•
•
••About Imam•
Wanita itu berharga jangan pernah menyakiti perasaannya, karena ketika disakiti, kamu akan menyakiti perasaan ibumu sendiri. Karena ibumu tidak ingin anak lelakinya melukai perasaan wanita, apalagi wanita tersebut adalah istrimu sendiri.
-Imam As-Syauqi-
•••
"Assalamu'alaikum."
Imam melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan. Disana sudah ada kedua sahabatnya, Habibi dan Ikhwan. Menunggu kehadirannya. Di seberang meja yang membatasi juga ada seorang lelaki yang diperkirakan berumur sama dengan Ayahnya. Duduk dengan tegap seperti seorang pemimpin.
"Wa'alaikumussalam." jawab Habibi, Ikhwan dan lelaki itu serempak, tidak lupa sebuah senyuman menjadi awal sambutan atas kedatangan Imam.
Wajah lelaki itu tersenyum, melihat ketiga lelaki di depan matanya. "Jadi semuanya sudah hadir? bisa langsung kita bicarakan tentang pertemuan ini? Habibi bagaimana? Imam? Ikhwan? Ada yang mau mengatakan sesuatu?"
Ketiga lelaki itu menggeleng bersama. Melihat tidak ada yang akan menyela atau mengucapkan kata-kata apapun itu lelaki itu tersenyum lega. "Baiklah... Jadi bisa langsung dibicarakan dan di musyawarahkan dengan baik ya?"
"Insyaallah, bisa, Pak." jawab Imam mewakili kedua sahabatnya yang hanya menganggukkan kepala kecil.
"Imam, apakah dokumen yang saya minta sudah selesai di kerjakan?" tanya lelaki itu penuh harap.
Imam tersenyum tipis dengan anggukan kepala kecil sebagai jawaban. "Alhamdulillah, Pak." Imam menyodorkan sebuah map, meletakkan di atas meja yang membatasi antara dirinya dan lelaki tersebut.
Lelaki itu membuka map itu, membaca setiap hal yang di isi oleh tulisan tangan Imam, berkali-kali ia merasa sangat takjub akan pekerjaan Imam. "Subhanallah, ini semua lebih baik dari sebelumnya. Terima kasih Imam untuk bantuanmu. Sebelumnya saya sangat kesulitan mencari jalan keluarnya tetapi berkat kamu semua berjalan dengan sangat baik."
Imam menganggukkan kepala. "Syukron, Pak direktur." Yap, lelaki itu adalah Ammar, direktur utama di kampus tempat ia mengajar sebagai dosen.
"Baik, jika hasilnya sebagus ini. akan lebih baik perjalanan study kalian bertiga di percepat prosesnya. Saya rasa lebih cepat lebih baik." tuturnya penuh dengan keyakinan.
Imam terdiam, hanya anggukan kepala kecil yang menjadi jawabannya. Walaupun itu adalah sebuah ketidak yakinan akan apa yang dikatakan oleh direktur. Bisa saja ia membantah tetapi sepertinya tidak enakan akan direktur.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐁𝐎𝐔𝐓 𝐈𝐌𝐀𝐌 (ON GOING)
Teen Fiction[JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YA! DAN IKUTI ALURNYA SELAGI ON GOING] ‼️ CERITA INI DIIKUTKAN DALAM CHALANGE MENULIS SELAMA BULAN SUCI RAMADHAN ‼️ [𝐒𝐄𝐑𝐈 𝐏𝐄𝐑𝐓𝐀𝐌𝐀 𝐑𝐎𝐌𝐀𝐌𝐂𝐄 𝐈𝐒𝐋𝐀𝐌𝐈] Genre : Spiritual-romance Ditulis pada : 4 Juni 2...