𝓐𝓫𝓸𝓾𝓽 𝓘𝓶𝓪𝓶 II TIGA BELAS

875 44 0
                                    



•About Imam•

Beberapa hal yang harus kamu tahu tentang takdir, salah satunya adalah takdir yang telah tertulis di lauhul Mahfudz-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hal yang harus kamu tahu tentang takdir, salah satunya adalah takdir yang telah tertulis di lauhul Mahfudz-Nya

__________

"Apakah kamu bersedia untuk menikahi Aileen besok?"

Gelas yang sedang di tuangkan air dengan teko oleh Imam mendadak langsung berlumeran di meja. Matanya membulat sempurna, jantungnya seakan berhenti untuk berdetak.

Apakah mungkin ia tidak salah mendengar ucapan Abinya?

"Nak," Rakha memegang teko air agar air tidak lagi tumpah ruah di atas meja.

"Nak, kamu tidak apa-apa?" tanya Rakha, meletakkan teko air itu di depannya.

Imam tersenyum kikuk. "Abi, Imam ke kamar dulu." Izinnya.

Rakha menepuk pundak putranya. "Kamu tidak perlu menghindari ucapan, Abi. Jika kamu merasa belum siap, Abi tidak akan memaksa."

Imam diam saja, hanya senyum kikuk yang tergambar dari wajahnya.

"Abi, hanya ingin menyampaikan pesan Aisyah di telpon barusan.." ujar Rakha.

"Pesan? Pesan Apa, Bi?" ulang Imam penasaran.

Rakha sejenak menghirup napas. "Aisyah, menyampaikan bahwa dia akan pergi ke singapura awal bulan ke tiga."

"Dan, dia ingin ijab kabulnya dilaksanakan besok saja." lanjut Rakha.

Imam manggut-manggut dengan kikuk, mendengar apa yang di ucapkan oleh Rakha.

"Tetapi... Aisyah juga mengatakan bahwa Aileen juga belum siap untuk segera melangsungkan ijab kabul besok."

Imam mendengar penuturan Rakha dengan seksama.

"Aileen, juga tetap dengan keputusan Abi, ia tidak ingin ijab kabulnya besok. Ia tetap dengan pendiriannya, ia ingin tetap di awal bulan tiga." ucap Rakha, menyampaikan seperti apa yang di ucapkan oleh Aisyah padanya di telpon tadi.

Imam menggigit bibirnya. "Abi, jika semisal Imam mengikuti perkataan, Bunda Aisyah,  apakah itu tidak terlalu cepat?"

Rakha menggeleng sembari menampilkan senyum pada sudut bibirnya. "Insyaallah, tidak, Nak..."

"Karena sebuah hal baik, lebih baik di percepat." lanjut Rakha.

Imam mengangguk membenarkan, apa yang dikatakan oleh Rakha adalah hal yang menurutnya sangat benar.

𝐀𝐁𝐎𝐔𝐓 𝐈𝐌𝐀𝐌 (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang