Bekicot,

276 78 46
                                    

"Bunda sama Ayah hati-hati ya. Maaf Samuel nggak nganterin ke bandara hari ini."

"Oke, Bun. Bye ... i love u too."

Tut!

Samuel memutuskan telepon tersebut, lantas menaruh kembali ponselnya ke saku hoodie yang dikenakan Gege.

"Belum habis juga es krimnya?" tanya Samuel saat melihat Gege masih asyik menikmati es krim rasa vanilla-nya. Demi tidak menganggu acara makan eskrimnya, rambut pendek gadis itu kini sudah dikuncir dua.  Sangat lucu, mirip karakter Boo di film Monster Inc.

"Samuel, es krimnya enak banget. Kalau dikasih kerupuk seblak pasti tambah enak. Iya, 'kan?" Gege tak mengindahkan pertanyaan Samuel.

"Ngaco. Buru, masuk ke mobil lagi." Samuel melenggang pergi dari kedai eskrim yang sengaja mereka singgahi beberapa menit lalu. Berjalan cepat ke mobilnya.

Saat ia sudah berada di dalam mobil, terlihat Gege masih stay berdiri di dekat kedai eskrim tersebut, masih menikmati eskrimnya dengan khusyuk. Bahkan tanpa gadis itu sadari, mulutnya sudah belepotan dengan krim-krim tersebut.

Samuel menggelengkan kepalanya pelan, menahan malu. Oke, tidak apa, sebentar lagi, ia akan menyingkirkan cewek siluman itu. Sebentar lagi ia tidak akan bertemu dan direpotkan oleh manusia jadi-jadian tersebut.

"Ge, gue tinggal nih?!" ancam Samuel sembari melongokkan kepalanya dari jendela mobil.

Sontak Gege berlari mendekat begitu mendengar ancaman Samuel. Gadis itu dalam hitungan detik sudah terduduk di kursi penumpang. Gege melahap sisa cone terakhir eskrimnya, lalu menatap Samuel dengan mata bulatnya.

"Udah habis!" seru Gege, tak lupa dengan senyum pepsodennya.

Samuel menatap gadis di hadapannya ini. Mulutnya masih belepotan. Maka dengan inisiatif Samuel mengambil selembar tisu di dashboard mobilnya, lalu membersihkan sisa eskrim yang belepotan di mulut dan pipi Gege.

"Lo umur berapa si sebenernya?" gerutu Samuel sembari mengusap pelan bibir Gege dengan tisunya.

"Umur Gege 20 tahun," jawab Gege sembari mengingat-ingat hapalannya saat mengunjungi pesta di rumah keluarga Samuel.

"Itumah karangan gue doang," gumam Samuel. Kegiatan membersihkan sisa eskrim di sekitar mulut Gege akhirnya selesai juga. Samuel kembali memposisikan dirinya, bersiap menjalankan mobilnya.

"Kita mau kemana, Samuel?" tanya Gege penasaran.

"Ke tempat yang lo suka."

Seketika mata Gege berbinar. Gadis itu meraih lengan Samuel penuh antusias. "Wah ... kita mau ke rumah Seno ya?"

Mendengar itu, Samuel berdeham kecil. Tak langsung menjawab pertanyaan Gege. Dan deheman itu membuat Gege berpikir bahwa Samuel mengiyakan tebakannya. Sontak gadis itu pun berjingkrak kecil di tempat duduknya. "Yuhuu! Gege kangen banget sama Seno!"

Gege bahkan tak menyadari bahwa Samuel hendak membawanya ke tempat jauh, membuangnya dari hadapan pemuda tersebut. Melihat kegembiraan Gege, hati kecil Samuel sempat goyah. Rasa bersalah mulai sedikit menggerogoti keyakinannya untuk menyingkirkan Gege hari ini.

Sekali lagi Samuel melihat ke arah gadis di sampingnya itu. Ah, tidak. Samuel yakin gadis itu pasti bisa bertahan sendirian tanpanya. Gege bukan sembarang manusia, dia anjing jadi-jadian. Jadi Samuel yakin kalau gadis itu pasti punya kekuatan khusus untuk melindungi diri sendiri.

Oke, pikiran itu mulai membuatnya sedikit tenang lagi. Setidaknya keraguannya untuk menyingkirkan Gege berkurang. Lagipula Gege bukan tanggung jawabnya. Gadis itu cukup menganggu. Jadi ... tak ada larangan baginya untuk menyingkirkan siapapun yang mengganggu hidupnya, 'kan?

My Puppy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang