuh pemuda itu dengan sangat perlahan dan hati-hati. Karena selama pelajaran Sasuke tidak merespon, seolah-olah dia tidak menyadarinya. Melihat ini, Naruto merasa sangat puas dan tanpa rasa malu terus melakukan kontak fisik dengan sengaja.
'Sial sial sial…'
Sasuke semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Naruto, menurunkan sedikit kepalanya dan menatap lurus pada si pemilik iris sapphire blue yang sedikit lebih pendek darinya.
Sudut bibir Sasuke terangkat sedikit, "Tangan kecil yang nakal."
Walau nada bicara Sasuke seperti sedang menggodanya, tapi sebagai orang yang melakukan kejahatan kecil, Naruto merasa bahwa dirinya sedang diinterogasi oleh si Surai gelap. Jika Naruto berada di posisi Sasuke, dirinya pasti akan sangat marah karena terus disentuh oleh orang lain secara sembarangan. Wajar saja jika Sasuke marah.
"A- Aku tidak akan menyentuhmu lagi!" Naruto memberikan tatapan memelas pada Sasuke. Kali ini dia tidak bisa seenaknya membuat masalah dengan pemuda itu, atau akibatnya akan lebih buruk -setidaknya untuk Naruto.
Sasuke menaikan sebelah alisnya, seakan bertanya.
Naruto menganggukkan kepalanya ragu, "Iya..." Setelah beberapa saat Naruto kembali berkata, "Aku berjanji untuk tidak menyentuhmu di pelajaran ini, tapi aku tidak berjanji untuk di pelajaran nanti..." Suaranya semakin mengecil di ujung kalimat.
Sasuke tidak berkata apa-apa.
Memanfaatkan keuntungan dari tangan Sasuke yang mulai melemah, Naruto melepaskan dirinya dari kukungan pemuda emo itu dan berlari ke bangkunya seperti kelinci yang ketakutan. Tidak berani melihat ke belakang, telinganya terlihat memerah karena malu.
'Aku juga tidak ingin menyentuhmu, tapi hantu itu terlalu mengerikan!'
oOo
Naruto memaksakan diri untuk tidak pergi ke meja Sasuke lagi. Jadi saat pelajaran kedua berlangsung, dia hanya fokus melihat papan tulis, menatap buku catatannya, atau menutup mata. Sebisa mungkin mengalihkan perhatian pada sesuatu yang lain selain melihat hantu di dalam kelas agar tidak terlalu takut.
Alasan kenapa Naruto berani untuk tidak berlari ke meja Sasuke adalah karena hantu pendiri sekolah yang mengerikan itu sudah pergi. Beliau mungkin berkeliling untuk memeriksa kelas-kelas lainnya. Naruto bisa merasakan ketakutannya berkurang banyak walau masih ada hantu yang sedang menggantung di alat proyektor, lalu ada hantu yang sedang mengintip dari jendela sambil melotot, dan satu hantu yang selalu berlari di sekitar meja guru, bahkan sesosok hantu tengah tidur dengan lelapnya di lantai. Selain wajah-wajah pucat khas orang mati tersebut, hampir tidak ada bentuk hantu yang cukup membuat Naruto berlari secepat kilat menuju Sasuke. Mereka juga tidak mengganggu, selain asik dengan dunia astral mereka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SasuNaru] I Can See Ghost!?
FanfictionNaruto itu penakut. Tapi, tiba-tiba setelah kematian kakeknya, Naruto bisa melihat hantu! Iya, makhluk transparan dengan bentuk tidak karuan itu. Naruto ketakutan setengah mati, sampai-sampai rela melompat ke pelukan Sasuke untuk mencari perlindunga...