𝓐𝓫𝓸𝓾𝓽 𝓘𝓶𝓪𝓶 II TIGA PULUH TIGA

354 24 0
                                    



•About Imam•

"Kamu adalah salah satu harta paling berharga yang saya miliki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu adalah salah satu harta paling berharga yang saya miliki. Bahkan, saya tidak merasa rela jika kamu menghilang."

-Imam As-Syauqi-


•••

Seusai melaksanakan shalat maghrib berjama'ah di masjid. Aileen dan Imam memutuskan untuk langsung pulang, berpamitan pada warga setempat yang sempat mengajak mereka bercengkrama sesaat, walaupun beberapa warga menahan mereka untuk sekedar saling mengenal. Sejujurnya ingin sekali Imam dan Aileen bercengkrama bersama warga sekitar, sekedar untuk saling mengenal, tetapi sepertinya kondisi Aileen terlihat tidak memungkinkan untuk berdiri berlama-lama. Beberapa kali Imam menangkap sebuah ringisan kecil dari sudut bibir Aileen, dan Imam tau apa penyebabnya.

Jujur saja Imam masih merasa khawatir akan keadaan kaki Aileen, tetapi setiap Imam bertanya Aileen hanya menjawab dengan gelengan kepala atau menjawab dengan mengatakan "tidak apa-apa."

Di perjalanan pulang. Imam dan Aileen tak membuka percakapan apapun. Imam membantu Aileen dengan membimbing lengannya. Sedangkan Aileen pasrah dengan bantuan Imam, meskipun beberapa kali ia meyakinkan bahwa ia bisa berjalan sendiri. Hingga sampai di rumah. Imam ingin membantu mendampingi langkah Aileen sampai ke kamar, tetapi kali ini Aileen menggeleng cepat. "Pak, sampai sini saja." Aileen mengatakan kata penolakan, tidak ingin membuat Imam semakin susah akan dirinya.

Imam menggeleng cepat. "Saya bantu sampai ke kamar." Imam bersikeras pada pendiriannya. Ia tetap mencoba menggenggam pergelangan tangan Aileen— mencoba untuk mendampingi langkah Aileen.

Sebelum melangkahkan kakinya.

Aileen menggeleng kecil, melepaskan genggaman tangan Imam pada pergelangan lengannya dengan hati-hati, tidak ingin membuat Imam merasa direpotkan. "InsyaAllah, Aileen, bisa sendiri, Pak."

Mendengar perkataan yang meyakinkan, Imam akhirnya mengalah dengan Aileen. "Baiklah, saya disini. Jika ada sesuatu temui saya disini."

Aileen menganggukkan kepalanya. Semburat senyuman tipis tersirat dari sudut bibirnya. Ia berlalu menaikki tangga, meninggalkan Imam yang duduk di sofa ruang tamu sendirian. Imam sepertinya mulai sibuk dengan lembar-lembaran kertas yang bertumpuk di atas meja.

Aileen menoleh ke belakang, melihat Imam duduk dengan beberapa lembar kertas di genggaman tangannya. "Maaf, Pak. Bukan bermaksud menolak niat baik bapak, hanya saja saya tidak ingin memberatkan."

𝐀𝐁𝐎𝐔𝐓 𝐈𝐌𝐀𝐌 (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang