My Puppy Girl

Batu

"Dudi dudidam dam, dudi dudidam~ dudi dudidam dam, dudi dudidam~"

Telinga Samuel rasanya ingin pecah begitu suara cempreng Gege yang bersemangat memenuhi seisi mobilnya. Namun gadis tersebut tak menghiraukan dan terus asyik menyetel lagu favorit yang Samuel pilihkan untuknya. Ya, Samuel menyesal karena sudah merekomendasikan gadis tersebut lagu kanak-kanak. Harusnya ia setelkan lagu yang tidak terlalu bersemangat saja sejak awal.

"Kamu makannya apa~ tempe! Gege juru masaknya~ oke!" teriak Gege tepat di telinga Samuel. Untung saja teriakan Gege tak cukup kuat untuk membuyarkan fokus Samuel yang sedang menyetir. Saat ini--sekitar pukul satu siang--mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sepupunya.

"Ge .... Yang anteng, jangan nakal," desis Samuel dengan wajah sinis.

Gege menurut mengacungkan jempolnya, tapi masih terus menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mulutnya tak mau berhenti bersenandung, menikmati lagu yang sudah ia putar ke-10 kalinya sejak dua puluh menit lalu. Samuel bosan, tentu saja, Gege terus mengulang lagu tersebut dan selalu menolak saat Samuel akan mengganti lagunya.

"Oiya!" Gege bertingkah lagi. Kali ini ia mengambil ponsel barunya yang diberikan Samuel pagi tadi.

Gadis tersebut sudah cukup hapal bagaimana cara membuka kamera. Setelah sarapan tadi, Samuel memang langsung mengadakan les dadakan bersama Gege. Ia mengajari gadis tersebut cara menelepon, mengangkat telepon, dan memakai kamera. Hanya tiga itu saja, namun tentu saja Samuel memerlukan kesabaran ekstra saat mengajari gadis itu pagi tadi. Apalagi Gege tidak bisa membaca, jadi Samuel hanya mengandalkan daya mengingat Gege saat mengajarnya.

"Uwaaah Gege cantik banget," celetuk Gege saat kamera ponsel pertama kali menyorot wajahnya. Gadis tersebut lantas memposisikan ponselnya untuk mendapatkan angel yang bagus. Dengan jari yang masih agak kaku, gadis tersebut menekan tombol rekam video.

"Halooo. Gege lagi sama Samuel yuhuuu~"

Gadis tersebut tersenyum girang menyapa kamera. Setelah menyadari bahwa dirinya cantik di refleksi kamera, Gege jadi agak narsis. Samuel bahkan tak menyangka Gege akan sering menggunakan kamera ponselnya. Lihat saja isi galeri ponsel Gege, belum ada sehari sudah ada puluhan video dan foto selfie gadis tersebut. Tentu saja dengan pose selfie yang random.

"Samuel bilang halo juga dong!" Kini Gege mengalihkan kamera ponselnya pada Samuel.

Namun pemuda tersebut hanya merotasikan bola matanya malas. "Apasi, Ge."

"Ih, Samuel jelek," rajuk Gege karena Samuel tak menghiraukannya. Gege pun menurunkan ponselnya ke sisi kanan tempatnya duduk, namun masih dalam kondisi merekam.

"Oh ya? Gue jelek?" Nada Samuel terdengar tidak ramah saat mengatakan itu. Ia menghentikan laju mobilnya karena barusaja terjebak lampu merah.

"Iya, Samuel kan emang jelek, galak lagi," tambah Gege sok berani demi menutupi ketakutannya kalau-kalau Samuel akan memasang wajah garang lagi. Gege hanya tak mau terus-terusan terlihat takut!

Samuel hanya terkekeh kecil. Pemuda tersebut pun melepaskan setirnya, meregangkan lengannya ke depan. Lalu menoleh dan menatap Gege sepenuhnya dengan tersenyum jahil. "Gue inget lho, pas lo bilang gue ganteng semalem."

Samuel yang menatapnya dengan sudut bibir terangkat tersebut, membuat Gege tidak tahu kenapa lagi-lagi ia merasakan seolah seluruh darah dalam tubuhnya mendidih, bahkan jantungnya terpompa cukup kencang sekarang. Ritmenya mengikuti ritme bass dari lagu 'Dudidam' yang masih terputar sampai sekarang. Ini terlalu tiba-tiba. Bahkan gadis tersebut tak menyadari pipinya sedang memerah.

"Nah, kalo sekarang Samuel udah ganteng lagi," seru Gege dengan wajah polosnya yang semakin memerah.

Samuel tak bisa menahan gemasnya lagi. Menurutnya ekspresi Gege sekarang sangat jenaka. Mata lentik gadis tersebut menatapnya seperti habis bertemu hantu, sampai lupa cara berkedip. Lalu pipinya yang memerah terlihat seperti mochi yang masih hangat.